• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Rehat

Emosi Ibu yang Terkendali Lahirkan Imam Masjidil Haram

Emosi Ibu yang Terkendali Lahirkan Imam Masjidil Haram
Doa ibunda saat marah mengantarkan Syeikh Abdurrahman as-Sudais menjadi imam Masjidil Haram. (Foto: NOJ/iNews.id)
Doa ibunda saat marah mengantarkan Syeikh Abdurrahman as-Sudais menjadi imam Masjidil Haram. (Foto: NOJ/iNews.id)

Ada yang berbeda saat memasuki tanggal 22 Desember yang tahun ini bertepatan dengan hari Jumat, besok. Biasanya lini masa media sosial akan diisi dengan ucapan dan video maupun meme yang berhubungan dengan hari ibu. Prinsipnya, semua kalangan diingatkan betapa ibu menjadi pihak demikian bermakna, penting dan perannya tidak tergantikan.


Di banyak kesempatan, KH Anwar Zahid mengingatkan banyak kalangan, khususnya  jamaah perempuan untuk menyadari betapa pentingnya doa dan karakter ibu. Dai kondang dari Kanor, Bojonegoro tersebut mengemukakan sesungguhnya bagaimana kondisi anak saat ini dan di masa mendatang sangat ditentukan oleh sang ibu. Karena itu Kiai Anwar Zahid senantiasa mengingatkan peran strategis tersebut khususnya kepada para ibu yang menghadiri pengajiannya.


Penceramah lain, yakni KH Kholil Yasin dari Bangkalan nyaris mengingatkan hal serupa. Beratnya usia kehamilan, demikian pula mempertaruhkan nyawa kala melahirkan, proses menyusui sang buah hati dan masa awal pertumbuhan anak, semua lebih banyak ditentukan oleh ibu.


Karenanya, sangat wajar kalau kemudian anak lebih memiliki kedekatan dengan sang ibu dibandingkan ayah. Hal tersebut terjadi lantaran proses perjalanan dan perkembangan anak demikian dekat dengan ibundanya.


Hanya saja, kedua penceramah tersebut mengingatkan para ibu hendaknya bisa mengendalikan emosi saat keadaan yang menyebabkan timbulnya amarah karena ulah sang anak. Yang lebih ditekankan adalah menahan emosi sekaligus menyadari bahwa dilarang mengeluarkan kata-kata kotor. Karena pada hakikatnya, kalimat yang terucap orang tua, khususnya ibu adalah sebagai doa.

 

Kisah Imam Sudais

Seorang bocah mungil sedang asyik bermain tanah. Sementara sang ibu tengah menyiapkan jamuan makan yang diadakan sang ayah. Saat itu, makanan telah siap tersaji di ruang tamu. Sang tamu bersama tuan rumah juga telah menghadap hidangan yang demikian menggoda. Namun saat acara makan bersama hendak dimulai, tiba-tiba kedua tangan bocah yang mungil itu menggenggam debu. Ia masuk ke dalam rumah dan menaburkan debu itu di atas makanan yang tersaji.


Tatkala sang ibu masuk dan melihatnya, sontak marah namun dengan kalimat terukur sembari berkata: Idzhab. Ja’alaka imaaman lilharamain. Pergi kamu. Biar kamu jadi imam di haramain.


Dan subhanallah, kini anak itu telah dewasa dan menjadi imam di Masjidil Haram. Tahukah kalian, siapa anak kecil yang didoakan ibunya saat marah itu? Dia adalah Syeikh Abdurrahman as-Sudais, imam Masjidil Haram yang nada tartilnya menjadi favorit kebanyakan kaum Muslimin di seluruh dunia.


Sudais berasal dari Bani Anza. Ia telah hafal al-Qur’an pada umur 12 tahun. Tumbuh di Riyadh, Sudais belajar di SD Al-Muthana bin Harits, dan setelah itu kuliah di Riyadh Scientific Institution, lulus tahun 1979 (umur 17–18 tahun) dengan nilai baik. Ia memperoleh ijazah syariah dari Universitas Riyadh pada tahun 1983 (umur 21–22 tahun), dan menjadi anggota PPI (Pengetahuan Pokok Islam) sebagai pemberi ceramah atau dosen.


Dirinya mempelajari Islam dari gurunya di Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud pada tahun 1987 (umur 25–26 tahun) dan menerima gelar Ph.D, serta aktif di Universitas Syariah Islam Ummul Qura pada tahun 1995 (umur 33–34 tahun) sebagai asisten profesor setelah aktif di Universitas Riyadh.

 

Doa Ibunda

Ini adalah teladan bagi para ibu, calon ibu, ataupun orang tua, hendaklah selalu mendoakan kebaikan untuk anak-anaknya. Bahkan meskipun dalam kondisi tengah marah. Karena salah satu doa yang tidak terhalang adalah doa orang tua untuk anak-anaknya. Sekaligus menjadi peringatan agar menjaga lisan dan tidak mendoakan keburukan bagi anak-anaknya. Meski dalam kondisi marah sekalipun.


“Janganlah kalian mendoakan (keburukan) untuk dirimu sendiri, begitupun untuk anak-anakmu, pembantumu, juga hartamu. Jangan pula mendoakan keburukan yang bisa jadi bertepatan dengan saat di mana Allah mengabulkan doa kalian.” (R Abu Dawud)


Mungkin ibunda dari Abdurrahman al-Sudais (Syekh Sudais), salah satu imam besar Masjidil Haram yang termasyhur, tidak mengenal konsep law of attraction. Bahwa alam akan merespons energi yang dikeluarkan, yang dipikirkan, dan yang diyakini.


Tapi, satu hal yang pasti, ibunda dari Syekh Sudais amat mengerti dan meyakini jika ucapan adalah doa. Oleh sebab itu, selalu berkata yang baik agar selalu datang kebaikan.


Ini adalah teladan bagi para ibu, calon ibu, ataupun orangtua. Hendaklah selalu mendoakan kebaikan untuk anak-anaknya. Bahkan meskipun dalam kondisi marah. Karena salah satu doa yang tak terhalang adalah doa orang tua untuk anak-anaknya. Sekaligus menjadi peringatan agar menjaga lisan dan tidak mudah berkata yang tidak patut kepada anak.


Banyak orang sukses di dunia ini lantaran memiliki hubungan baik dan juga memuliakan kedua orang tuanya terlebih ibu. Hal ini dikarenakan ridha Allah SWT ialah ridha orang tua. Dan doa ibu sungguh tanpa batas di hadapan Allah SWT, mudah menembus langit. Sehingga doa seorang ibu yang didipanjatkan untuk anaknya boleh jadi sangat mudah untuk Allah SWT kabulkan.


Mungkin sebagian orang masih tidak sadar bahwa sejumlah kesuksesan yang diraih selama ini adalah buah dari doa ibu kepada Allah SWT tanpa diketahui. Karena ibu tanpa disuruh pasti selalu mendoakan anaknya di tiap nafasnya kala bermunajat. Tapi seorang anak belum tentu selalu berdoa untuk orang tuanya.  Selamat menyambut hari ibu.


Rehat Terbaru