Pendidikan

Tim Rudaya Unisma dan DKM Pertahankan Eksistensi Kesenian Ludruk

Ahad, 24 November 2024 | 11:00 WIB

Tim Rudaya Unisma dan DKM Pertahankan Eksistensi Kesenian Ludruk

Suasana kajian budaya dengan menghadirkan Sutak Wardiono sebagai narasumber utama. (Foto: NOJ/TimesIndonesia.co.id)

Malang, NU Online Jatim

Program Rumah Budaya dan Peradaban (Rudaya) Universitas Islam Malang (Unisma) yang bekerja sama dengan Dewan Kesenian Malang (DKM) menyelenggarakan kajian budaya bertajuk ‘Mendalami Poris sebagai Metode Keaktoran untuk Mempertahankan Eksistensi Kesenian Ludruk’ di Aula Oesman Mansoer Unisma.


Tim yang dimotori oleh Berliana Abel Faurina beranggotakan Siti Nurul Aini, Sari Adestia Lasa, dan Gilgis Afindha Yahya merupakan mahasiswa aktif semester 3 di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unisma.


Dilansir dari TimesIndonesia.co.id, Ahad (24/11/2014), kajian ini bertujuan mengangkat kembali kesenian Ludruk, warisan budaya Jawa Timur yang kian tergerus oleh modernisasi dan hiburan kontemporer dan dihadiri oleh puluhan mahasiswa, siswa dan guru SMA/SMK se-Kota Malang, serta masyarakat umum yang tertarik dengan seni pertunjukan tradisional.


Kesenian ludruk telah lama menjadi bagian integral dari budaya Jawa Timur, dengan ciri khasnya menggabungkan elemen musik, tari, dan dialog jenaka yang mengandung kritik sosial. Namun, dengan maraknya pilihan hiburan modern, eksistensi Ludruk kini semakin terancam.


Kondisi ini menjadi inspirasi bagi tim mahasiswa PBSI yang memenangkan kompetisi Rudaya Unisma tahun 2024 untuk menyelenggarakan kajian budaya sebagai upaya pelestarian sekaligus revitalisasi kesenian tersebut. Tim ini dibimbing oleh Dr. Ifit Novita Sari, S.Sos., M.Pd. salah satu dosen dari Program Studi PBSI Unisma.


Kajian budaya ini menghadirkan Sutak Wardiono sebagai narasumber utama. Sutak adalah seorang seniman tradisional yang telah berkiprah selama puluhan tahun dalam seni Ludruk.


Dalam pemaparannya, Sutak menjelaskan metode Poris sebagai sebuah teknik keaktoran yang unik dalam ludruk. Metode ini menitikberatkan pada penghayatan peran dan kedalaman karakter sehingga aktor dapat benar-benar memahami dan menyampaikan emosi serta pesan yang terkandung dalam setiap pertunjukan.


“Metode Poris menekankan pada pemahaman karakter secara menyeluruh, sehingga penonton dapat merasakan kejujuran dalam setiap aksi aktor di panggung,” ujar Sutak.


Sementara Ketua DKM, Dimas Novib Septinov yang turut hadir dalam acara ini memberikan apresiasi terhadap inisiatif Unisma melalui program Rudaya dalam mengangkat ludruk kembali. Menurutnya, kegiatan seperti ini sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kekayaan budaya.


“Dengan adanya kajian budaya ini, generasi muda dapat belajar langsung dari para seniman tradisi, seperti Pak Sutak, yang telah mengalami suka duka menjaga eksistensi ludruk,” ungkapnya.


Dimas menjelaskan, DKM akan terus mendukung kegiatan serupa yang mendorong kolaborasi antargenerasi. Kolaborasi ini penting untuk menciptakan inovasi tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya yang telah diwariskan dari generasi sebelumnya.


Dengan adanya kajian budaya ini, harapannya dapat memberikan kontribusi nyata dalam melestarikan budaya lokal, sekaligus membuka ruang diskusi dan inovasi bagi mahasiswa serta masyarakat umum. Selain itu, kegiatan ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada lembaga pendidikan lainnya untuk terus mendukung program-program budaya yang memperkaya identitas bangsa di tengah tantangan globalisasi.