• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 27 April 2024

Rehat

UMRAH RAMADHAN 2023

Menjaga Kebugaran selama Umrah Ramadhan di Madinah

Menjaga Kebugaran selama Umrah Ramadhan di Madinah
Menu takjil di salah satu hotel di Madinah. (Foto: NOJ/Syaifullah)
Menu takjil di salah satu hotel di Madinah. (Foto: NOJ/Syaifullah)

Madinah, NU Online Jatim

Cuaca antara di Saudi Arabia dengan di Tanah Air tentu saja berbeda, termasuk kala memasuki Ramadhan. Dari pengalaman beberapa hari di Madinah menunjukkan bahwa ada sejumlah hal yang hendaknya diperhatikan. Keberadaannya penting agar selama menjalankan ibadah puasa dapat secara optimal beribadah dengan didukung kondisi fisik yang prima.

 

Salah satu sumber bagi kekuatan fisik tentu saja adalah makan. Sejumlah nutrisi yang dikonsumsi, maka akan sangat berpengaruh kepada kekuatan tubuh. Apalagi harus beradaptasi dengan iklim yang berbeda dengan daerah asal.

 

Cuaca di Madinah selama Ramadhan cenderung stabil di 30-an derajat celsius. Kondisi ini tentu saja lebih menguntungkan karena tidak terlampau berbeda dengan di Tanah Air. Akan tetapi, suasana di kawasan sekitar Masjid Nabawi cenderung panas.

 

Sadar dengan kondisi cuaca seperti ini, maka selama puasa hendaknya tetap menjaga asupan makanan. Memang ada problem dari jenis dan menu dari makanan yang ada di Madinah. Tapi karena memasukkan makanan ke dalam tubuh adalah kebutuhan penting, maka makan adalah sebuah keharusan. Soal jenis makanan, hal tersebut tentu berbeda.

 

Karena itu selama di Madinah diusahakan untuk mencari hotel maupun penginapan yang menyediakan masakan Indonesia. Demikian pula cita rasanya, sebisa mungkin menemukan yang sesuai dengan lidah masyarakat Indonesia. Karena meski makanan tersedia dalam jumlah yang memadai, akan tetapi tidak bisa dikonsumsi lantaran beda rasa, maka akan percuma.

 

Pengalaman hari pertama berbuka puasa di kereta cepat menuju Madinah misalnya, yang tersedia adalah nasi khas setempat. Sebagian jamaah Tanah Air tidak bisa makan menu ini, sehingga gagal memasukkan nutrisi tubuh setelah seharian berpuasa. Bahkan seperti catatan sebelumnya, waktu yang dibutuhkan untuk mempertahankan puasa dari Tanah Air sampai Jeddah, adalah 18 jam. Bagaimana mungkin setelah itu tubuh tidak mendapatkan asupan gizi yang memadai.

 

Dengan demikian, perlu proses adaptasi yang cepat agar jamaah umrah bisa menikmati menu yang ada. Karena kalau hal tersebut tidak segera dilakukan, bukan tidak mungkin yang didapat bukan semangat mengisi Ramadhan dengan ibadah. Malah akan masuk klinik kesehatan atau rumah sakit. Sekali lagi, solusi pertama adalah adaptasi tersebut.

 

Berikutnya adalah mencari rumah makan dan restoran yang menyediakan menu sesuai selera. Karena selama ini, baik pengelola hotel dan travel sudah melakukan beragam kerja sama saling menguntungkan terkait hal ini. Sehingga beruntung kepada jamaah yang dipertemukan dengan travel bertanggung jawab dan dapat memberikan menu sesuai lidah kebanyakan jamaah Indonesia.

 

Bahkan tidak sedikit restoran yang menyediakan aneka pilihan menu berbuka dan sahur. Dengan demikian, jamaah tinggal memilih mana makanan dan minuman yang cocok dengan seleranya, sehingga dapat menunjang kebutuhan nutrisi selama umrah di bulan Ramadhan.

 

Berikutnya yang tidak kalah penting adalah komponen pendukung. Dari mulai vitamin C, lotion wajah dan kulit, serta kebutuhan lainnya. Karena tidak sedikit jamaah yang bibirnya pecah, kulit muka kering bahkan terbakar. Oleh sebab itu, melakukan konsultasi dan mendapatkan obat maupun krim yang cocok merupakan komponen pendukung yang juga sangat penting bagi kenyamanan selama di Madinah.

 

Hal lain yang harusnya jadi perhatian adalah mengurangi kegiatan fisik. Acara jalan-jalan mengunjungi sejumlah destinasi wisata yang memiliki nilai historis tentu saja penting. Akan tetapi jangan terlampau diforsir agar tidak justru menimbulkan masalah. Sebaiknya mengunjungi kawasan terdekat dengan Masjid Nabawi seperti Masjid Abu Bakar, Alghamamah, Bilal bin Rabah, Kampung Tsaqifah Bani Saidah, dan lainnya.

 

Kalaupun harus berkunjung di kawasan tersebut sebaiknya memilih waktu pagi karena bila siang sangatlah terik. Sedangkan petang akan berbenturan dengan jadwal buka bersama di pelataran dan dalam Masjid Nabawi.

 

Diharapkan dengan melakukan aneka persiapan tersebut, keinginan untuk melaksanakan ibadah selama Ramadhan akan terwujud. Apalagi saat kunjungan berikutnya akan ke Makkah untuk melaksanakan umrah. Semoga ibadah umrah kali ini lancar dan makbul, amin ya rabbal alamin.


Rehat Terbaru