• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 2 Mei 2024

Rehat

Nabi Muhammad Menjelaskan Hakikat Manusia Paling Keren

Nabi Muhammad Menjelaskan Hakikat Manusia Paling Keren
Nabi Muhammad SAW memberikan penjelasan terhadap muslim paling keren. (Foto: NOJ/Syaifullah)
Nabi Muhammad SAW memberikan penjelasan terhadap muslim paling keren. (Foto: NOJ/Syaifullah)

Banyak kalangan yang membayangkan bahwa manusia yang memiliki keunggulan adalah mereka dengan ibadah di atas rata-rata. Bahkan dalam keadaan tertentu masih istikamah melaksanakan ibadah, seperti shalat sunah dan puasa. Namun kisah berikut memberikan gambaran bahwa yang disebut sebagai muslim keren ternyata tidak seperti itu.


Secara lebih gamblang, silakan untuk memperhatikan kisah inspiratif yang dituturkan Imam ibn Qutaibah al-Dinawari (w. 889) dalam kitabnya yang masyhur, Ta'wil Mukhtalif al-Hadits. Dari penjelasan tersebut, kita mendapatkan gambaran yang lebih detail hakikat manusia keren, khususnya dalam beribadah.


Suatu hari, ada serombongan orang dari Yaman yang datang sowan kepada Nabi Muhammad SAW di Madinah. Mereka adalah Al-Asy'ariyyun atau orang-orang yang berasal dari kabilah Banu Asy'ar.


Setelah mereka menghadap Nabi Muhammad, terjadi percakapan tentang pelbagai hal. Hingga pada suatu titik, salah satu dari para tamu itu berkomentar tentang salah satu dari anggota rombongan mereka yang dianggap memiliki kelebihan dan layak dijadikan panutan.


"Wahai Rasul, tak ada orang setelah panjenengan yang lebih baik dan lebih keren dari si fulan teman kami ini," kata salah satu dari rombongan itu. Dalam riwayat yang dituturkan oleh Ibn Qutaibah, tak disebutkan dengan jelas siapa nama fulan dimaksud.


Lalu orang itu melanjutkan.


"Coba panjenengan bayangkan. Di siang hari, selama perjalanan kami dari Yaman ke Madinah ini, teman kami ini selalu puasa. Sementara, jika kami berhenti sebentar di sebuah tempat untuk istirahat, dia akan menjalankan shalat terus-menerus sampai kami berangkat lagi," terangnya.


Setelah mendengar penjelasan, Nabi langsung bertanya.

 

"Lalu, siapa yang bekerja untuk dia, mencukupi kebutuhan dia, atau melayani dia sehari-hari?"


"Kami semua lah yang melayani dia, Kanjeng Nabi," jawab mereka.


"Kalau begitu, kalian lebih mulia dari dia," kata Kanjeng Nabi.


Kisah ini kemudian dijelaskan oleh H Ulil Abshar Abdalla atau Gus Ulil bahwa penegasan ini memberikan gambaran akan kondisi zaman ini di mana ada persepsi yang keliru. Bahwa seolah-olah orang yang paling baik dalam masyarakat adalah mereka yang shalat dan puasanya paling banyak, paling mempeng ibadah.


"Kanjeng Nabi mengoreksi, pandangan seperti itu amatlah keliru," tegas Gus Ulil melalui akun Facebook-nya.


Dalam pandangan Islam, masih menurut Gus Ulil, melayani orang lain, bekerja untuk memakmurkan dunia, nilainya tak kalah, atau malah melebihi shalat dan puasa sunah yang dilakukan setiap hari dan setiap saat.


"Kisah dari Yaman ini perlu terus kita ingat agar kita tak keliru menilai orang shaleh," pesan Ketua Lakpesdam PBNU ini.


Editor:

Rehat Terbaru