Pacitan, NU Online Jatim
Mayoritas manusia terlahir sebagai pembicara. Hanya saja ada beberapa hal retoris yang menjadikannya merasa enggan untuk berbicara di depan umum. Dengan belajar dan terus mengasah kemampuan, maka kesalahan akan dapat diminimalisir.
Untuk mencapai hal itu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Pacitan menggelar ‘Webinar Nasional Publik Speaking’ via Zoom Meeting, Selasa (13/07/2021). Kegiatan tersebut menarik puluhan peserta dari sejumlah daerah untuk bergabung. Di antaranya Kediri, Surakarta, Banjarmasin, Lampung, dan lainnya.
Rina Susiantri sebagai narasumber pada webinar ini menyampaikan, pada dasarnya publik speaking mencakup tiga unsur, yaitu pembicara, gagasan yang ingin disampaikan, dan pendengar. Hal tersebut dapat dikatakan berhasil jika pesan yang disampaikan oleh pembicara dapat dipahami oleh pendengar.
“Selain itu, ketika kita ingin menyampaikan sesuatu, akan lebih bagus jika tidak terkesan menggurui,” katanya dihadapan peserta Webinar.
Staf Kwartir Cabang (Kwarcab) Pramuka Kabupaten Pacitan tersebut pun menyebutkan teknik dalam menyampaikan gagasan di depan umum. Salah satunya ialah bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan bahasa pendengar.
“Sebab, terkadang ada beberapa istilah pembicara yang tidak dipahami pendengar. Untuk itu bahasa yang kita gunakan hendaknya menyesuaikan diri dengan orang yang kita ajak bicara, agar informasi dapat diterima dengan baik,” terang Rina.
Di sisi lain, Endriana Wahyu Alita yang juga narasumber waktu itu menuturkan, agar lancar berbicara di depan umum ada beberapa hal yang harus disiapkan, seperti penguasaan diri dan penguasaan materi.
“Misal kita hendak melakukan suatu presentasi, manajemen diri kita sebaik mungkin dan slide jangan terlalu banyak,” ungkapnya.
Sementara itu Al Amin, salah satu peserta Webinar meyakini, bahwa ilmu publik speaking yang diterima hari ini akan kurang bermanfaat jika tidak ada praktiknya. Ia pun berharap, pelatihan sejenis sekaligus praktiknya dapat diadakan secara luring.
“Meskipun ikut webinar berkali-kali kalau tidak praktik tidaklah efektif. Semoga keadaan semakin membaik, sehingga BEM STAINU Pacitan dapat mengadakannya secara tatap muka,” harapnya.
Editor: A Habiburrahman