Metropolis

Lesbumi PBNU Lestarikan Objek Kemajuan Kebudayaan dan Cagar Budaya

Jumat, 1 November 2024 | 18:00 WIB

Lesbumi PBNU Lestarikan Objek Kemajuan Kebudayaan dan Cagar Budaya

Lokakarya Lesbumi PBNU di Pondok Pesantren Al Ikhlas, Gresik. (Foto: NOJ/tugujatim.id)

Gresik, NU Online Jatim

Tantangan baru bagi bangsa Indonesia semakin terlihat di tengah derasnya arus informasi dan kemajuan teknologi. Masyarakat cenderung lebih aktif di media sosial, tetapi kurang antusias dalam membaca yang kerap kali menghasilkan perdebatan yang riuh di dunia maya.


Kegiatan bertajuk ‘Pelestarian Objek Pemajuan Kebudayaan dan Cagar Budaya di Lingkungan Pesantren dan Masyarakat’ bertujuan untuk menggalakkan upaya pelestarian budaya lokal di tengah komunitas pesantren.


Ketua Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH M Jadul Maula mengatakan, fenomena ini adalah bentuk ghazwul fikr atau invasi pemikiran. Ini adalah perang opini, sebuah upaya menguasai melalui ide, tulisan, teori, argumentasi, dan propaganda.


“Dalam ghazwul fikr, tidak lagi digunakan senjata fisik, tapi serangan itu dilancarkan melalui pemikiran, media, dialog, dan perdebatan yang terstruktur,” ujarnya saat Lokakarya Lesbumi PBNU di Pondok Pesantren Al Ikhlas, Gresik yang berlangsung Selasa-Kamis (29-31/10/2024).


Pengasuh Pondok Pesantren Kaliopak Yogyakarta ini mengungkapkan, budaya lokal perlu dijaga dan dilestarikan sebagai upaya mempertahankan identitas bangsa. Melestarikan budaya tidak hanya sekadar mempertahankan nilai-nilai tradisi, tetapi juga merupakan langkah untuk memperkuat jati diri sebagai bangsa yang kaya akan sejarah dan warisan leluhur.


Senada dengan itu, Ketua Lesbumi Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim, Riadi Ngasiran menjelaskan, ghazwul fikr atau invasi pemikiran asing kini menyerang secara sistematis dan masif. Melalui media, pendidikan, hiburan, hingga lembaga sosial, serangan ini bertujuan mengubah pola pikir dan akhlak masyarakat.


“Jika seorang muslim terus-menerus terpapar pemikiran sekuler, lambat laun pola pikirnya juga akan menjadi sekuler,” katanya yang dilansir dari Tugujatim.id, Jum’at (01/11/2024).


Menurutnya, ada tiga langkah yang biasa digunakan untuk melemahkan identitas suatu bangsa. Pertama, mengaburkan sejarahnya. Kedua, menghancurkan bukti-bukti sejarah sehingga tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Ketiga, memutuskan hubungan masyarakat dengan leluhurnya untuk menanamkan pemikiran bahwa leluhur mereka primitif.


Diskusi ini tidak hanya fokus pada pelestarian budaya, tetapi juga pentingnya menjaga kesadaran kolektif masyarakat akan warisan leluhur yang berperan sebagai benteng identitas bangsa. Dengan lokakarya seperti ini, Lesbumi NU berupaya memperkaya khazanah budaya lokal di lingkungan pesantren yang menjadi pusat pengajaran nilai-nilai tradisional dan religius.


Melalui program-program seperti ini, mereka berharap pesantren dapat terus memainkan peran sebagai penjaga warisan budaya sekaligus benteng pemikiran di tengah arus modernisasi yang terus berkembang.