• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 24 April 2024

Metropolis

Ketua PCNU Sidoarjo Sebut Ketua Ranting Ujung Tombak NU

Ketua PCNU Sidoarjo Sebut Ketua Ranting Ujung Tombak NU
KH Zainal Abidin, Ketua PCNU Sidoarjo, dalam Lailatul Itjtima MWCNU Tarik. (Foto: NOJ/Boy Ardiansyah)
KH Zainal Abidin, Ketua PCNU Sidoarjo, dalam Lailatul Itjtima MWCNU Tarik. (Foto: NOJ/Boy Ardiansyah)

Sidoarjo, NU Online Jatim

KH Zainal Abidin, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sidoarjo, mengutarakan bahwa Ketua Pengurus Ranting adalah ujung tombak dan modal NU. Tidak mungkin Ketua PCNU mengurusi masyarakat sehari-hari.

 

“Siapa yang mengesekusi program PCNU, MWC NU di lapangan? pengurus ranting. Acara seperti ini kalau dananya kurang, siapa yang menambahi? pengurus ranting, bukan MWC apalagi PCNU,” kata Kiai Zainal dalam acara Lailatul Ijtima MWCNU Tarik, Kamis (03/02/2022) malam.

 

Oleh karena itu, lanjut dia, yang pantas untuk masuk surga terlebih dahulu adalah PR NU. Ranting juga mempunyai darah pejuang NU. Oleh karena, itu ia meminta kepada warga Nahdliyin untuk merawat darah perjuagan yang mengalir dalam setiap pengurus, agar perjuangan dapat diteruskan oleh anak cucu.

 

“Kalian pasti ingin setiap hari mendapat kiriman Fatihah anak, maka tetap istiqamah berjuang di NU,” ungkap Kiai Zainal.

 

Kiai Zainal lantas mengulas filosofi tongkat dan tasbih yang diberikan KH Kholil Bangkalan kepada KH Hasyim Asy’ari melalui KH Asy’ad Syamsul Arifin. Bahwa NU berdiri dengan dua tugas tongkat dan tasbih.

 

“Tongkat identik dengan pengambil kebijakan. Artinya apa ? NU berdiri harus mengawal Negera Kesatuan Republik Indonesia,” tandasnya.

 

Baginya, kehebatan NU adalah organisasi yang menyangga negara. Pada umumnya, organisasi disangga negara, tetapi tidak untuk NU. Oleh karena itu, di umurnya yang hampir satu abad, NU semakin dicintai dan diminati umat.

 

“Orang-orang Timur Tengah itu datang ke Indonesia datangnya ke PBNU. Tidak ke Istana Negara, DPR, atau MPR. Ini karena melihat keberhasilan NU merawat negara yang kompeks perbedaanya,” pungkasnya.


Metropolis Terbaru