A Habiburrahman
Kontributor
Habib Sholeh bin Muhsin al-Hamid, yang lebih dikenal sebagai Habib Sholeh Tanggul, merupakan seorang ulama kharismatik yang mengabdikan hidupnya untuk berdakwah di Tanggul, Jember, Jawa Timur.
Menurut informasi dari nu-lumajang.or.id, beliau merupakan keturunan ke-39 dari Rasulullah SAW yang berasal dari Hadramaut, Yaman. Sekitar tahun 1920-an, Habib Sholeh hijrah ke Pulau Jawa dan memilih menetap di Jember hingga wafat.
Habib Sholeh dikenal luas karena sifat kedermawanannya serta berbagai karomah yang dimilikinya—yakni anugerah luar biasa yang tidak dapat dijangkau oleh logika manusia dan merupakan ciri khas seorang wali.
Riwayat Hidup Habib Sholeh
Meskipun banyak yang menisbatkan beliau dengan nama Kecamatan Tanggul, Jember, Jawa Timur, Habib Sholeh sebenarnya dilahirkan di desa Wadi ‘Amd, Hadramaut, Yaman pada 17 Jumadil awal 1313 Hijriah atau bertepatan dengan tahun 1895 Masehi.
Muhsin bin Ahmad al-Hamid ayah Habib Sholeh merupakan seorang ulama Wadi ‘Amd, yang juga dikenal masyarakat sekitar dengan julukan al-Bakri al-Hamid, sedangkan ibunya adalah Aisyah dari keluarga al-‘Abud Ba ‘Umar dari kalangan klan masyaikh/non-habaib al-‘Amudi.
Sejak kecil beliau menyibukkan diri untuk menuntut ilmu agama. Guru utamanya dalam bidang ilmu fikih dan tasawuf adalah ayahnya sendiri, Habib Muhsin bin Ahmad al-Hamid, sedangkan Al-Qur’an ia pelajari dari Syekh SaÃd Ba Mudhij, ulama kenamaan Wadi ‘Amd.
Hijrah ke Indonesia
Ketika beranjak dewasa, tepatnya berusia 26 tahun atau ketika itu bertepatan dengan tahun 1921 M, ia memutuskan berhijrah ke Indonesia bersama Syekh Fadhli Sholeh Salim bin Ahmad al-Asykari.
Dalam perjalanan beliau sempat singgah di Gujarat, India, lalu berlabuh di Jakarta. Habib Sholeh sempat tinggal beberapa hari di Jakarta dan berkeliling mengunjungi para ulama sampai saudara sepupunya yang bernama Habib Muhsin bin Abdullah al-Hamid yang telah lebih dulu berhijrah meminta Habib Sholeh untuk mengunjungi kediamannya di Lumajang.
Selama di Lumajang, beliau berdakwah keliling dari desa ke desa di Lumajang sampai 12 tahun lamanya sebelum akhirnya memutuskan pindah ke Tanggul. Sebelum akhirnya menjadi pendakwah di daerah tanggul, Habib Sholeh terlebih dahulu melaksanakan ‘uzlah/khalwat atau aktivitas menyepi/mengurung diri dengan beribadah sampai lebih dari 3 tahun lamanya.
Kemudian Habib Abu Bakar bin Muhammad as-Segaf, seorang ulama terkemuka yang berdomisili di Gresik memerintahkan Habib Sholeh untuk mengakhiri masa khalwat dan memintanya datang ke Gresik.
Setibanya di Gresik, Habib Abu Bakar memberikan Habib Sholeh mandat dan ijazah dengan memakaikan jubah imamah dan sorban hijau sebagai penanda status kewalian quthb yang diembannya, sekaligus meminta Habib Sholeh untuk segera menunaikan ibadah haji.
Selang beberapa tahun, Habib Sholeh mendapat hadiah sebidang tanah dari seorang pengusaha setempat bernama Haji Abdur Rasyid. Di atas tanah tersebut Habib Sholeh kemudian membangun masjid yang diberi nama Masjid Riyadus Shalihin dan kemudian mewakafkannya.
Wafat
Habib Sholeh wafat pada 8 Syawal 1396 H atau bertepatan pada tahun 1976 M. Ia dikebumikan keesokan harinya setelah sholat Dzuhur di kompleks Masjid Riyadhus Sholihin Tanggul, Jember.
Karamah Habib Sholeh
Habib Sholeh merupakan ulama dari kalangan alawiyyin atau keturunan Nabi Muhammad yang dianugerahi karomah oleh Allah SWT. Bahkan karomahnya tidak terhitung.
Salah satunya adalah, Habib Sholeh pernah menyingkirkan wabah mematikan di sebuah desa. Konon, wabah tersebut hilang setelah orang-orang desa meminum air danau yang telah dicelupkan sebuah kertas yang berisi tulisan Habib.
Habib Sholeh Tanggul juga memiliki sumur keramat di Lumajang yang dipercaya dapat menyembuhkan segala penyakit. Selain itu, ada pula riwayat yang menyatakan bahwa Habib Sholeh pernah bertemu dengan Nabi Khidir dalam wujud seorang pengemis.
Sejak itu, kediaman Habib Sholeh tidak pernah sepi dikunjungi oleh orang yang ingin bersilaturahmi dan meminta doa. Bahkan banyak tokoh di Indonesia dan dari beberapa negara yang tercatat pernah mengunjunginya.
Terpopuler
1
Konflik Iran-Israel, Gus Nadir Serukan Kembali Memanusiakan Kemanusiaan
2
PCNU Nganjuk Apresiasi 7 Kader Lolos Beasiswa Keagamaan PWNU Jatim
3
GP Ansor Jatim Dukung Kegiatan Namen Ben Molong untuk Ketahanan Pangan
4
GP Ansor di Bangkalan Gerakkan Pertanian Mandiri Lewat Namen Semangka ben Molong Cabe
5
Unisma Gelar Wisuda ke-76, Dorong Alumni Ciptakan Lapangan Kerja
6
Tidak Menghadiri Undangan Pernikahan Sebab Tak Punya Uang, Bolehkah?
Terkini
Lihat Semua