• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Rehat

Keteguhan Sayyid Muhammad Perjuangkan Aswaja di Bawah Ancaman Mati

Keteguhan Sayyid Muhammad Perjuangkan Aswaja di Bawah Ancaman Mati
Sayyid Muhammad bin Alawi Al Hasani Al Maliki saat bersama KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan KH Said Aqil Siradj. (Foto: NU Online)
Sayyid Muhammad bin Alawi Al Hasani Al Maliki saat bersama KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan KH Said Aqil Siradj. (Foto: NU Online)

Sayyid Muhammad bin Alawi Al Hasani Al Maliki, merupakan salah seorang ulama yang dikenal teguh memperjuangkan ideologi Ahlussunah wal Jamaah (Aswaja) dengan kitab karyanya di negara Arab Saudi yang menganut aliran Wahabi. Sosok Mujaddid (pembaharu Islam) abad 20-21 tersebut tak gentar meskipun berkali-kali mendapat ancaman eksekusi mati oleh pemerintah setempat saat itu.


Hal itu pernah dikisahkan oleh murid Sayyid Muhammad yang saat ini menjadi salah satu Rais Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Sadid Jauhari asal Kencong, Jember.


Kiai Sadid bahkan mengetahui secara langsung bagaimana provokasi ulama Wahabi kepada pemerintah Arab Saudi agar menghukum mati sosok Sayyid Muhammad yang wafat pada 29 Oktober 2004 silam tersebut.


"Kitab Mafahim yang berisi argumen tak terbantahkan amaliyah Aswaja, Abuya (panggilan akrab para murid kepada Sayyid Muhammad) mengarangnya saat saya ada di sana. Beliau sering difitnah masyayikh Wahabi, dan sempat divonis hukuman mati," ungkap Kiai Sadid saat hadir dalam kuliah umum Ma'had Aly Assunniyyah Kencong, Jember beberapa waktu lalu.


Saat divonis mati, lanjut Kiai Sadid, Sayyid Muhammad mendapat surat untuk menghadap Raja Fahd bin Abdul Aziz Al-Saud, Raja sekaligus Perdana Menteri Arab Saudi kala itu.


Tanpa rasa takut, Sayyid Muhammad memenuhi panggilan Raja Fahd. Sebelum menghadap raja, Sayyid Muhammd terlebih dahulu dipanggil menghadap amir (menteri) bagian hukuman mati dan biasanya orang yang dipanggil amir ini tidak akan pulang alias mati.


"Si Amir berkata, wahai sayyid, saya disuruh memanggil Anda, Anda tahu artinya? Abuya mengatakan, nenek moyangku tidak masuk surga dengan gratis. Artinya, leluhur beliau banyak yang terbunuh akibat politik. Melihat keberanian beliau, akhirnya malah disuruh pulang dan malah mendapat uang saku," kisah Kiai Sadid.


Usai disuruh pulang, ternyata Sayyid Muhammad enggan. Dirinya berkomitmen karena yang memanggilnya adalah raja, maka ingin bertemu langsung dengan raja, dan tidak akan beranjak sebelum bertemu.


"Akhirnya beliau bertemu Raja Fahd yang sudah ada di pesawat hendak bepergian. Dan beliau diberi kotak ukiran Jepara yang berisi mushaf, dan setelah dibuka ternyata di bawahnya ada uangnya berisi 50 ribu real," cerita Kiai Sadid.


Terakhir, dengan kitabnya yang berjudul Dakho'ir Muhammadiyyah, ungkap Kiai Sadid, Sayyid Muhammad dikafir-kafirkan Ketua Masyayikh Wahabi, sekaligus dipanggil menuju To'if untuk berdebat. Singkat cerita, Sayyid Muhammad pun memenangkan perdebatan tersebut dengan argumen yang tak terbantahkan.


"Namun, meskipun beliau menang, tetap saja Wahabi seperti itu, bahkan mengusulkan beliau untuk dihukum mati dan dilarang mengajar di Masjidil Haram. Ketika beliau dikafirkan oleh orang bernama Bin Mani' yang mengecam kitab beliau, beliau hanya diam," ungkapnya.


Namun, pada saat itu, ulama dunia malah balik membela Sayyid Muhammad dengan mengecam Bin Mani'. Saat Karyanya dikecam inilah, Sayyid Muhammad menulis sebuah kitab spektakuler yang di dalamnya berisi dalil tak terbantahkan mengenai amaliyah Aswaja, bahkan dalil-dalil di dalamnya banyak diambil dari ulama rujukan Wahabi sendiri sehingga membungkam mereka.


"Kitab tersebut diakui ulama sedunia, yaitu kitab Mafahim Yajibu an Tusohhah. Dan kitab ini sekarang menjadi kitab yang dicari di dunia," pungkas Kiai Sadid.


Rehat Terbaru