Nganjuk, NU Online Jatim
Puluhan orang memakai pakaian tradisional Jawa, pewayangan dan seni Jaranan menghiasi halaman Kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Nganjuk, Sabtu (06/11). Puluhan orang tersebut menggelar Apel Persada Nusantara untuk memperingati Hari Wayang Nasional (HWN) Tahun 2021 yang diadakan Lembaga Seniman Muslim Indonesia (Lesbumi) Nahdlatul Ulama (NU) Nganjuk.
.
Seperti pada umumnya, terdapat protokol apel, inspektur, komandan pleton, dirigen, pembina dan pembaca do’a. Menariknya, susunan acara apel dibaca dengan bahasa Jawa. Lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan dengan seksama.
Kemudian dibacakan teks Pancasila dan Tri Sabda Krida Bhakti Seniman Budayawan Muslim Indonesia. Tak hanya itu, Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 30 Tahun 2018 tentang Hari Wayang Nasional turut dibacakan.
Tri Sabda itu dibacakan oleh Setyono Adi Nugroho atau Tyo, seniman yang masih berusia 12 tahun. Tyo merupakan anggota termuda di Lesbumi NU Nganjuk.
Tri Sabda berisi tentang kalimat menjunjung tinggi, melestarikan dan mengembangkan seni budaya tradisi Nusantara.
“Atas bimbingan kiai. Pertama, kami seniman budayawan muslim Indonesia, mengagungkan dan menjunjung tinggi seni budaya tradisi. Dua, kami seniman budayawan muslim Indonesia, melestarikan seni budaya tradisi. Tiga, kami seniman budayawan muslim Indonesia, mengembangkan seni budaya tradisi nusantara,” papar Tyo.
Tyo mengatakan, bahwa pada Hari Wayang Nasional setiap tanggal 7 November itu bukan hari libur.
Pantauan NU Online Jatim di lokasi, protokol kesehatan (prokes) Covid-19 diterapkan dengan baik. Pada saat itu, amanat apel disampaikan Moh Hasyim Afandi atau Abah Hasyim, Ketua Tanfidziyah PCNU Nganjuk.
Abah Hasyim mengingatkan tentang pelestarian wayang, sebagai media dakwah menyebarkan ajaran Islam. Cara itu seperti yang dipakai Sunan Kali Jaga, bahwa ajaran Islam disampaikan melalui Wayang.
“Pentas wayang itu, tanpa menyakiti hati warga. Karena sedikit demi sedikit, mereka mengikuti apa yang diajarkan para wali. Tentunya, disitu ber-nilai keislaman,” ujar Abah Hasyim.
Padahal di setiap pentas wayang, baik adegan goro-goro, peran Janaka atau Arjuna, Hanoman Obongan dan Kurawa, menurutnya, itu tidak ada ajaran Islam secara langsung. Karena hebatnya wali, nilai-nilai Islam bisa disisipkan.
“Maka tugas kita sekarang, melestarikan pendekatan itu. Membawakan wayang dalam bentuk dakwah, untuk menyebarkan ajaran Islam,” ungkapnya.
Ia menegaskan, bahwa NU mengapresiasi seni dan kebudayaan lokal di Nusantara. “Budaya lokal, tidak boleh kita hilangkan begitu saja,” tandasnya.
Abah Hasyim mengunkapkan, bahwa apel ini merupakan pertama kalinya. Karena sejak Keppres HWN ditetapkan, kali pertama ini digelar apel di PCNU Nganjuk, yang digelar para seniman di Lesbumi NU Nganjuk.
Perlu diketahui, apel dihadiri Wakil Ketua PCNU Nganjuk Subhan Abu Rizal, Ketua Lesbumi NU Nganjuk Lukman Mustofa, Ketua ISHARI Cabang Nganjuk Moh Asrofi, Wakil Ketua IPPNU Nganjuk V Bidang Olahraga Seni dan Budaya Rofa Faizah.