• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Tokoh

Belajar dari Kesabaran Mbah Hamid Pasuruan

Belajar dari Kesabaran Mbah Hamid Pasuruan
KH Abdul Hamid bin Abdullah bin Umar atau Mbah Hamid Pasuruan. (Foto: NOJ)
KH Abdul Hamid bin Abdullah bin Umar atau Mbah Hamid Pasuruan. (Foto: NOJ)

Nahdliyin di Jawa Timur tidak hanya mengenal KH Abdul Hamid bin Abdullah bin Umar sebagai ulama, pengasuh pesantren dan pendakwah. Mayoritas masyayikh dan masyarakat menyebut Mbah Hamid Pasuruan seorang waliyullah.


Kisah-kisah karomah Mbah Hamid tersebar di pelosok desa. Yang lumrah didengar masyarakat adalah wujudnya bisa menyerupai di tempat lain, membaca keinginan orang lain, dan tiap tahun pergi ke Baghdad tanpa diketahui orang lain.


Kisah karamah lainnya, yakni bisa membaca keinginan orang lain. Hal ini pernah diceritakan oleh salah satu guru Pesantren Sidogiri yang kala itu mengampu kitab Qami Ath-Thughyan saat pondok Ramadhan tahun 2013.


Dengan gamblang ia mengisahkan KiaiĀ Hamid Pasuruan memiliki tetangga yang zalim dan acap kali mengganggunya. Kebiasaan tetangga itu adalah melempar batu setiap malam ke kediaman Mbah Hamid Pasuruan.


Sekalipun tahu persis pelakunya, Mbah Hamid tidak pernah marah, apalagi membencinya. Saking sabarnya, Kiai Hamid meminta pada santri untuk memperbaiki beberapa kerusakan di rumahnya setiap hari.


Di suatu hari, tetangga yang suka mengganggu itu, satu pekan lagi akan menggelar hajat. Namun belum ada tanda-tanda persiapan untuk menyuguhkan makanan pada tamu di acara nanti. Tanpa sepengetahuan siapapun, Kiai Hamid menyuruh santri untuk membeli kambing untuk diberikan kepada tetangganya tersebut.


Usai kambing diantarkan, tetangga tersebut terkejut sembari menyesali perbuatannya. Sebab, hanya Mbah Hamid lah yang pertama kali tahu bahwa ia akan mengadakan hajatan. Sedangkan tetangga sekitar, belum diundang atau belum mengetahui akan kabar tersebut.


Dari peristiwa inilah tetangga ini tahu bahwa Kiai Hamid yang selalu diganggu olehnya, seorang waliyullah. Berangkat dari penyesalan inilah ia meminta maaf dan mengucapkan terima kasih atas perhatian yang diberikan.


Benang merah dari kisah ini adalah ibadah yang paling berat yakni sabar. Jika dikorelasikan dengan kisah Nabi Muhammad SAW yang sering dihina, bahkan dilempari kotoran, Nabi tak pernah membalasnya. Justru menjenguknya di saat mereka sakit. Dengan demikian, berbuat baik kepada orang yang pernah menzalimi kita bagian dari perbuatan baik dan anjuran Nabi.


Tokoh Terbaru