• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Metropolis

Ngaji Awal Tahun, Kiai Marzuki: Gus Dur Utamakan Kemaslahatan Umat

Ngaji Awal Tahun, Kiai Marzuki: Gus Dur Utamakan Kemaslahatan Umat
Kiai Marzuki saat menceritakan Gus Dur di kantor PWNU Jatim, Sabtu (01/01/2021). (Foto: NOJ/Boy Ardiansyah)
Kiai Marzuki saat menceritakan Gus Dur di kantor PWNU Jatim, Sabtu (01/01/2021). (Foto: NOJ/Boy Ardiansyah)

Surabaya, NU Online Jatim

Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur mengelar Istighosah Awal Tahun dan Haul ke-12 Gus Dur, Sabtu (01/01/2021). Kegiatan ini sekaligus Ngaji Rutin Kitab Muktarul Ahadist bersama Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar.

 

Dalam acara yang ditempatkan di aula KH Bisri Syansuri kantor PWNU Jatim ini Kiai Marzuki menyampaikan bahwa Gus Dur telah selesai dengan dirinya sendiri.

 

“Secara kehormatan, Gus Dur sudah terhormat karena cucu pendiri NU dan putra Menteri Agama. Kalau cari ketenaran Gus Dur sudah tenar, kalau cari kekayaan Gus Dur sudah kaya, kalau cari pengakuan kepandaian, pandainya Gus Dur sudah melebihi profesor,” kata pengasuh Pondok Pesantren Sabilulrosyad Gasek, Malang itu.

 

Menurut Kiai Marzuki, Gus Dur justru hanya mengedepankan mencari kemaslahatan umat. Bahkan Gus Dur tidak perduli lagi dicaci atau dihina oleh orang lain demi kemaslahatan umat.

 

“Gus Dur membela non-muslim mati-matian. Ketika non-muslim di Madura dilindungi, otomatis Muslim yang minoritas di Papua akan dilindungi. Ketika Indonesia punya komitmen melindungi non-muslim, Muslim di Australia akan mendapatkan perlindungan,” lanjut Kiai Marzuki.

 

Ia juga menjelaskan prinsip hidup Gus Dur yang berbeda dengan fikih pada umumnya. Pertama, bangsa dan negara, yang kedua umat, sedangkan ketiga adalah keluarga.

 

“Pada umumnya, fikih kan keluarga dulu, tetapi Gus Dur tidak. Kata Gus Dur, kalau mengurusi keluarga saja ketika wafat yang mendoakan hanya anak-anak dan keluarga saja. Tetapi kalau mengurusi bangsa, negara dan umat, ketika wafat akan banyak yang mendoakan,” ungkapnya.

 

Dalam kesempatan itu, Kiai Marzuki mengingatkan  jika terjadi polarilasi di  tubuh NU menyongsong abad ke-2 jamiyah. Seperti NU ala pondok, ala kampus, ala Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

  

“Umat  menjadi bingung, maka kembalikan kepada AD/ART, yang intinya Ahlussunnah wal Jamaah madzhab fikih empat, akidahnya Asy’ari dan Maturidi, tasawufnya Imam Ghozali,” tandasnya.


Editor:

Metropolis Terbaru