• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Rehat

Inilah 4 Jenis Perang yang Terjadi di Bulan Syawal

Inilah 4 Jenis Perang yang Terjadi di Bulan Syawal
4 Jenis Perang yang Terjadi di Bulan Syawal. (Foto: NU Online)
4 Jenis Perang yang Terjadi di Bulan Syawal. (Foto: NU Online)

Peperangan merupakan cara umat Islam di masa lalu untuk melebarkan ekspansi syiar dakwahnya. Sebagian dari peristiwa perang yang dilakukan umat Islam itu terjadi pada Bulan Syawal. Hal inipun menjadi bagian dari sejarah umat Islam di masa lalu, baik ketika kepemimpinan Nabi Muhammad SAW atau para sahabatnya.

 

Sejarah peperangan yang terjadi pada bulan Syawal ini sangat penting untuk diketahui bersama. Hal itu untuk mengingat kembali kisah-kisah heroik dan luar biasa perihal cobaan dan ujian yang menghalangi dakwah Rasulullah SAW. Di samping itu, juga untuk mengambil hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik.

 

Berikut ini sejumlah peristiwa perang yang terjadi di bulan Syawal:

 

1. Perang Uhud

Perang Uhud terjadi pada tahun ketiga di bulan Syawal setelah hijrahnya nabi ke Madinah, sebagaimana yang telah disebutkan oleh ulama-ulama sejarah, seperti Imam Ibnu Katsir dalam salah satu karyanya, Sirah Nabawiyah li Ibn Katsir, dan Syekh Muhammad Said Ramadhan al-Buthi dalam Fiqih Sirah Nabawiyah.

 

Perang ini terjadi disebabkan rasa dendam orang-orang Quraisy kepada kaum muslimin karena terbunuhnya saudara-saudara mereka pada saat terjadinya perang Badar. Pimpinan mereka mengajak rakyatnya untuk menuntut balas atas kekalahannya. Selain itu, juga sebagai bentuk pemulihan kehormatan kepada masyarakat Arab setelah mereka dipaksa mundur dengan kekalahan dalam perang Badar.

 

Dalam perang ini, pasukan umat Islam terdiri dari 1.000 orang yang dipimpin oleh Rasulullah dengan disertai dua tentara kavelari, dan 100 pasukan mengenakan baju besi. Nabi juga mengutus tiga panglimanya, yaitu Mush’ab bin Umair, Usaid bin Hudhair, dan Hubab bin Munzir.

 

Sedangkan pasukan orang Quraisy terdiri dari 3.000 orang yang dipimpin oleh Abu Sufyan, dengan disertai 100 tentara kavelari dan 700 pasukan mengenakan baju besi. Alhasil, dalam perang ini pihak kaum Quraisy berhasil meraih kemenangan dan bisa memukul mundur umat Islam.

 

2. Perang Khandaq (Parit)

Perang Khandaq terjadi pada tahun kelima di bulan Syawal setelah hijrahnya nabi ke Madinah. Perang Khandaq diikuti oleh 3.000 personil umat Islam melawan koalisi kaum kafir dengan kekuatan 10.000 personil, dan menurut sebagian ulama sejarah ada yang mengatakan bahwa jumlah personil kaum kafir 15.000 pasukan, dengan koalisi antara orang kafir Makkah, kaum Yahudi, orang-orang Quraisy, dan beberapa kelompok konspirasi.

 

Pemicu terjadinya perang Khandaq disebabkan seruan dan ajakan orang-orang Yahudi kepada beberapa kelompok dan pembesar suatu suku. Mereka sangat emosi dan merasa sangat terhina ketika melihat kaum Muslimin semakin luar biasa dan semakin luas dalam menyebarkan agama Islam, mereka juga iri ketika melihat keuntungan yang selalu diraih umat Islam. Kaum Yahudi mulai membangun strategi, dengan cara melakukan konspirasi baru untuk mengumpulkan pasukan yang banyak, guna menyerang kaum Muslimin.

 

Rencana jahat itu terdengar oleh kaum Muslimin, dan disampaikan kepada Rasulullah, kemudian ia mengajak para sahabat untuk bermusyawarah. Dalam musyawarah itu, Salman Al-Farisi menawarkan sebuah gagasan cemerlang. Ia mengusulkan agar umat Islam menggali parit di wilayah utara kota Madinah, yaitu daerah yang bisa menghubungkan antara kedua ujung daerah Harran Waqim dan Harrah al-Wabrah, daerah ini juga merupakan satu-satunya jalan terbuka di hadapan pasukan musuh.

 

Sedangkan sisi lainnya, sudah menjadi benteng, karena terdapat gunung-gunung tinggi, yang dipenuhi pohon kecil, dan dikelilingi pohon-pohon kurma, sehingga bisa menyulitkan unta dan pejalan kaki untuk melewatinya. Strategi ini diterima Rasulullah beserta para sahabat yang lain, mengingat jumlah pasukan tentara musuh yang begitu besar.

 

Dengan strategi cemerlang seorang sahabat pendatang dari Persia, persatuan dan kekompakan umat Islam, akhirnya mereka menuai kemenangan. (Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir fil Aqidah was Syari’ah wal Manhaj, [Darul Fikr: 1418], juz XXI, halaman 263).

 

3. Perang Hunain

Perang Hunain terjadi pada bulan Syawal tahun 8 hijriah di lembah Hunain, yaitu sebuah lembah yang menjadi pengubung kota Makkah dan Thaif. Perang ini diikuti oleh 12.000 personil, terdiri dari 10.000 penduduk kota Madinah, dan 2.000 dari kota Makkah. Sedangkan pasukan musuh terdiri dari 20.000 personil.

 

Perang ini terjadi setelah Allah SAW memuliakan Rasul-Nya dengan Penaklukan Kota Makkah (Fathu Makkah). Kaum Quraisy yang sebelumnya memerangi Rasulullah telah berubah seratus delapan puluh derajat menjadi sosok orang-orang yang ingin dekat dengannya.

 

Sementara itu, para pembesar dan tokoh-tokoh kabilah Hawazin dan kabilah Tsaqif sibuk memperbincangkan kemenangan Nabi dan kaum Muslimin. Mereka iri dan dengki dengan kemenangan yang sedang dinikmati umat Islam. Demikianlah awal mula penyebab terjadinya Perang Hunain.

 

Pada awal peperangan, umat Islam berhasil dipukul mundur oleh pasukan kafir. Strategi musuh yang di prakarsai oleh Malik bin ‘Auf cukup ampuh untuk membuat pasukan Islam lari tunggang-langgang dan terpecah di lembah Hunain. Namun pada akhirnya, Rasulullah memanggil pasukan umat Islam untuk mundur, dan menyampaikan kabar gembira bahwa Allah akan memberikan kemenangan pada umat Islam dalam perang ini.

 

Perang kembali meledak, semangat pasukan umat Islam kembali memuncak, tak ada yang bisa menghalangi mereka untuk meraih kemenangan, hingga pada akhirnya kemenangan bisa mereka dapatkan. (Syekh Said Ramadhan al-Bhuti, Sirah Nabawiyah, [Beirut: Dar al-Fikr 2006], halaman 280).

 

4. Perang Thaif

Perang Thaif terjadi pada bulan Syawal tahun 8 Hijriah, setelah meletusnya perang Hunain. Dalam perang ini, pasukan kaum muslimin mengejar sisa-sisa pasukan Quraisy yang melarikan diri dari perang Hunain, yang bersembunyi di dalam benteng kota yang kokoh, sehingga umat Islam tidak dapat menembus benteng.
 

 

Melihat keadaan tersebut, akhirnya Rasulullah mengubah taktik penyerangan, dengan memblokade seluruh wilayah Thaif. Pada akhirnya penduduk Thaif menyerah dan menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan pasukan Islam. (Syekh Ahfiyurrahman Al-Mubarakfuri, Ar-Rahiqul Makhtum, [Darul Wafa: tt], juz I, halaman 408).


Rehat Terbaru