• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Metropolis

Penyandang Tunarungu Hadiri Forum Toleransi Tunas Gusdurian 2022

Penyandang Tunarungu Hadiri Forum Toleransi Tunas Gusdurian 2022
Penerjemah sedang membantu penyandang disabilitas tunarungu dalam forum isu toleransi dan perdamaian pada Tunas Gusdurian 2022. (Foto: NOJ/ Moch Miftachur Rizki)
Penerjemah sedang membantu penyandang disabilitas tunarungu dalam forum isu toleransi dan perdamaian pada Tunas Gusdurian 2022. (Foto: NOJ/ Moch Miftachur Rizki)

Surabaya, NU Online Jatim
Ratusan peserta mengikuti Forum Isu Penguatan Toleransi dan Perdamaian dalam Temu Nasional (Tunas) Gusdurian 2022 di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Sabtu (15/10/2022). Menariknya, forum ini dihadiri penyandang tunarungu atau tuli.


Sedikitnya, dua orang penyandang disabilitas tunarungu dalam kegiatan tersebut. Penerjemah bahasa isyarat pun membantu komunikasi antara narasumber dengan penyandang tunarunfu asal Surabaya tersebut.


"Diskriminasi dapat mempengaruhi kesehatan mental teman-teman difabel. Jika mentalnya jatuh, maka bagaimana difabel bisa memberikan kontribusi kepada masyarakat umum," kata salah seorang penyandang tunarungu dibantu Serly penerjemah bahasa isyarat.


Ia berharap ke depan setiap agenda bisa membuka pendaftaran bagi teman-teman disabilitas. "Jadi, kami harap ajaran Gusdurian ini bisa merata ke semua elemen," harapnya.


Sementara itu, Aska, salah seorang penerjemah bahasa isyarat yang lain menyampaikan, pihaknya tidak mengetahui secara pasti jumlah keseluruhan disabilitas yang hadir dalam Tunas Gusdurian 2022 tersebut.


"Kalau keseluruhan kurang tahu, tetapi yang hadir di forum ini ada dua orang. Tentunya, kami berharap tidak ada diskriminasi untuk disabilitas, dan akses umum untuk disabilitas lebih peduli lagi," tuturnya.


Seperti diketahui, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pernah menyampaikan bahwa perdamaian tanpa keadilan adalah ilusi. Hal ini menjadi landasan utama sebagai kerangka dasar memahami toleransi dan perdamaian.


Pernyataan itu jelas menyiratkan bahwa toleransi dan perdamaian hanyalah syarat, bukan tujuan. Sedang tujuan utama adalah keadilan dan kesejahteraan.


Pandangan ini sejalan dengan paradigma dasar toleransi seperti tertuang dalam Deklarasi Prinsip-Prinsip Toleransi yang diadopsi Konferensi Umum UNESCO ke-28 di Paris pada 16 November 1995 lalu, bahwa toleransi adalah keselarasan dalam perbedaan.


Metropolis Terbaru