Bila baru melangsungkan akad nikah dan dilanjut dengan bulan madu, maka bisa jadi seluruh hari demikian indah dan menyenangkan.
Masing-masing pasangan berupaya untuk kompromi dengan perbedaan yang ada. Bahkan, perangai buruk dari pasangan akan disadari dan dimengerti. Praktis, hari-hari berjalan dengan suka cita.
Namun, satu demi satu masalah akan muncul seiring berjalannya waktu. Justru di sinilah, kesabaran, ketelatenan dan saling mengerti tengah diuji. Apakah masing-masing akan terus berkomitmen untuk meminimalisir perbedaan, atau mengelolanya menjadi ujung yang indah.
Karena kalau tidak saling mengalah, yang terjadi bisa sebaliknya. Pertengkaran dan perselisihan yang ujung-ujungnya kalau tidak sabar akan mengarah kepada kekerasan dalam rumah tangga.
Hal ini juga yang diingatkan Ustadz Ma’ruf Khozin saat menyampaikan khutbah nikah pada Ahad (20/12/2020).
“Saya berpesan kepada para suami agar tidak memukul istrinya, sebab sudah ada Undang-undang Kekerasan Dalam Rumah Tangga,” kata Ketua Pengurus Wilayah Aswaja NU Center Jawa Timur tersebut.
Secara khusus, alumnus Pesantren Ploso Kediri ini menyampaikan bahwa Nabi pun tidak melakukan kekerasan kepada istri-istrinya:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ مَا ضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا قَطُّ بِيَدِهِ وَلَا امْرَأَةً وَلَا خَادِمًا
Artinya: Dari 'Aisyah dia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sama sekali tidak pernah memukul -dengan tangannya- baik kepada perempuan ataupun pembantu. (HR Muslim)
Bagaimana kalau suatu ketika istri marah dan nyebelin?
“Bawa belanja saja, insyaallah marahnya sembuh,” tandasnya.
Fahimtum, ustadz. Atau ini juga pengalaman pribadi? He he
