• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 17 Mei 2024

Metropolis

BMKG: 63 Persen Wilayah Indonesia Alami Kemarau Pada Awal Mei

BMKG: 63 Persen Wilayah Indonesia Alami Kemarau Pada Awal Mei
Kemarau. (Foto: NOJ/wikipedia)
Kemarau. (Foto: NOJ/wikipedia)

Surabaya, NU Online Jatim

BMKG memproyeksikan bahwa sebagian wilayah di Indonesia akan memasuki musim kemarau pada awal Mei 2024 hingga Agustus 2024. Menurut BMKG, sekitar 63 persen wilayah di Indonesia akan mengalami awal musim kemarau dalam periode tersebut.

 

"Berdasarkan informasi perkembangan musim BMKG, diketahui bahwa sekitar 63 persen wilayah Zona Musim diprediksi mengalami awal musim kemarau pada bulan Mei hingga Agustus 2024," demikian keterangan BMKG melalui laman resminya, diakses NU Online, Selasa (30/04/2024).  


Dalam proses peralihan musim tersebut, BMKG menegaskan bahwa terdapat potensi cuaca ekstrem yang mesti diantisipasi oleh masyarakat Indonesia, seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es. 


"Pada bulan April merupakan periode peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau di sebagian besar wilayah di Indonesia, sehingga masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem," jelas Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri. 


Salah satu ciri masa peralihan musim adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari dengan didahului oleh adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari.


Menurut Andri, hal ini terjadi karena radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang hari cukup besar dan memicu proses konveksi (pengangkatan massa udara) dari permukaan bumi ke atmosfer sehingga memicu terbentuknya awan.


Sementara karakteristik hujan pada periode peralihan cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat. Apabila kondisi atmosfer menjadi labil/tidak stabil maka potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkat. Awan CB inilah yang erat kaitannya dengan potensi kilat/petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es.


Imbauan BMKG

Dalam menghadapi peralihan musim hujan ke musim kemarau, BMKG mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan sembari terus meningkatkan kewaspadaannya, karena potensi terjadinya bencana masih cukup mungkin, terutama banjir di daerah-daerah yang memang rawan akan timbulnya bencana ini.


"Tetap tenang meski perlu tetap waspada terhadap potensi bencana terutama banjir yang sewaktu-waktu dapat terjadi," demikian imbauan BMKG.


Masyarakat juga perlu mengenali potensi bencana di lingkungan masing-masing khususnya di daerah rawan bencana. 


Adapun langkah-langkah sederhana yang dapat dilakukan masyarakat salah satunya dengan tidak membuang sampah sembarangan, bergotong royong menjaga kebersihan dan menata lingkungan sekitarnya.


Metropolis Terbaru