Iksan Kamil Sahri
Penulis
Goal puasa itu adalah agar kita bertakwa sebagaimana difirmankan Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah: 183 sebagaimana berikut:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Lalu, apa ukuran kita bertakwa, bagaimana cara mengukurnya dan apa indikatornya. Hal ini bisa kita cek pada bagaimana Allah SWT memberikan indikator-indikatornya melalui firmannya yaitu melalui ayat-ayat yang menjelaskan tentang siapakah yang dimaksud orang bertakwa tersebut. Untuk menjawab hal ini kita akan melihat pada bagaimana Tuhan menyebutkan indikatornya pada QS. Al-Baqarah: 3-4 dan QS. Ali Imron: 134-135.
الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَۙ
Baca Juga
Tiga Tingkatan Orang Berpuasa
Artinya: "(yaitu) orang-orang yang beriman pada yang gaib, menegakkan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka." (QS. Al-Baqarah: 3)
وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَۚ وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَۗ
Artinya: "dan mereka yang beriman pada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad) dan (kitab-kitab suci) yang telah diturunkan sebelum engkau dan mereka yakin akan adanya akhirat." (QS. Al-Baqarah: 4)
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ
Artinya: "(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS. Ali Imron: 134)
وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ
Artinya: "Demikian (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka (segera) mengingat Allah lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. Siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan apa yang mereka kerjakan (perbuatan dosa itu) sedangkan mereka mengetahui(-nya)." (QS. Ali Imron: 135)
Baca Juga
Begini Cara Gus Dur Puasa Asyura
Secara garis besar dari empat ayat tersebut kita bisa melihat bahwa indikator orang yang bertakwa itu mencakup beberapa hal berikut. Pertama, tauhid. Dalam surat Al-Baqarah ayat 3 disebutkan bahwa tanda orang yang bertakwa itu adalah alladzina yu’minuna bil ghaybi yaitu adalah mereka yang beriman kepada yang ghaib.
Di ayat keempat juga disebutkan walladzina yu’minuna bima unzila ilayka wa ma unzila min qablik yaitu mereka yang beriman kepada kitab yang diturunkan kepadamu (wahai Muhammad) dan kepada kitab-kitab yang diturunkan sebelum kamu. Kata kuncinya di sini adalah keimanan. Keimanan menjadi kunci penting dari indikator seorang disebut sebagai bertakwa.
Kedua, ritualitas dan hubungan vertikal. Di surat Al-Baqarah ayat 2 tersebut juga ditegaskan wa yuqimunas shalata yaitu dan mereka yang mendirikan shalat. Persoalan shalat adaah persoalan ritualitas yang harus dikerjakan oleh setiap orang yang beriman. Ia tidak saja menjadi sekadar ritualitas tapi juga menjadi relasi vertikal kita kepada Allah SWT.
Hubungan vertikal ini adalah keniscayaan dan sifatnya adalah ta’abbudi. yaitu penyembahan dan pemasrahan diri kepada yang Maha Kuasa. Mereka yang terputus dari jalur vertikal maka cenderung akan gersang karena penghambaan adalah bagian dari fitrah manusia, yaitu penyembahan kepada Tuhannya.
Ketiga, filantropi dan hubungan horizontal. Masih di surat Al Baqarah ayat 2 juga disebutkan wa minma razaqnahum yunfiqun. Dan dari sebagian harta yang dirizkikan kepada mereka, mereka nafkahkan. Ini adalah bentuk esensi filantropi dalam Islam. Kemauan untuk berbagi kepada sesama karena hakikatnya agama itu mengajarkan ta’awun atau saling tolong menolong dalam kebaikan dan kemaslahatan bersama.
Keempat, adalah attitude (sikap atau perilaku). Dalam surat Ali Imron ayat 134-135 itu adalah bagaimana sikap orang yang bertakwa itu dapat terlihat dari karakternya. Indikator keempat dalam ayat ini dijabarkan menjadi (1) memiliki sikap kedermawanan, (2) dapat menahan amarah, (3) berhati lapang dengan memaafkan kesalahan manusia, dan (4) adalah tatkala mereka terjatuh pada kesalahan mereka segera ingat kepada Tuhannya dan beristighfar memohon ampun atas kesalahannya.
Itulah empat indikator dari sebagian indikator seseorang berhasil puasanya atau tidak selama bulan Ramadhan, yaitu diukur dari goal puasa itu sendiri, takwa.
*) Iksan K. Sahri, adalah Dosen UIN Sunan Ampel sekaligus Aktivis LP Ma'arif PWNU Jawa Timur.
**) Tulisan ini adalah intisari dari Khutbah Idul Fitri 1446 H/2025 M di Masjid Rowo Mulyo Krian, Sidoarjo.
Terpopuler
1
Ma'had Aly Denanyar Gelar Kuliah Umum Perkuat Literasi Politik Santri
2
Konfercab XIV, KH Salim Azhar dan Sahrul Munir Pimpin PCNU Lamongan 2025-2030
3
Ustadz Untung, Guru Madrasah dengan Keterbatasan Fisik Terima Penghargaan Tingkat Nasional
4
KH Muhammad Anwari Ismail, Ulama Pejuang Pendidikan dan NU
5
Khutbah Jumat: Ciri Orang Merugi dalam Beragama ala Rasulullah
6
Khutbah Jumat Singkat: 3 Amalan Meraih Pintu Surga
Terkini
Lihat Semua