• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Rehat

Rajab dan Pesan Dialog dengan Mereka yang Telah Meninggal

Rajab dan Pesan Dialog dengan Mereka yang Telah Meninggal
Ada peristiwa monumental saat bulan Rajab. (Foto: NOJ/NU Network)
Ada peristiwa monumental saat bulan Rajab. (Foto: NOJ/NU Network)

Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari beragama peristiwa di bulan Rajab. Oleh sebab itu, umat Islam khususnya warga Nahdlatul Ulama atau Nahdliyin harus menyelami sekaligus menemukan makna dari Rajab tersebut.


Salah satu yang cukup menarik untuk diingat di bulan Rajab adalah dialog antara Nabi Muhammad SAW yang masih hidup dengan Nabi Musa AS yang sudah wafat pada peristiwa Isra’ Mi’raj. Bahkan dialog ini sangat intensif dan serius.


Betapa shalat yang diwajibkan untuk yang pertama sekali adalah 50 kali dalam sehari, tapi berkat kekhawatiran Nabi Musa AS kepada umat Nabi Muhammad SAW atas ketidakmampuan mereka akan tanggung jawab itu. Nabi Musa menyarankan kepada Nabi Muhammad SAW untuk memohon kepada Allah SWT guna memberikan “diskon”.


Allah SWT pun memberikan keringanan. Tidak serta merta langsung memberikannya dari 50 ke 5 waktu, tetapi dengan sedikit demi sedikit, dari dikurangi 5 waktu sampai akhirnya menjadi jumlah akhir 5 waktu. Semua itu adalah berkat kegigihan Nabi Musa AS memberikan masukan positif kepada Nabi Muhammad SAW.


Dari kisah sahih di atas dapat diambil kesimpulan bahwa orang yang sudah wafat ratusan tahun itu masih bisa berbicara, berdialog aktif dengan orang yang masih hidup. Artinya, apabila ketika berziarah kepada Nabi, wali dan ulama kemudian bertawasul kepada mereka, tentu mendengar dan akan mendoakan kepada Sang Khaliq yang Maha Mendengar dan Maha Kuasa.


Tentang fakta bahwa orang mati bisa berdialog dengan yang orang masih hidup, bisa disimak dari hadits berikut:

 

   عن أبى هريرة قال النبي صلى الله عليه وسلم : مَا مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلاَّ رَدَّ اللهُ عَلَيَّ رُوحِي حَتَّى أَرُدَّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ، أخرجه أبو داود : 2/218 ، رقم 2041 ، والبيهقى : 5/245 ، رقم 10050

 

Artinya: Rasulullah SAW bersabda:  Tidak ada salah seorang yang memberikan salam kepadaku, kecuali Allah mengembalikan ruhku, sehingga aku menjawab salam. (HR Imam Dawud dan Baihaqi)


Demikian pula perhatikan hadits berikut: 


   قال النبي صلى الله عليه وسلم : مَا مِنْ رَجُلٍ يَمُرُّ بِقَبْرِ الرَّجُلِ كَانَ يَعْرِفُهُ فِي الدُّنْيَا فَيُسَلِّمُ عَلَيْهِ إلَّا رَدَّ اللَّهُ رُوحَهُ حَتَّى يَرُدَّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ

 

Artinya: Nabi SAW bersabda: Tidak ada salah seorang muslim yang lewat kuburan seseorang yang ia kenal di dunia, kemudian ia memberikan salam kepadanya, kecuali Allah mengembalikan ruhnya, sehingga ia menjawab salam.

 

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam menanggapi hadits di atas (Majmu’ Fatawa: XXVII/395) mengatakan:

 

فَإِذَا كَانَ رَدُّ السَّلاَمِ مَوْجُودًا فِي عُمُوْمِ الْمُؤْمِنِينَ فَهُوَ فِي أَفْضَلِ الْخَلْقِ أَوْلَى

 

Artinya: Jika menjawab salam ada pada orang-orang mukmin awam, maka tentu itu lebih utama terhadap lebih utama-utamanya makhluk.

 

Artikel diambil dariBulan Rajab dan Landasan Kebenaran Tawasul

 

Bagi yang ingin lebih detail mengetahui bahwa orang yang sudah meninggal dunia masih dapat mendengar, silakan membaca kitab Majmu’ Fatawa-nya Syaikh Ibnu Taimiyah atau Syaikh Ibnul Qoyyim al-Jauziyah. Dari semua itu tidak ada salahnya bertawassul kepada orang yang sudah berada di dalam kubur, apalagi mereka itu orang-orang pilihan, termasuk kekasih Allah SWT, bahkan pilihan-Nya yang terkasih junjungan Nabi Agung Muhammad SAW.


Rehat Terbaru