Syaifullah
Penulis
Kediri, NU Online Jatim
Tidak sedikit santri, pelajar, hingga mahasiswa yang merasa dirinya gagal dalam menangkap pelajaran dan mata kuliah. Berbagai cara dilakukan, namun nyatanya masih belum mampu menangkap materi yang disampikan kiai, ustadz, guru, hingga dosen. Nah, Agus Abdurrahman Kafabihi berbagi tips sukses belajar berikut.
“Banyak di antara kalian mungkin sudah pernah membaca cerita di bawah ini, (yakni) ceramah Habib Jamal bin Thoha Baagil,” katanya di akun Instagramnya: imkafa, Sabtu (13/05/2023).
Gus Iman Kafa Libroyo ini kemudian menjelaskan bahwa para pencari ilmu hendaknya memperkuat khazanah semangat ghirah supaya tidak berhenti belajar hanya karena merasa tidak mampu. Dan sebagai buktinya, kemudian dirinya membagi cerita berikut.
Bahwa ada seorang santri dari Indonesia menuntut ilmu di Rubath Tarim pada zaman Habib Abdullah bin Umar asy-Syathiri. Setelah 4 tahun belajar, santri itu akhirnya minta pulang. Dia pamit minta izin pulang kepada Habib Abdullah.
"Habib, saya mau pulang saja."
"Lho, kenapa?" tanya beliau.
"Bebal otak saya ini. Untuk menghafalkan setengah mati. Tidak pantas saya menuntut ilmu. Saya minta izin mau pulang."
"Jangan dulu. Sabar."
"Sudah Bib. Saya sudah empat tahun bersabar. Sudah tidak kuat. Lebih baik saya menikah saja."
"Sebentar, saya mau mengetes dulu bagaimana kemampuanmu menuntut ilmu."
"Sudah bib. Saya menghafalkan setengah mati. Tidak hafal-hafal."
Habib Abdullah kemudian masuk ke kamar, mengambil surat- surat untuk santri itu. Pada masa itu surat-surat dari Indonesia ketika sampai di Tarim tidak langsung diberikan. Surat tersebut tidak akan diberikan kecuali setelah santri itu menuntut ilmu selama 15 tahun. Habib Abdullah menyerahkan seluruh surat itu kepadanya, kecuali satu surat. Setelah diterima, dibacalah surat- surat itu sampai selesai. Satu surat yang tersisa kemudian diserahkan.
"Ini surat siapa?" tanya Habib
"Owh, itu surat ibu saya."
"Bacalah!"
Santri itu menerima surat dengan perasaan senang, kemudian dibacanya sampai selesai. Saat membaca, kadang dia tersenyum sendiri, sesekali diam merenung, dan sesekali dia sedih.
"Sudah kamu baca?" tanya beliau lagi.
"Sudah."
"Berapa kali?"
"Satu kali."
"Tutup surat itu! Apa kata ibumu?"
"Ibu saya berkata saya disuruh nyantri yang bener. Bapak sudah membeli mobil baru. Adik saya sudah diterima bekerja di sini, dan lain-lain."
Isi surat yang panjang itu dia berhasil menceritakannya dengan lancar dan lengkap. Tidak ada yang terlewatkan.
"Baca satu kali kok hafal? Katanya bebal gak hafal-hafal. Sekarang sekali baca kok langsung hafal dan bisa menyampaikan," kata Habib dengan pandangan serius.
Santri itu bingung tidak bisa menjawab. Dia menganggap selama ini dirinya adalah seorang yang bodoh dan tidak punya harapan. Sudah berusaha sekuat tenaga mempelajari ilmu agama, dia merasa gagal Tetapi membaca surat ibunya satu kali saja, dia langsung paham dan hafal.
Habib Abdullah akhirnya menjelaskan kenapa semua ini bisa terjadi dengan mengatakan:
لأَنَّكَ قَرَأْتَ رِسَالَةَ أُمِّكَ بِالْفَرّج فَلَوْ قَرَأْتَ رِسَالَةَ نَبِيِّكَ بِالْفَرْجِ لَحفِظْتَ بِالسُّرْعَةِ
Artinya: Sebab, ketika membaca surat dari ibumu itu kau membacanya dengan perasaan gembira. Ini ibumu. Coba jika engkau membaca syariat Nabi Muhammad dengan bahagia dan bangga, ini adalah Nabiku, niscaya engkau sekali baca pasti langsung hafal.
Dengan demikian, para mahasiswa dan santri hingga pelajar hendaknya mendasari proses tafaqquh fiddin dengan suka cita atau gembira. Dijamin akan sukses dan proses belajar sesuai harapan, amin.
Terpopuler
1
PCNU Nganjuk Apresiasi 7 Kader Lolos Beasiswa Keagamaan PWNU Jatim
2
Tidak Menghadiri Undangan Pernikahan Sebab Tak Punya Uang, Bolehkah?
3
Resmi Dilantik, Fatayat NU Magetan Miliki Program Unggulan Mahabah
4
Paradoks Palestina: Dukungan Muslim yang Pincang
5
Peduli Lingkungan, MWCNU dan Banser di Bangkalan Bersih-bersih Pelabuhan
6
Kedung Cinet, Merasakan Eksotisme Miniatur Grand Canyon di Jombang
Terkini
Lihat Semua