• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Metropolis

KH As’ad Said Ali Ulas Perbedaan Humanisme Barat dan Timur

KH As’ad Said Ali Ulas Perbedaan Humanisme Barat dan Timur
Mustasyar PBNU, KH As’ad Said Ali. (Foto: NOJ/ Boy Ardiansyah)
Mustasyar PBNU, KH As’ad Said Ali. (Foto: NOJ/ Boy Ardiansyah)

Mojokerto, NU Online Jatim
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH As’ad Said Ali mengatakan, pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) telah memberikan dasar terkait yang disebut humanisme. Ia juga menjabarkan tentang perbedaan humanisme barat dan timur.


“Para pendiri bangsa telah menjadikan Pancasila sebagai dasar dari humanisme. Kalau humanisme barat itu berbeda dengan kita. Pertama mereka individualisme, yang kedua liberal,” katanya saat berbicara dalam forum Internasional Conference On Research And Community (ICORCS) 2022 di Institut Pesantren KH Abdul Chalim (Ikhac) Pacet, Mojokerto, Sabtu (25/06/2022).


Pada acara yang diprakarsai oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) itu, Kiai As’ad memberikan contoh humanisme di barat, yakni semisal Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender atau LGBT yang dinilai sebagai bentuk kebebasan. Ia menegaskan, di Indonesia tidak mengenal hal-hal yang demikian.


“Jadi, humanisme di Indonesia dasarnya yang pertama adalah berkeadilan, dan kedua adalah beradab. Ketika bicara keadilan, maka kita berbicara tentang Islam, bukan yang lain,” terangnya.


Makna beradab tersebut ialah artinya merujuk kepada peradaban budaya timur yang belum tercampur dengan budaya barat. Oleh karena itu, rujukan humanisme timur bukanlah keadilan barat.


“Ini penting, artinya yang kita bangun adalah manusia Indonesia berwawasan dunia. Jadi, bukan menjadi manusia yang lepas dari dunia. Kita juga manusia yang mempunyai karakter budaya yang tidak sama dengan negara-negara lain,” ujarnya.


Disebutkan, humanisme memang wacana internasional. Namun, perhatian khusus terhadap konteks penerapannya sangat penting. Sebab, jika tidak demikian akan terpengaruh dengan peradaban dunia yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. 


“Sekarang berlangsung perang peradaban antara barat dan timur. Dan jelas, menurut Huntington, yang menang adalah barat. Musuhnya dari peradaban timur ialah Cina, Jepang, dan India,” ungkapnya.


Oleh karena itu, pria kelahiran Kudus 19 Desember 1949 itu berpesan agar bangsa Indonesia hendaknya berpegang tuguh pada budaya tanpa terlepas dari peradaban dunia. Hal itu agar bangsa Indonesia tidak terjerumus dalam perang peradaban.


“Peradaban dunia harus terus diikuti selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai adat ketimuran atau secara rinci tidak bertentangan dengan Pancasila,” pungkasnya.


Metropolis Terbaru