Mujahadah Pejuang NU, Gus Kikin Ulas Fakta Historis Fatwa dan Resolusi Jihad
Ahad, 10 November 2024 | 00:01 WIB

Ketua PWNU Jatim KH Kikin A Hakim (Gus Kikin), saat Mujahadah Pejuang NU di Gedung HBNO, Jalan Bubutan, Kota Surabaya, Sabtu (09/11/2024). (Foto: NOJ/ MR)
Ika Nur Fitriani
Kontributor
Surabaya, NU Online Jatim
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim menggelar Mujahadah Pejuang Nahdlatul Ulama di Gedung Hofdbestuur Nahdlatul Oelama (HBNO), Jalan Bubutan, Kota Surabaya, Sabtu (09/11/2024). Acara yang diikuti perwakilan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) se Jawa Timur ini merupakan serangkaian dari peringatan Hari Santri 2024.
Dalam kesempatan ini, Ketua PWNU Jatim KH Kikin A Hakim, membacakan Risalah Singkat, Fatwa, dan Resolusi Jihad. Ia menyebutkan, Hari Santri benar-benar berbasis bukti historis bahwa Pertempuran 10 November 1945 melibatkan Laskar Santri (Hizbullah-Sabilillah), selain Tentara Pelajar/TRIP dan pemuda/Arek Suroboyo.
“Buktinya, ada Fatwa Jihad, Resolusi Jihad (di Gedung HBNO), dan Takbir Allahu Akbar yang dipekikkan Bung Tomo,” ujarnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang itu menjelaskan bahwa 79 tahun yang lalu, resolusi jihad melibatkan para ulama dan santri melakukan perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal tersebut yang menjadi cikal bakal dari peringatan Hari Santri.
“Catatan historis resolusi jihad, hari santri pada tanggal 22 Oktober, diperingati seiring dengan ditandanganinya Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 Tahun 2015,” ungkap Gus Kikin, sapaan akrabnya.
Di masa itu, lanjut Gus Kikin, pihak sekutu tidak mengakui kemerdekaan Indonesia dan ingin menguasai kembali Indonesia. Hal ini direspons oleh para ulama, salah satunya Hadratussyeikh KH M Hasyim Asy'ari, melalui fatwa jihad pada 17 September 1945, satu bulan setelah pembacaan Proklamasi Kemerdekaan RI oleh Soekarno-Hatta.
Ia menambahkan, Fatwa Jihad itu akhirnya disambung dengan Resolusi Jihad yang merupakan fatwa ulama untuk pemerintah Indonesia agar melawan Sekutu. “Resolusi Jihad ini merupakan hasil pertemuan PBNU/HBNO yang dihadiri ulama NU se-Jawa dan Madura di Kantor HBNO/PBNU di Bubutan, Surabaya pada 22 Oktober 1945,” terangnya.
Perlawanan rakyat di Surabaya juga disuarakan Bung Tomo dari Radio Pemberontakan Rakyat melalui pekik "Allahu Akbar" berkali-kali. “Dan, takbir itu tak lain merupakan saran dari KH M Hasyim Asy'ari kepada Bung Tomo untuk menyemangati rakyat,” pungkasnya.
Diketahui, Mujahadah Pejuang NU ini menjadi momentum memohon berkah serta menghubungkan kembali sanad perjuangan dengan para muassis, pejuang, dan santri Nahdlatul Ulama, yang telah gugur dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui Resolusi Jihad yang difatwakan oleh Hadratussyeikh KH M Hasyim Asy’ari.
Terpopuler
1
Kisah As'ad, Tukang Cukur Naik Haji Asal Pasuruan
2
Berbagai Keutamaan Kota Makkah dan Madinah, Dua Kota Suci Umat Islam
3
Pesantren Nurul Ulum Malang Gelar Makesta, Siapkan Kader Unggul-Visioner
4
Bacaan Doa Sunnah Setiba di Kota Makkah
5
Ketua Rijalul Ansor Sidoarjo, Gus Bahron: Kita Patut Bangga Berkhidmat di NU
6
Ketua PCNU Pasuruan: Pendidikan Adalah Benteng Penguatan Aswaja
Terkini
Lihat Semua