Makna Rabu Wekasan dan Hukumnya menurut Gus Fahmi Tebuireng
Selasa, 3 September 2024 | 14:00 WIB

Ketua PCNU Jombang KH Fahmi Amrullah Hadziq atau Gus Fahmi. (Foto: NOJ/ tangkap layar IG @nuonlinejombang)
M Rufait Balya B
Kontributor
Jombang, NU Online Jatim
Hari Rabu terakhir pada bulan Shafar dikenal dengan sebutan Rebo Wekasan atau Rabu Wekasan. Hari tersebut diyakini sebagian orang sebagai hari turunnya berbagai bala. Peristiwa tersebut pada tahun 1446 H ini akan terjadi pada Rabu (04/09/2024). Sebagaimana diketahui, amaliyah Rabu Wekasan dilaksanakan pada Selasa Pon malam Rabu Wage, 30 Safar 1446 H.
Berkaitan dengan hal ini, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jombang KH Fahmi Amrullah Hadziq menjelaskan terkait asal penamaan Rabu Wekasan. Ia juga mengulas perihal hukum mengamalkan amaliyah Rabu Wekasan, hingga hukum mempercayainya sebagai hari naas atau sial.
"Rabu itu nama hari, sedangkan Wekasan itu pungkasan atau bermakna akhir. Jadi bisa dikatakan Rabu Wekasan itu Rabu terakhir bulan Safar," jelas Gus Fahmi dalam akun Instagram @nuonlinejombang, dikutip pada Selasa (03/09/2024).
Pengasuh Pondok Pesantren Putri Tebuireng Jombang ini menjelaskan bahwa dulu pemberian nama atau istilah Rabu Wekasan berasal dari ilham orang saleh, bukan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW atau Rasulullah.
"Jadi yang namanya ilham itu sifatnya tidak mengikat secara syariat, dan tidak ada kewajiban untuk mengamalkannya," ujar Gus Fahmi, sapaan akrabnya.
Karena itu, di kalangan umat Islam khususnya di Jawa itu ada tradisi mengisi Rabu Wekasan dengan beberapa amaliyah, seperti halnya shalat sunah, sedekah, dan dzikir-dzikir khusus.
"Akan tetapi tidak semua pesantren mengamalkan amaliyah ini, seperti halnya di Pesantren Tebuireng, dan biasanya dilakukan di pesantren pengamal thoriqoh," ungkapnya.
Gus Fahmi menyampaikan, dalam Islam tidak mengenal hari sial ataupun bulan sial. Menurutnya, hari sial atau bulan sial itu hanya masalah keyakinan, yang terkadang justru dapat menjerumuskan dalam kesyirikan.
"Maka dari itu janganlah kita meyakini adanya hari sial, karena hakikatnya semua hari itu sama saja dan milik Allah SWT," ucapnya.
Dirinya menyebutkan bahwa semua hari itu baik selama diisi dengan perbuatan yang baik. "Karena hari terbaik adalah hari dimana kita beramal terbaik, meskipun itu hari Jumat ataupun hari-hari yang lain," pungkasnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat Singkat: 3 Amalan Meraih Pintu Surga
2
GP Ansor Sidoarjo Dorong Urban Farming dan Kerja Sama Energi untuk Ketahanan Pangan
3
Meneladani KH Mahmud Hamzah: Ulama, Hakim dan Arsitek Keluarga Maslahah
4
Mengatasi Krisis Moral Melalui Pendidikan Islam yang Holistik
5
Tingkatkan Kualitas, MI Bilingual Ma’arif Ketegan Kunjungan ke Singapura-Malaysia
6
Tangis Haru Warnai Keberangkatan 1193 CJH Kota Malang 2025
Terkini
Lihat Semua