• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Metropolis

KH Afifuddin Muhajir Disebut Mutiara dari Timur, Ini Alasannya

KH Afifuddin Muhajir Disebut Mutiara dari Timur, Ini Alasannya
Nyai Farida Ulvi Na’imah saat bersama KH Afifuddin Muhajir. (Foto: NOJ/ Boy Ardiansyah)
Nyai Farida Ulvi Na’imah saat bersama KH Afifuddin Muhajir. (Foto: NOJ/ Boy Ardiansyah)

Sidoarjo, NU Online Jatim
Wakil Ketua Aswaja NU Center Sidoarjo, Nyai Farida Ulvi Na’imah menyebutkan Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Afifuddin Muhajir sebagai mutiara dari timur. Hal itu karena kepakaran Kiai Afif di bidang ushul fiqih tidak sekadar mumpuni secara teoritis, tetapi juga mahir mendayagunakan perangkat-perangkat teori ushul fiqih secara praksis.


“Kepiawaiannya mampu mendialogkan khazanah kitab kuning dengan diskursus modern guna menjawab problematika keagamaan maupun kebangsaan yang tengah berkembang di masyarakat. Reputasi akademik beliau juga sangat mengesankan,” katanya kepada NU Online Jatim, Selasa (19/07/2022).


Alumni Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta itu mengatakan, ciri nalar fiqih Kiai Afif adalah wasathiyah, yakni mampu memadukan nushush as-syari’ah (pembacaan teks syariat) dan maqashid as-syari’ah (tujuan dari syariat).


Nyai Ulfi lantas memberikan contoh di antara kepakaran dan kealiman Kiai Afifyang paling menyita perhatian publik yaitu kontribusinya dalam membincangkan Pancasila dari sudut pandang ushul fiqih.


“Beliau menyampaikan tiga perspektif yang menjadi alasan umat Islam di Indonesia menerima Pancasila,” ungkapnya.


Pertama, bahwa pancasila tidak bertentangan dengan syariat Islam (la yukhalif as-syari’ah). Kedua, pancasila selaras dengan syariat (yuwafiq as-syariah) karena ajaran-ajaran di dalamnya mengajarkan kebaikan dan dibuat untuk kemaslahatan umat.


Ketiga, pancasila adalah cerminan implementasi sebagian syariat Islam (huwa asy-syariah bi ainiha). “Maka, dengan tiga perpektif tersebut, para ulama Indonesia menyadari bahwa menjalankan Pancasila sama dengan menjalankan syari’ah,” terangnya.


Dirinya juga menyampaikan, bahwa dalam tradisi belajar mengajar di kalangan umat Islam, khususnya pesantren, sanad ilmu menjadi unsur pokok. Disiplin ilmu keislaman apapun, sanadnya bermuara kepada Rasulullah.


“Sanad merupakan mata rantai transmisi yang berkesinambungan sampai kepada Rasulullah SAW,” katanya.


Menurut Nyai Ulvi, secara umum sanad berarti latar belakang pengajian ilmu agama seseorang yang tersambung dengan para ulama setiap generasi hingga para Sahabat yang mengambil pemahaman agama yang shahih dari Rasulullah.


“Dengan demikian, para ulama menghimpun sanad-sanad keilmuan mereka baik dari sudut riwayah dan dirayah, dari sudut manqul (yang dinuqilkan) maupun yang ma’qul (yang dapat dipahami secara akal). Oleh karenanya, sistem jejaring sanad (isnad) akan mendorong terbentuknya jejaring ulama,” pungkasnya.


Metropolis Terbaru