Matraman

Rektor Ma'had Aly Denanyar Jelaskan Asal Mula Jargon Aswaja

Jumat, 11 April 2025 | 15:00 WIB

Rektor Ma'had Aly Denanyar Jelaskan Asal Mula Jargon Aswaja

Kiai Yusuf Suharto bersama juara 1 mahasantri Ma'had Aly Denanyar pada MQKN 2023. (Foto: NOJ/ISt)

Jombang, NU Online Jatim

Pembahasan terkait term Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) selalu berkembang dan menarik untuk diikuti. Seperti halnya permasalahan asal mula kaidah al-muhafadzah yang menjadi jargon Nahdliyin.


Oleh karena itu, dalam suatu kesempatan Mudir Ma'had Aly Denanyar, KH Yusuf Suharto menjelaskan terkait kaidah al-muhafadhah ‘alal qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah. Menurutnya, Mbah Hasyim Asy'ari yang wafat tahun 1947 mempunyai murid KH Ahmad Shiddiq dan KH Hasyim Lathif yang keduanya menyebutkan kaidah al-muhafadzah itu dalam bukunya masing-masing.


"Jadi, Kiai Ahmad Shiddiq menjelaskan dalam bukunya ‘Pedoman Berpikir Nahdlatul Ulama tahun 1969’. Sedangkan KH Hasyim Latif memaparkan dalam bukunya ‘Penegak Panji Aswaja’. Ini menarik jika ternyata memang Kiai Hasyim lebih dulu menyebut kaidah itu dibandingkan Syekh Darraz," ujarnya saat dikonfirmasi NU Online Jatim, Kamis (11/04/2025).


Diketahui, Abdullah Darraz telah menulis dengan redaksi yang sama persis dalam kitab ‘Ad Din: Buhutsun Mumahhadah Li Dirasati Tarikhi Adyan’ tahun 1952. Setidaknya ada dua inti pembahasan dalam kitab tersebut.


Pertama, kajian teologi tentang bagaimana unsur yang mengaitkan umat hari ini dengan umat-umat terdahulu, karena adanya relasi antara syariat Yahudi, Nasrani, kemudian Islam. Begitu juga dalam kajian fikih, tentu ada ushul-ushul yang sama di antara 3 relasi agama besar ini.


“Kedua, pembaharuan yang kita bahasakan akhdzu bi jadidil ashlah, yaitu pembaharuan yang mempersiapkan masa depan untuk berkembang dan berkemajuan, serta menyongsong masa depan yang baik dan sempurna,” terangnya.


Sedangkan terkait tentang bagaimana Aswaja, Mudir Ma'had Aly Denanyar itu menjelaskan bahwa sekitar tahun 1960 eksistensi apa itu Aswaja pernah dibahas di Malang dengan mengundang beberapa kiai. Salah satu yang hadir ada KH Wahab Hasbullah Tambakberas, KH Bisri Syansuri Denanyar, dan Habib Abdullah Bilfaqih ulama ahli hadis untuk mendefinisikan Aswaja.


"Kami mengutip cerita dari Kiai Aziz Masyhuri, mantan Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bahwa sekitar masa awal pendirian Universitas Islam Malang (Unisma) sekitar tahun 1975, Kiai Usman Mansur kakaknya Kiai Tholhah Mansur, Rektor pertama Unisma mengadakan seminar Aswaja," ungkap Kiai Yusuf.


Salah satu agenda seminar tersebut adalah membuat definisi atau ta’rif Aswaja. Namun sayang sekali dalam seminar yang diikuti sekitar 30 kiai tersebut, termasuk hadir di dalamnya adalah Kiai Achmad Shiddiq belum menghasilkan kata sepakat tentang definisi Aswaja.


"Meskipun pada waktu itu, Kiai Mahfudz Anwar bersikukuh bahwa Aswaja itu hanya terkait masalah akidah, bukan fikih dan tasawuf, ini diambil dalam Syarah Aqoid Nasafiyah yang terdiri empat jilid," pungkasnya.