• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Matraman

HAJI

Menilik Kisah Mbah Soleh Jamaah Haji Tuna Netra Asal Magetan

Menilik Kisah Mbah Soleh Jamaah Haji Tuna Netra Asal Magetan
Mbah Mohammad Soleh dan Mbah Putinah, sang istri hendak ibadah haji. (Foto: NOJ/ ISt)
Mbah Mohammad Soleh dan Mbah Putinah, sang istri hendak ibadah haji. (Foto: NOJ/ ISt)

Magetan, NU Online Jatim

Mohammad Soleh (77) dan Putinah (75) merupakan pasangan suami istri yang ditakdirkan menunaikan Ibadah Haji tahun 1444 Hijriah. Pasangan sepuh ini merupakan jamaah asal Magetan yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 13 Embarkasi Surabaya.

 

Mbah Soleh, begitu ia akrab disapa, merupakan seorang tuna netra. Kedua matanya tidak dapat melihat akibat musibah di masa lalu. Tak ayal, Mbah Putinah sang istri harus terus mendampinginya kemana pun pergi, termasuk dalam menunaikan ibadah haji.

 

Malam itu, di area kompleks Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Mbah Putinah terus menggandeng tangan Mbah Soleh, suaminya. Keduanya yang hendak menuju lorong Asrama Haji Sukolilo juga didampingi petugas haji.

 

Pasangan kakek nenek tersebut terlihat masih segar bugar. Usianya yang mulai menua, berbanding terbalik dengan kondisi tubuhnya yang terlihat prima. Tampak Mbah Soleh beberapa kali memperbaiki posisi kaca mata hitamnya.

 

"Ini pakai kaca mata hitam bukan gaya-gayaan. Tapi kebetulan Mbah Soleh adalah jamaah haji tuna netra," ucap Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Surabaya yang tak mau disebutkan namanya.

 

Sementara itu, Mbah Soleh menuturkan bahwa dirinya tidak menyangka bila akan dipanggil menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci tahun ini. Apalagi mereka juga baru dua pekan yang lalu dapat pemberitahuan bahwa Mbah Soleh bisa berangkat haji.

 

"Wekdal corona (pandemi), kami terose masuk cadangan. Alhamdulilah, Kulo kaleh mbah utine saget bidal ngilen (haji)," ucap Mbah Soleh.

 

Mbah Soleh menceritakan kalau dia mendaftar haji bersama istrinya pada 2011. Saat itu ia bertekad mewujudkan cita-citanya bisa naik haji. Namun Mbah Soleh berjanji setelah anaknya tak lagi sekolah akan mendaftar haji.

 

Kakek yang bekerja sebagai petani di kampungnya ini terus menegakkan niat mulianya menyempurnakan rukun Islam kelima, yaitu berhaji. Mbah Soleh yang memiliki bidang tanah yang tidak luas tetap menunggu anaknya tamat kuliah.

 

"Anak-anak saya ada empat. Seharusnya enam, yang dua sudah meninggal. Saat anak-anak masih sekolah, timbul niat tulus kalau anak-anak sudah lulus kuliah, mentas semua, akan naik haji," kisahnya.

 

Keluarga pun mendukung niat mulia sang kakek. Kebetulan Mbah Soleh punya celengan tanah, meski tidak luas. Begitu pada 2011, anak-anaknya sudah selesai kuliah, Mbah Soleh memutuskan untuk daftar haji. Sebagian bidang tanahnya pun dijual untuk biaya mendaftar.

 

Padahal tanah itu termasuk yang sudah disiapkan untuk biaya kuliah anak-anaknya. Namun saat anaknya lulus kuliah ternyata tidak sampai menjual aset tanah miliknya.

 

"Tanah sudah terjual, tetapi karena uang yang diperoleh masih belum cukup untuk bisa daftar haji berdua dengan istri saya, maka kami juga meminjam dana talangan haji untuk menutup kekurangannya," katanya.

 

Berulang kali di momen itu Mbah Soleh dan istri berucap syukur. Hal itu karena ibadah haji merupakan impiannya sejak dulu dan menjadi hal yang terduga ditakdir naik haji tahun ini. Apalagi sudah 46 tahun lalu, kakek tersebut menderita tuna netra atau tidak bisa melihat.

 

Namun takdir tuhan tidak bisa siapa pun mencegahnya. Mbah Soleh yang tuna netra dan telah berusia sepuh dipanggil untuk mengisi kuota jamaah haji 2023. Ia pun berhak menunaikan ibadah haji bersama puluhan ribu jamaah haji lansia lainnya.


Matraman Terbaru