• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 17 Mei 2024

Metropolis

Dosen UINSA Jelaskan Strategi Dakwah NU di Era Digital

Dosen UINSA Jelaskan Strategi Dakwah NU di Era Digital
Dosen UINSA Surabaya, Ainur Rofiq Al-Amin. (Foto: NOJ/ Khusnia Evi Safitri)
Dosen UINSA Surabaya, Ainur Rofiq Al-Amin. (Foto: NOJ/ Khusnia Evi Safitri)

Surabaya, NU Online Jatim

Dosen Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Ainur Rofiq Al-Amin menjelaskan sejumlah hal terkait strategi dakwah yang dapat dilakukan elemen Nahdlatul Ulama di era digital. Dakwah hendaknya pula memanfaatkan piranti kekinian searus dengan perubahan zaman.

 

Ia mengatakan, prinsip pertama dalam dakwah NU adalah al-muhafadhatu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah. Yakni, menjaga hal-hal yang baik yang telah dilakukan oleh para pendahulu dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik.

 

“Cara dakwah yang dilakukan di satu tempat ke tempat lain itu merupakan tradisi lama dan itu baik untuk kita jaga. Tapi jangan melupakan kita harus mengambil cara dakwah yang lebih baik, dalam arti lebih baik itu cakupannya lebih luas, salah satunya dengan cara dakwah di media sosial. Ini sangat relevan dan NU harus seperti itu,” ucapnya kepada NU Online Jatim, Rabu (01/05/2024).

 

Dirinya menjelaskan, perkembangan media sosial di era digital dapat diisi apapun dan siapapun. Semuanya secara bebas muncul, baik hal positif maupun negatif.

 

“Jadi, ketika kita melihat realitas seperti ini apakah kita tidak ingin mengisi peluang yang ada di situ dengan hal positif? Apakah membiarkan yang mengisi hanya kejelekan saja atau negatif saja. Maka, kita harus ikut mengisi peluang tersebut karena dakwah itu adalah mencari peluang di tempat-tempat tertentu,” ungkapnya.

 

Disebutkan, bahwa generasi Z saat ini kehidupannya lebih banyak berkutat di media sosial. Ia bisa melihat apapun dan mencari apapun, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan aspek keagamaan.

 

“Lantas, apakah kita tidak mau mengisi hal itu dengan hal positif? Apakah kita membiarkan mereka mencari petunjuk kepada orang-orang yang tidak sesuai dengan ideologi kita? Makanya, kita harus masuk di situ,” tuturnya.

 

Di samping itu, menurutnya dalam berdakwah di media sosial kata pertamanya ialah harus menggebrak atau menarik, sehingga orang tertarik untuk melihat. Selain itu, berdakwah di media sosial hendaknya tidak terlalu panjang dengan dalil-dalil agama, sebab hal itu membuat yang melihat mudah bosan.

 

“Seharusnya berdakwah itu dengan cara yang pendek-pendek tetapi juga memancing yang melihat untuk lebih mendalami pengetahuan tersebut. Maka dengan begitu dakwah akan berjalan baik,” pungkasnya.

 

Penulis: Khusnia Evi Safitri


Metropolis Terbaru