• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Pantura

Teliti ‘Desa Pancasila’, Sekretaris RMINU Lamongan Raih Gelar Doktor

Teliti ‘Desa Pancasila’, Sekretaris RMINU Lamongan Raih Gelar Doktor
Sekretaris RMINU Lamongan, Ahmad Hanif Fahruddin (kanan), saat mempertahankan disertasi tentang 'Desa Pancasila'. (Foto: NOJ/Ist).
Sekretaris RMINU Lamongan, Ahmad Hanif Fahruddin (kanan), saat mempertahankan disertasi tentang 'Desa Pancasila'. (Foto: NOJ/Ist).

Lamongan, NU Online Jatim

Kekayaan Indonesia tidak hanya terletak pada sumber daya alam yang melimpah, namun juga keragaman kultur, agama dan etnisnya. Namun kekayaan tersebut bagai pisau bermata dua, di satu sisi dapat menjadi aset bangsa, dan di sisi lain bisa berbuah musibah. Berbagai konflik antar agama dan etnis yang terjadi senantiasa menghantui laju peradaban zamrud khatulistiwa.

 

Menyadari hal itu, Sekretaris Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Lamongan, Ahmad Hanif Fahruddin menulis disertasi berjudul ‘Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Multikultural di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat dalam Mewujudkan Harmonisasi Masyarakat Balun Turi Lamongan’.

 

Disertasi tersebut berhasil dipertahankan di hadapan tujuh dewan penguji di ruang sidang Universitas Islam Malang, Rabu (11/08/2021). Hal ini pun mengantarkan dosen Universitas Islam Lamongan ini meraih gelar doktor.

 

Dijelaskan Hanif, disertasinya tersebut berdasarkan riset tentang keberhasilan salah satu desa di Kabupaten Lamongan, yaitu Desa Balun. Daerah yang dikenal sebagai ‘Desa Pancasila’ ini dihuni oleh tiga agama yang hidup harmonis, yaitu Islam, Kristen, dan Hindu.

 

“Bahkan, dalam satu keluarga di desa ini, tak jarang ditemukan perbedaan agama tersebut,” ujar Hanif.

 

Desa yang tak jauh dari pusat kota Lamongan ini terbukti berhasil mengelola keragaman agama dan membentuk satu tatanan masyarakat yang harmonis dan sejahtera.

 

“Penelitian tersebut dilakukan untuk menyibak success story warga desa setempat, untuk dilakukan upaya duplikasi sosial agar diterapkan di desa lain yang memiliki komposisi sosio-kultural yang beragam,” jelasnya.

 

Dalam penelitiannya ini, Hanif menyimpulkan bahwa keharmonisan sosial di Desa Balun dibangun atas kerjasama dan kesalingpahaman antar multi pihak untuk menjaga kerukunan bersama. Bahkan, secara meyakinkan telah terjadi proses internalisasi nilai-nilai multikulturalisme.

 

“Di antaranya meliputi nilai toleransi (tasamuh), nilai moderasi beragama (tawasuth), nilai keharmonisan sosial (at-tawazun) dan nilai tolong menolong (ta’awun),” ungkap Hanif.

 

Nilai-nilai ini, dalam temuan Hanif, diinternalisasikan dengan model dialektis-integral oleh multi pihak, yang disebut sebagai tiga pusat (tri centra) pendidikan, baik di lingkungan keluarga, lembaga pendidikan dan masyarakat.

 

“Sehingga, kunci keberhasilan pengelolahan diversitas kultural di desa ini terletak pada kerjasama tri centra pendidikan di atas,” katanya.

  

Dalam kesempatan tersebut, bertindak sebagai ketua penguji adalah Maskuri, yang juga sekaligus promotor penelitian. Sedangkan dewan penguji meliputi, H M Mas’ud Said, H Imam Suprayogo, H M Hanief, H Djunaini Ghony, dan H Hasan Busri yang merangkap co-promotor.


Pantura Terbaru