KH Sholeh Hayat mengawali khidmah di Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) sejak tahun 60-an dan tak pernah putus hingga hari ini. Kiai Sholeh lahir di Gresik pada 30 September 1949 itu menetap di Jalan Diponegoro gg V/165, Kiduldalem, Bangil, Pasuruan. Ia wafat di usia yang ke-74 tahun di RSI Masyito Bangil pada Jumat (20/12/2024) pukul 04.45.
Almarhum menempuh pendidikan pesantren di Surabaya yakni Pondok Pesantren Kebundalem, Jalan Pegirian 220 Surabaya asuhan KH. Mukhtar Faqih yaitu putra KH. Faqih Maskumambang, Dukun, Gresik yang merupakan salah satu muassis NU.
Selain itu, almarhum juga pendidikan formal di Sekolah Persiapan IAIN Sunan Ampel Surabaya serta Universitas Sunan Giri Surabaya di Fakultas Hukum pada tahun 2004.
Dalam pengalaman keorganisasian NU relatif lengkap dari kepengurusan IPNU hingga NU mulai tingkat bawah hingga provinsi, yakni Ketua Ranting IPNU Ranting Kebundalem (1967), Ketua Anak Cabang IPNU Pabean Surabaya Utara (1968), Wakil Sekretaris IPNU Cabang Surabaya (1970), Sekretaris PW IPNU Jawa Timur (1972), Ketua Umum IPNU Jawa Timur (1979-1982). Almarhum pernah menjabat sebagai ketua di PW IPNU Jawa Timur angkatan tahun 1979-1982 dan hingga saat ini masih tercatat sebagai Penasihat Majelis Alumni IPNU Jatim.
Pengalaman kepengurusan di NU adalah Ketua Lembaga Wakaf dan Tanah PWNU Jatim (1980), Wakil Sekretaris PWNU Jatim (1984-1988, 1988-1992, 1992-1996), Wakil Ketua PWNU Jatim (1996-2002, 2002-2007, 2007-2013, 2013-2018), dan Wakil Katib Syuriah PWNU Jatim (2018-2024, 2024-2029)
.
Pengalaman pengkaderan juga lengkap yakni Pendidikan Kader IPNU Tingkat Nasional di Lampung (1969), PKPNU PWNU Jatim 2016, dan PMKNU No. 20221.2148, VI PBNU 2022.
Dalam catatan PW IPNU Jatim, KH Sholeh Hayat merupakan aktivis di Nahdhatul Ulama, bahkan almarhum merupakan angkatan pertama IPNU yang didirikan pada tahun 1954. Istrinya, almarhumah Hj. Fuaidah juga merupakan alumni Ketua IPPNU Bangil.
Tidak hanya berperan sebagai aktivis di IPNU, KH Sholeh Hayat juga berkarya dan menulis buku. Buku almarhum yang ditulis pada tahun 2016 berjudul "Kiai dan Santri dalam Perang Kemerdekaan". Buku ini berisi cara-cara licik yang dilakukan oleh penjajah untuk menaklukkan Indonesia, serta perlawanan yang dilakukan kalangan santri dan kiai kepada penjajah.
Almarhum yang juga dikenal sebagai ‘Database NU’ itu memiliki banyak arsip ke-NU-an yang dikoleksi di rumah duka di Bangil, sehingga rekan-rekan IPNU menyebutnya sebagai The Living NU Library, The Living NU Archive.