• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Metropolis

Respons PBNU soal Usul Peniadaan Sidang Isbat

Respons PBNU soal Usul Peniadaan Sidang Isbat
Konferensi Pers PBNU di Jakarta. (Foto: NOJ/ ISt)
Konferensi Pers PBNU di Jakarta. (Foto: NOJ/ ISt)

Surabaya, NU Online Jatim

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memberikan tanggapan atas usulan peniadaan sidang isbat dalam penentuan awal Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.

 

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan, bahwa sidang isbat telah menjadi aturan yang ditetapkan pemerintah, sehingga penghapusan itu memerlukan proses panjang dan tidak bisa dilakukan secara tiba-tiba.

 

"Pertama, sidang isbat itu sudah aturan menjadi ketentuan pemerintah, sehingga untuk menghapus itu butuh proses panjang. Tidak bisa tiba-tiba kalau misalnya Menteri Agama tiba-tiba bilang tahun ini nggak ada sidang isbat, tentu kami akan protes juga karena ini sudah jadi aturan," katanya dalam keterangan persnya di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Sabtu (09/03/2024) dilansir NU Online.

 

Selain itu, Gus Yahya mengatakan bahwa sidang isbat diselenggarakan untuk menjaga harmoni masyarakat selama Ramadhan dan Idul Fitri. "Dan sebetulnya sidang itsbat ini diselenggarakan untuk tujuan agar harmoni masyarakat tetap terpelihara dalam Ramadhan dan Idul Fitri nanti,” ungkapnya.

 

Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang itu menegaskan, bahwa PBNU akan tetap mengikuti prosedur dan hasil sidang isbat yang ditetapkan oleh pemerintah.

 

"Tapi kalau bagi Nahdlatul Ulama kami tetap saja berpegang pada pandangan bahwa awal Ramadhan dan Idul Fitri itu ditentukan berdasarkan hasil rukyah hilal,” ucapnya.

 

“Nah, karena ada aturan bahwa pemerintah melakukan sidang isbat, maka kami dengan ini menyandarkan diri kepada hasil sidang isbat itu sendiri dari pemerintah. Para kiai NU bahkan mengatakan tidak boleh mengumumkan pandangan yang berbeda dari pemerintah kalau sudah ada penetapan isbat dari pemerintah," imbuh Gus Yahya.

 

Dalam konteks bulan suci, Gus Yahya juga menekankan pentingnya meningkatkan spiritualitas dan menghindari ceramah yang memuat provokasi selama bulan Ramadhan.

 

"Dalam suasana Ramadhan ini, mari kita tingkatkan pendekatan diri kepada Allah dan memohon pertolongan-Nya. Perbedaan pandangan sudah biasa, dan masyarakat tidak diganggu olehnya. Mari kita manfaatkan bulan Ramadhan ini untuk meningkatkan ikhtiar rohani kita," tambahnya.

 

Gus Yahya menekankan bahwa pandangan Nahdlatul Ulama selalu bersandar pada keputusan sidang isbat pemerintah, dan mengajak semua pihak untuk menjaga kedamaian dan kesatuan umat selama bulan suci Ramadhan.

 

"Kami ingatkan dan kami imbau kepada semua ya daripada kita melakukan provokasi mari kita tingkatkan setiap pendekatan diri kita kepada Allah SWT," pungkasnya.


Metropolis Terbaru