• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Rehat

Heboh Perdunu di Banyuwangi, Begini Kisah Rasulullah dengan Seorang Dukun

Heboh Perdunu di Banyuwangi, Begini Kisah Rasulullah dengan Seorang Dukun
Ilustrasi. (kom/ist)
Ilustrasi. (kom/ist)

Surabaya, NU Online Jatim

Akhir-akhir ini publik dibuat ramai dengan munculnya Persatuan Dukun Nusantara (Perdunu) di Kabupaten Banyuwangi. Perdunu ini dideklarasikan oleh sejumlah orang yang mengaku sebagai dukun. Deklarasi dilaksanakan di Desa Sumbersarum Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi, Rabu (03/02/2021).

 

Kegiatan deklarasi digelar dengan pengenalan logo, pembentukan pengurus hingga pemotongan tumpeng sebagai ucapan syukur. Para dukun yang tergabung di Perdunu ini dikabarkan memiliki keahlian spiritual dengan berbagai bidang.

 

"Memang selama ini kan tabu dibicarakan. Makanya kita publikasikan kepada masyarakat bahwa ada perkumpulan ahli spiritual di Banyuwangi," ujar Ketua Umum Perdunu, Abdul Fatah Hasan kepada wartawan seusai deklarasi sebagaimana dilansir detikcom, Rabu (03/02/2021).

 

Dukun di Zaman Rasulullah

Keberadaan dukun memang sudah tidak asing di Indonesia bahkan dunia. Orang-orang yang mengaku dan diyakini memiliki kemampuan spiritual sudah ada sejak dulu. Bahkan pada zaman Nabi Muhammad juga sudah ada.

 

Ketika awal-awal Rasulullah mendakwahkan Islam, banyak pihak yang memusuhinya. Mereka tidak hanya menyerang fisik Rasulullah, tapi juga psikis dan mentalnya.

 

Berbagai macam dilakukan untuk menjatuhkan harkat dan martabat Rasulullah. Salah satunya adalah dengan men-cap Rasulullah sebagai orang gila karena mengaku sebagai nabi dan utusan Allah. Menyeru kepada penduduk Makkah untuk masuk Islam dan menjadi pengikutnya. Dan menentang ajaran agama nenek moyang penduduk Makkah yang sudah berlangsung berpuluh-puluh –bahkan beratus tahu- lamanya.



Desas-desus Nabi Muhammad gila berhembus semakin kencang hingga orang-orang Makkah pada saat itu mengetahuinya. Bahkan isu tersebut sampai ke telinga Dhimad Al-Azdi, seorang dukun dari Azd Syanu’ah dari Yaman. Al-Azdi mendenggar isu Muhammad gila ketika ia tiba di Makkah. Segera setelah mendapatkan kabar itu, Al-Azdi bergegas mencari Rasulullah.

 

Mulanya, ia berkeinginan untuk mengobati Rasulullah agar sembuh sakit jiwanya. Sebagaimana diketahui, Al-Azdi adalah seorang dukun yang memberikan pengobatan dengan cara menghembuskan angin.

 

Al-Azdi langsung menawarkan pengobatan kepada Rasulullah ketika keduanya bertemu. Jika Rasulullah bersedia dan memerlukannya, maka Al-Azdi akan sangat siap untuk mengobatinya dengan metode hembusan angin.



“Sesungguhnya pujian itu bagi Allah. Kami memuji dan memohon pertolongan kepada-Nya. Siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, tak seorang pun bisa menyesatkannya. Dan siapa yang disesatkan Allah, tak seorang pun bisa memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Ilah selain Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya,” kata Rasulullah merespons penawaran Al-Azdi tersebu, sebagaimana tertera dalam buku Sirah Nabawiyah (Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, 2012).

 

Al-Azdi takjub dan terbelalak mendengar apa yang diucapkan Rasulullah. Ia tidak menduga bahwa orang yang katanya gila bisa melafalkan kata-kata yang begitu menakjubkan. Lalu Al-Azdi meminta Rasulullah untuk mengulangi semua kata-katanya tersebut. Rasulullah menuruti permintaan Al-Azdi dan mengulanginya sampai tiga kali.

 

Usai mendengar semua kata-kata Rasulullah tersebut, dukun yang semula hendak mengobati Rasulullah tersebut langsung menyatakan diri masuk Islam. Al-Azdi mengaku sudah khatam dan menguasai semua kata-kata yang ada dalam kamus.

 


 

Namun dalam sejarah karirnya sebagai dukun, ia tidak pernah mendengar kata-kata menakjubkan yang diucapkan Rasulullah tersebut keluar dari mulut orang gila, tukang tenun, atau pun seorang penyair.



“Berikanlah tanganmu, biar aku berbaiat atas nama Islam,” kata Al-Azdi kepada Rasulullah.

 

Dengan demikian, Al-Azdi kemudian menjadi salah satu dari sedikit orang selain penduduk Makkah yang masuk Islam pada awal-awal dakwah Rasulullah. (A Muchlishon Rochmat/ NU Online-12/12/2018)


Editor:

Rehat Terbaru