Cerita berikut menjadi penyemangat bagi kaum muslimin yang gagal berangkat haji lantaran Covid-19. Bahwa niat baik dan tulus, akan dibalas juga dengan pahala setimpal.
Adalah Abdullah bin Mubarrok, sudah berniat pergi haji tahun depan. Oleh karena itu, jauh-jauh hari dia menabung. Menjelang musim haji tiba, dia pergi ke pasar dengan membawa uang 500 dinar untuk membeli unta. Sayang, uang sebanyak itu tidak cukup untuk membeli seekor unta. Maka, dia pulang lagi ke rumah.
Di tengah perjalanan pulang, Abdullah bin Mubarrok melihat ada seorang perempuan sedang membersihkan bulu ayam di tempat sampah. Abdullah bin Mubarrok tertarik dan mendekati perempuan itu.
Ketika tahu bahwa ada orang yang mendekatinya, sang perempuan membelakangi Abdullah bin Mubarrok. Abdullah semakin tertarik dan ingin tahu. Dia terperanjat. Ternyata perempuan itu sedang membersihkan bangkai ayam. Itu diketahui dari tidak ada bekas potongan di leher ayam. Hatinya miris. Abdullah bin Mubarrok bertanya setelah mengucap salam.
“Wahai ibu, untuk apa ibu membersihkan bangkai ayam ini?”
“Untuk dimakan,” jawab perempuan itu tanpa menoleh.
“Bukankah ibu tahu, Allah mengharamkan kita memakan bangkai ayam?.”
“Bangkai ayam ini memang haram bagi tuan, tetapi tidak untukku dan anak-anakku,” jawab sang perempuan sambil terus membersihkan bangkai ayam itu.
“Memang apa sebabnya?” Abdullah bin Mubarrok semakin penasaran.
“Jangan campuri urusanku, pergilah menjauh dariku,” jawab perempuan itu dengan nada tidak senang.
“Demi Allah, aku tidak akan pergi dari tempat ini sebelum aku tahu masalahmu!. Katakanlah wahai ibu,” Abdullah bin Mubarrok berharap.
“Baiklah, karena kau telah meminta dengan nama Allah, aku beritahu masalahku. Ketahuilah tuan, aku dan anak-anakku sudah tiga hari tidak makan kecuali minum sedikit. Suamiku gugur di jalan Allah, dan dia tidak meninggalkan warisan yang bisa dijual untuk menyambung hidup anak-anaknya yang yatim sekarang. Sedangkan, untuk meminta-minta aku malu. Aku mencari makanan ke sana kemari, tapi tidak aku dapatkan kecuali bangkai ayam ini,” jawab perempuan itu panjang lebar.
Hati Abdullah tergetar hebat. Air matanya mengalir deras membasahi pipinya. Pandangannya menjadi kabur dan seluruh persendiannya menjadi terasa lemas. Dia benar-benar merasa sangat berdosa jika membiarkan perempuan itu dan anak-anaknya memakan bangkai ayam.
Lalu, sambil menunduk, dia berkata dalam hati. “Wahai ibnu Mubarrok, haji apakah yang lebih mabrur dari pada menolong ibu ini dan anak-anaknya?”
Dan tanpa berpikir lagi, Abdullah bin Mubarrok menyerahkan semua uang yang akan digunakannya untuk membeli unta pengangkut bekal hajinya nanti.
“Wahai ibu, mulai detik ini, bangkai ayam itu haram bagimu dan anak-anakmu! Ambilah ini, dan segeralah beri makan anak-anakmu.”
Perempuan itu gembira sekali.
Sambil menerima pemberian Abdullah bin Mubarrok, dia berkata: “Semoga Allah merahmatimu.”
Lalu perempuan itu pergi meninggalkan Mubarrok, yang dengan ikhlas pulang ke rumah. Terkubur keinginan Mubarrok untuk pergi haji.
Ketika musim haji sudah selesai, Abdullah bin Mubarrok menyambut rombongan haji di batas kota bersama keluarga dan kerabat haji. Para haji yang baru pulang itu bercerita bertemu Abdullah bin Mubarrok di tempat ini dan itu. Abdullah bin Mubarrok tentu saja heran dengan cerita tersebut karena dia tidak jadi pergi haji. Namun semua orang yang berangkat haji mengaku bertemu dengannya.
Malam harinya, Abdullah bin Mubarrok mimpi bertemu dengan Rasulullah SAW. Konon, dalam mimpinya, Rasulullah bersabda: “Wahai ibnu Mubarrok, engkau telah merelakan bekal hajimu untuk menolong sanak keturunanku sehingga mereka terbebas dari kesulitan hidup. Maka, Allah mengutus malaikat-Nya yang diserupakan dengan dirimu pergi haji untukmu setiap tahun. Dan engkau akan menerima pahalanya sampai hari kiamat.”
Demikianlah bagaimana orang yang memiliki niat baik, ternyata mendapat balasan demikian mulia.