• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 24 April 2025

Rehat

UMRAH RAMADHAN 2023

Keseruan Bukber di Pelataran Masjid Nabawi

Keseruan Bukber di Pelataran Masjid Nabawi
Suasana menelang buka bersama di pelataran Masjid Nabawi, Madinah. (Foto: NOJ/ Syaifullah)
Suasana menelang buka bersama di pelataran Masjid Nabawi, Madinah. (Foto: NOJ/ Syaifullah)

Madinah, NU Online Jatim

Berbeda dari hari sebelumnya, kedatangan penulis kali ini ke Masjid Nabawi sedikit terlambat. Maklum kecapekan usai proses antre untuk masuk di kawasan Raudhah. Bersabar dengan sejumlah rombongan sejak usai shalat Dhuhur hingga jelang Ashar. Catatan tentang prosedur dan pengalaman di Raudhah akan disampaikan pada catatan berikutnya.


Setengah jam sebelum adzan Magrib berkumandang, penulis baru bisa menuju Masjid Nabawi. Beruntung lokasi hotel yang demikian dekat, sehingga tidak terlalu ketinggalan untuk bergabung di masjid ini.


Akan tetapi, baru tiba di pelataran masjid, jamaah sudah terlihat penuh. Sangat tidak memungkinkan untuk masuk ruangan utama Masjid Nabawi karena pasti sudah disesaki jamaah.


Saat berjalan dengan tergesa-gesa, ada panggilan dari seseorang. Ternyata yang bersangkutan mempersilakan untuk ikut bergabung dan ada ruang kosong. Ketika diperhatikan memang memadai, maka penulis segera bergabung dengan jamaah lain.


Di sinilah salah satu keseruan berbuka puasa Ramadhan di kawasan Masjid Nabawi. Bahkan mereka yang tidak memiliki bekal cukup sekalipun bisa menikmati takjil hingga kenyang. Bahkan bila beruntung dapat membawa tentengan yang isinya juga beragam.


Akan tetapi, perlu adaptasi rasa dan selera dengan makanan kemasan yang ada. Penulis sendiri selama 3 hari mencoba untuk melakukan penyesuaian, namun ternyata belum berhasil. Hanya buah kurma dan air zamzam yang bisa dikonsumsi dengan nikmat. Sisanya harus diberikan kepada orang sebelah.


Keadaan serupa juga dirasakan rekan rombongan. Katanya, baik roti dan makanan ringan lain juga susah masuk meski sudah dipaksa. "Rasanya tidak pas dengan lidah orang Indonesia," kata salah satu rombongan dari Jombang.


Dan memang, tentengan makanan ringan dalam paket yang ada ternyata hanya jadi pajangan di kamar hotel. Masalahnya itu tadi, tidak cocok dengan lidah kebanyakan orang Indonesia.


Lupakan soal selera makanan. Yang perlu dicatat di sini adalah betapa guyub suasana buka bersama di Masjid Nabawi. Tak ada perbedaan bagi mereka dari kelas mana, semua menjadi satu barisan. Termasuk anak kecil, diperlakukan sama yakni mendapatkan satu paket.


Demikian juga banyak yang menyediakan minuman rempah hingga kopi. Terbuat dari beberapa tumbuhan berkhasiat dan dimasukkan dalam termos. Dengan juga membawa gelas plastik, kalangan ini menawarkan minumannya kepada yang berkenan. Bahkan masih membuka kotak berisi kurma dan kismis, juga makanan ringan dalam kemasan.


Baik suasana di dalam, maupun kondisi pelataran Masjid Nabawi nyaris tidak ada perbedaan. Semua berlangsung meriah dan sarat keakraban. Suasana yang memberikan pesan bahwa Ramadhan dapat memupuk kebersamaan, kekompakan dan semangat berbagi.


Bisa dibayangkan bila suasana seperti ini ada di Tanah Air dan melingkupi dalam 11 bulan dalam setahun? Tentu saja akan demikian membanggakan. Budaya guyub dan peduli dapat dimulai dari mushala dan langgar, serta masjid dekat rumah. Setelah itu tercipta, mari kita bicara lingkungan yang lebih luas, termasuk dalam berbangsa dan bernegara.


Rehat Terbaru