• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Rehat

Pesan Gus Fahmi Tebuireng: Bila Istri Marah, Suami Hendaknya Diam Saja

Pesan Gus Fahmi Tebuireng: Bila Istri Marah, Suami Hendaknya Diam Saja
Bersabarlah kala bertemu istri yang sedang marah. (Foto: NOJ/Ltn)
Bersabarlah kala bertemu istri yang sedang marah. (Foto: NOJ/Ltn)

Jombang, NU Online Jatim

Dalam membangun bahtera rumah tangga dibutuhkan pengertian antara suami dan istri. Menghadapi istri yang cerewet sekalipun harus sabar, seperti dicontohkan amirul mukminin, Umar bin Khattab.

 

“Sosok amirul mukminin, Sayyidina Umar RA saja demikian tunduk dan tidak melawan ketika istrinya sedang marah,” kata KH Fahmi Amrullah. Penjelasan ini disampaikan Gus Fahmi, sapaan akrabnya ketika memberikan mauidlah walimah nikah di Kediri.

 

Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Putri Tebuireng Jombang ini, tunduk dan tidak membantahnya Umar bin Khattab terhadap celoteh sang istri berdasarkan sejumlah pertimbangan matang.

 

“Pertama, karena istrinyalah yang memberikan kesenangan duniawi,” kata Gus Fahmi. Lantaran sang istri yang demikian tulus melayani, maka suami tidak tergoda dengan kenikmatan di luar rumah.

 

“Surga dunia ada pada diri istri,” terangnya. Bahkan istri yang penuh pengertian, akan memberikan keningnya setiap saat untuk dicium sang suami. “Itu layaknya pahala mencium Hajar Aswad,” ungkapnya.

 

Yang kedua, istri adalah seorang penjaga rumah terbaik. “Kalau istri di rumah, praktis pekerjaan rumah beres,” katanya. Dapat dibandingkan saat suami di rumah, maka suasana dalam rumah berantakan dan kurang teratur. Dengan sentuhan dan kerja tanpa lelah dari istri, tatanan dan kondisi rumah lebih rapi dan sedap dipandang. “Sehingga kita kerasan berada di rumah lantaran peran istri,” lanjutnya.

 

Pertimbangan ketiga atas diamnya Umar bin Khattab adalah karena sadar bahwa istrinya telah menjadi pendidik terbaik bagi anak-anaknya.

 

“Karena itu tidak salah kalau dikatakan bahwa ibu adalah madrasah pertama dan utama bagi anak-anak,” terangnya. Dengan ketelatenan sang ibu, maka lahir anak-anak yang shaleh serta shalihah. Mengajarkan sang anak sejak dalam kandungan dengan shalawat, bacaan al-Quran serta bacaan terbaik lainnya.

 

“Yang keempat, istri adalah pengamat mode terbaik,” katanya. Lantaran tidak sedikit corak dan kombinasi warna bagi tampilan suami, justru lahir dari koreksi istri. “Istri kita paling tahu mana model pakaian dan warna yang pantas untuk suaminya saat pergi ke sebuah acara,” ungkapnya.

 

Sedangkan yang terakhir, istri adalah koki terbaik bagi suami. “Karena istri memasak dan menyajikan makanan dengan cinta, maka hidangan yang tersaji menjadi sangat lezat,” katanya. Kendati dengan menu sederhana, namun lantaran saat meracik bumbu dan proses memasak dilandasi dengan cinta, maka menu yang tersaji menjamin lebih nikmat, lanjutnya.

 

Dengan sejumlah pertimbangan inilah, maka Sayyidina Umar RA tidak membantah, bahkan diam saat sang istri marah. 


Editor:

Rehat Terbaru