Seminar Pemikiran Islam di Ikhac Hadirkan Guru Besar Universitas Al-Azhar
Selasa, 19 Juli 2022 | 05:00 WIB

Syaikh Abdul Aziz al-Syahawi al-Husaini diapit KH Asep Saifuddin Halim dan KH Afifuddin Muhajir.( Foto: NOJ/Boy Ardiansyah)
Boy Ardiansyah
Kontributor
Mojokerto, NU Online Jatim
Institut Pesantren KH Abdul Chalim (Ikhac) Mojokerto menggelar seminar pemikiran Islam madzhab Syafii dengan menghadirkan ulama Mesir, Syaikh Abdul Aziz al-Syahawi al-Husaini. Pada kegiatan yang berlangsung Senin (18/07/2022) di masjid kampus setempat itu juga mendatangkan KH Afifuddin Muhajir, Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) beserta beberapa pemateri lain.
Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah, KH Asep Saifuddin Chalim dalam sambutannya menyampaikan kisah kealiman Imam Syafii. Dikisahkan bahwa Imam Syafii sosok yang sangat cerdas sehingga Imam Malik selaku gurunya kagum dan mengakui kealimannya.
“Imam Malik menyaksikan bahwa Imam Syafii ketika mengaji dengannya tidak pernah membawa kitab. Tetapi ketika Imam Malik bertanya kepada Imam Syafii tentang apa yang telah diajarkan, Imam Syafii menjawab dengan detail sama dengan apa yang disampaikan Imam Malik tanpa ada yang terlewatkan,” katanya.
Dijelaskan bahwa Imam Syafii dapat sedemikian alim karena mendengarkan nasihat Imam Waqi' bin al-Jarrah yang melarang berbuat maksiat agar memiliki hafalan yang kuat. Melihat kisah Imam Syafii tersebut, Kiai Asep menyimpulkan bahwa ilmu tidak akan diberikan kepada orang yang masih melakukan kemaksiatan.
“Anak-anakku sekalian, oleh karena itu jauhkan diri kalian dari berbagai bentuk kemaksiatan. Tetapi tidak semata-mata meninggalkan maksiat lantas tidak membawa kitab ketika mengaji. Karena saya yakin kekuatan hafalan Imam Syafii tidak akan bisa dimiliki oleh kalian,” ujarnya.
Sementara Syaikh Abdul Aziz al-Syahawi al-Husaini menjelaskan bahwa imam madzhab empat adalah ahli ijtihad dan ahli ilmu. Disebutkan Imam Malik, Imam Syafii, Imam Hanafi dan Imam Hambali adalah dalam hidayah dan petunjuk Allah.
“Imam madzhab empat itu mengetahui dengan sangat detail ilmu agama dan ilmu dunia. Perbedaan pendapat di antara imam madzhab adalah tidak untuk dipertentangkan, tetapi untuk saling melengkapi,” ujarnya.
Guru Besar Madzhab Syafii Univeritas Al-Azhar Mesir itu lantas mengisahkan kehidupan Imam Syafi yang sejak kecil diisi dalam ketakwaan. Sejak balita telah dibawa ibunya ke Mekkah. Di Mekkah, Imam Syafii telah balajar dari banyak ulama.
“Dan pada akhirnya bertemu Imam Malik yang berada di Madinah. Saat bertemu Imam Syafii, Imam Malik memberi nasihat agar senantiasa bertakwa dan menjauhi yang haram. Dengan begitu, Imam Syafii akan menjadi imam di masanya,” jelasnya.
Terpopuler
1
Sinergi LPBINU Jatim dan MMB SPS Unair, Bersatu Hadapi Bencana
2
Menata Ulang Relasi Kiai dan Santri Ndalem
3
Gerakan Koin sebagai Pilar Kemandirian dan Konsolidasi NU
4
Mengenal Kudapan Jalabiya, Jajanan Tradisional Kue Manis Khas Dungkek Madura
5
20 Dai Muda Jatim Resmi Jadi Kader Kemenag RI, Siap Berdakwah di Era Digital
6
LF PBNU Tetapkan 1 Rabiul Awal 1447 H Jatuh pada Senin, 25 Agustus 2025
Terkini
Lihat Semua