• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 27 April 2024

Opini

Perempuan Tiang Negara dan Madrasah Pertama bagi Generasi Utama

Perempuan Tiang Negara dan Madrasah Pertama bagi Generasi Utama
Perempuan tiang negara dan madrasah pertama bagi generasi utama. (Foto: NOJ/ ISt)
Perempuan tiang negara dan madrasah pertama bagi generasi utama. (Foto: NOJ/ ISt)

Perempuan merupakan makhluk yang begitu istimewa. Allah SWT menciptakan perempuan dengan segudang keistimewaan yang tidak dimiliki laki-laki. Tentu keistimewaan itu harus ditopang dan didukung oleh laki-laki.

 

Keistimewaan lainnya yaitu perempuan memiliki bakat multitasking. Semua bisa dilakukan seorang diri dalam waktu bersamaan. Perempuan juga memiliki kecakapan dalam mendidik. Karena itu posisi perempuan di dalam Islam memiliki kedudukan yang tinggi.

 

Ketika perempuan itu sudah menikah dan mengandung, maka perannya sangat besar. Melahirkan generasi penerus hingga membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Oleh sebab itu, perintah berbuat baik kepada orang tua, khususnya ibu, disebutkan sampai tiga kali, setelah itu baru kepada sosok ayah.

 

Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah berwasiat 3 kali kepada kalian untuk berbuat baik kepada ibu kalian, sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada ayah kalian, sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada kerabat yang paling dekat kemudian yang dekat.” (HR. Ibnu Majah).

 

Dalam jurnal "Urgensi dan Peran Ibu Sebagai Madrasahtul Ula dalam Pendidikan Anak" (Nurhayati dan Syahrizal; 2015) disebutkan, madrasahtul ula berarti sekolah pertama (etimologis). Sementara secara terminologis berarti ibu berpengaruh besar terhadap perkembangan pendidikan anak-anaknya sampai dengan berhasil.

 

Pengertian tersebut selaras dengan syair Hafidz Ibrahim yang berbunyi: “al-ummu madrasah al-ula, idza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyiban al-a’raq.” Artinya yakni, ibu adalah madrasah (sekolah) pertama (bagi anak-anaknya), jika engkau mempersiapkannya (dengan baik), maka engkau telah mempersiapkan generasi yang baik pula.

 

Ibu adalah panutan dan suri tauladan bagi anak-anaknya, maka sudah seharusnya ia menjalankan tugas dan fungsinya di dalam rumah tangga dengan baik. Sehingga terbentuklah anak-anak yang kelak akan menjadi generasi penerus bangsa yang baik pula.

 

Kecerdasan dan berakhlak atau tidaknya seorang anak dipengaruhi oleh bimbingan orang tua terutama sosok ibu. Ibu yang memilih menjadi ibu rumah tangga sudah tentu memiliki waktu yang lebih banyak untuk anaknya dibanding ayah yang harus bekerja. Kedekatan dengan ibu pun seharusnya bisa lebih kuat. Karena hal itu bagian dari kewajiban seorang ibu untuk mengajarkan hal-hal baik kepada anaknya.

 

Maka, jika ingin melahirkan generasi utama atau unggul, sudah seharusnya ibu atau perempuan lebih konsentrasi mendidik anaknya. Perekonomian seorang perempuan harusnya sudah terjamin keberlangsungannya, sehingga seorang ibu memiliki perhatian penuh kepada anaknya.

 

Perempuan adalah kunci dalam melahirkan generasi yang berakhlakul karimah. Karena itu perempuan sebagai tiang negara. Ketika perempuannya baik, maka negara akan berdiri kokoh dengan melahirkan generasi utama.

 

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf mengatakan pada acara Harlah ke-78 Muslimat NU di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, (20/1/2024) lalu. Bahwa ibu-ibu memiliki peran sentral dalam membangun peradaban. Cita-cita perjuangan peradaban harus dimulai dengan membangun negara yang kuat, dan di dalam proses tersebut, ibu-ibu memiliki peran kunci. Hal tersebut karena an-nisa imadul bilad, perempuan adalah tiang negara.

 

Hal senada juga disampaikan Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, dalam bentuk syair, yaitu hampir semua manusia-manusia terbaik lahir dari perempuan terbaik. Nabi Muhammad SAW lahir dari rahim perempuan terbaik bahkan makhluk terbaik, yaitu Sayyidatina Siti Aminah.

 

Perempuan itu candradimuka yang melahirkan para pemimpin terbaik. Dari rahim perempuan diharapkan lahir masyarakat yang baik, dari masyarakat yang baik lahirlah pemimpin terbaik yang diharapkan bangsa dan negara Indonesia. Maka sekuat tenaga perempuan harus mendidik agar tercipta pemimpin yang berakhlakul karimah.

 

*) Moch Rofi’i Boenawi, Dosen Institut Al Azhar Menganti Gresik.


Opini Terbaru