• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Tokoh

Mengenal Ny Izzah, Ibu Panembahan Sumolo Pendiri Masjid Jamik Sumenep

Mengenal Ny Izzah, Ibu Panembahan Sumolo Pendiri Masjid Jamik Sumenep
Makbarah Nyai Izzah, ibu Panembahan Sumolo pendiri Masjid Jamik Sumenep. (Foto: NOJ/ Firdausi)
Makbarah Nyai Izzah, ibu Panembahan Sumolo pendiri Masjid Jamik Sumenep. (Foto: NOJ/ Firdausi)

Warga Sumenep lebih mengenal sosok Raden Tirtonegoro Mohammad Saud, Adipati ke-30 Sumenep (1750-1762) sebagai tokoh dari kaum sarungan yang membawa Kadipaten Sumenep lebih maju. Di balik kealiman dan kepiawaiannya memimpin Sumenep, sosok Nyai Izzah atau istri pertamanya melahirkan keturunan yang kelak melanjutkan tongkat estafet suaminya selama 7 turunan.

 

Salah satu peninggalan keturunan Nyai Izzah, Pengeran Notokusumo I Asiruddin atau dikenal Panembahan Sumolo menggagas berdirinya Masjid Jamik Sumenep dan menyempurnakan Asta Tinggi saat ia memimpin kerajaan (1762-1811). Sedangkan putranya Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I atau Raden Aryo Notonegoro (1811-1854) menggagas berdirinya Keraton Sumenep.

 

Secara nasab, Nyai Izzah keturunan tokoh agung asal Parongpong, yakni putri dari pasangan Kiai Jalaluddin dan Nyai Galuh. Di kalangan masyarakat lokal, ia lebih familiar dengan sebutan cucu dari mendiang Kiai Khatib Bangil. Kiai Jalaluddin putra dari Nyai Cendir salah satu cucu dari Pangeran Katandur (as-Sayyid al-Habib as-Syaikh Ahmad Baidhawi).

 

Berikut silsilah ibu Panembahan Sumolo, yakni Nyai Izzah binti Kiai Jalaluddin bin Nyai Cendir binti Kiai Khatib Paddusan bin Sayyid Akhmad Baidhawi bin Panembahan Pakaos bin Panembahan Palembang bin Sunan Kudus/Sayyid Djakpar Sodik bin Sunan Ngudung/Sayyid Utsman Haji bin Sayyid Maulana Ali Murtadha/Raja Pandita Gresik bin Sayyid Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini/Sayyid Jumadil Kubro.

 

Suami Nyai Izzah
Bindara Mohammad Saud adalah suami dari Nyai Izzah. Ia adalah seorang putra ulama asal Batu Ampar Timur Kecamatan Guluk-Guluk, Sumenep, yakni Kiai Abdullah dan Nyai Nurima, yang masih keturunan dari Pangeran Bukabu atau Raden Notoprojo (Adipati ke-7). Sedangkan ayahnya (Kiai Abdullah atau Pangeran Cokronegoro I) putra dari Kiai Abd Qidam (Raden Pandiyan).

 

Dua pasangan tersebut adalah saudara sepupu. Bindara Saud anak dari Nyai Nurima, sedangkan Nyai Izzah dari Nyai Galuh. Keduanya (Nyai Nurima dan Nyai Galuh) merupakan putri dari Kiai Khatib Bangil dan Nyai Salama.

 

Pernikahan Bindara Saud dan Nyai Izzah melahirkan Kiai Bahauddin (Raden Aryo Pacinan) dan Raden Asiruddin (Pangeran Panembahan Sumolo atau Adipati ke-31) yang meneruskan tongkat estafet kerajaan Sumenep.

 

Perjalanan mahligai rumah tangga Nyai Izzah berakhir, karena Bindara Saud dilamar atau menerima pinangan Raden Ayu Rasmana (Ratu Sumenep), yang tak lain janda dari Raden Tirtonegoro. Maksud dilamarnya Bindara Saud agar roda pemerintahan Sumenep berjalan lancar dan tidak mengalami kekosongan.

 

Dipilihnya Bindara Saud sebagai suami, karena sang ratu bersemedi untuk meminta petunjuk dari-Nya tentang pendamping dan pemimpin Sumenep. Petunjuk yang diberikan oleh-Nya (lewat mimpi) berasal dari kalangan rakyat biasa. Seorang santri dan tukang rumput yang tinggal di Desa Lembung, Kecamatan Lenteng, Sumenep.

 

Desa Lembung (salah satu desa di Kecamatan Lenteng, Sumenep) sendiri cukup dikenal karena melahirkan banyak ulama dan umara di Sumenep, bahkan sering dikaitkan dengan tanah Parongpong atau bumi para wali agung di Sumenep (Desa Kecer, Kecamatan Dasuk). Keterkaitan ini sering dihubungkan dengan adanya hubungan famili yang secara keseluruhan massif mendakwahkan Islam di Sumenep.

 

Saat dijemput prajurit kerajaan Sumenep, Bindara Saud kala itu sedang mengarit rumput. Ketika menghadap ratu, ia jujur menyatakan bahwa dirinya memiliki istri. Demi kepentingan warga Sumenep, Nyai Izzah meminta menceraikannya. Setelah selesai dari masa iddahnya, Nyai Izzah menikah dengan Kiai Samporna asal Pasongsongan. Dari pernikahannya dikaruniai putra Kiai Cakrayuda, Raden Adikusuma, Raden Jayakusuma, dan Raden Surakusuma.

 

Maqbarah Nyai Izzah
Jika peziarah ingin nyekar ke maqbarah Nyai Izzah, lokasinya berada di belakang Masjid Al-Akbar Desa Lembung Barat, Kecamatan Lenteng, yang bersebelahan dengan leluhurnya yakni Nyai Ceddir. Masjid tersebut merupakan peninggalan Kiai Faqih atau Kiai Pakke (guru Bindara Saud).

 

Pintu gerbang makam Nyai Izzah yang didominasi warna kuning dan hijau, yang sengaja dibuat pendek. Ini menandakan bahwa almarhumah semasa hidupnya seorang yang tawadhu.

 

Tiang yang terbuat dari kayu jati di daerah pintu cungkup makam, tampak masih utuh. Hamparan lahan yang terbuka di pemakaman, menandakan bahwa almarhumah tidak berkenan dibangun sebuah congkop.


Tokoh Terbaru