• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Rehat

UMRAH RAMADHAN 2023

Pesan Menohok saat Berkunjung ke Maktabah Makkah al-Mukarramah

Pesan Menohok saat Berkunjung ke Maktabah Makkah al-Mukarramah
Meski hanya dari luar, jamaah bisa melihat bangunan Maktabah Makkah al-Mukarramah ini. (Foto: HTr)
Meski hanya dari luar, jamaah bisa melihat bangunan Maktabah Makkah al-Mukarramah ini. (Foto: HTr)

Makkah, NU Online Jatim

Kesempatan untuk tinggal di Makkah tidaklah lama. Dibatasi oleh masa kunjungan, serta jadwal yang telah ditentukan oleh travel. Karenanya, sebisa mungkin untuk memanfaatkan waktu yang ada dengan memaksimalkan ibadah dan berkunjung ke kawasan yang dirasa penting. Salah satunya adalah Maktabah Makkah al-Mukarramah.


Akan tetapi, saat akan memasuki kawasan ini, maka pengunjung akan disapa oleh tulisan spanduk di sisi kiri gedung. Kalimat yang ada berisi tulisan dalam bahasa Inggris, Arab, dan juga Urdu. Jika diartikan, tulisan itu berbunyi: ‘Mengunjungi perpustakaan ini untuk menyembah atau mengultuskan tidak diizinkan oleh syariah. Karena, tidak ada dalil yang membuktikannya’.


Sementara di bagian atas tengah gedung, ada tulisan, juga dari berbagai bahasa, yang menyebutkan tentang tahun pembangunan gedung ini. Kemudian di sisi depan sebelah kanan gedung, terdapat sejumlah foto dan tulisan tentang kondisi di dalam gedung.


Dalam catatan Viva.co.id, gedung berukuran 10 x 18 meter yang terdiri dari dua tingkat dan yang selalu terkunci itu adalah 'Maktabah Makkah al-Mukarramah' atau Perpustakaan Makkah. DR Muhammad Ilyas Abdugani dalam bukunya, Sejarah Makkah menuliskan bahwa tempat ini dulunya adalah tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW.


Nabi Muhammad sendiri, oleh kalangan muslim di seluruh dunia lahir pada 12 Rabiul Awal atau pada tahun 570 M di Kota Makkah. Beliau diyakini lahir di rumah Abdul Muthalib yang sekarang menjadi perpusatakaan ini. Pendapat tersebut diambil dari pandangan sahabat Nabi, Abdullah bin Abbas serta kalangan sejarawan muslim klasik seperti Ibnu Hisyam dan Ibnu Ishak.


Dulu, tempat kelahiran Nabi Muhammad Ini pernah dibangun masjid oleh Al-Khaizuran, yaitu ibu dari Khalifah Harun al-Rasyid dari Dinasti Abassiah. Dalam perjalananya, bangunan masjid itu dihancurkan dan dibangun perpustakaan umum oleh Wali Kota Makkah saat itu, Syekh Abbas Qatthan pada 1370 H atau 1950 M dari hartanya sendiri.


Selama musim haji, perpusatakaan itu selalu ditutup dan jamaah tidak diperkenankan melakukan ziarah. Pemerintah Saudi melarang karena dikhawatirkan nanti bisa menimbulkan pengkultusan. Namun, untuk sekadar foto-foto di tempat itu masih bisa dilakukan. Banyak jamaah haji maupun umrah dari berbagai negara mendatangi perpustakaan itu sekadar mengabadikan kehadiran.


Semua tahu Nabi Muhammad lahir di Makkah. Namun, di mana titik persisnya lokasi kelahirannya, sampai sekarang masih simpang siur. Banyak yang meyakini bahwa Perpustakaan Makkah al-Mukaramah dahulunya adalah tempat lahirnya Nabi terakhir itu. Bangunan perpustakaan tersebut terlihat cukup mencolok. Warnanya coklat muda. Dipermanis dengan jendela coklat tua. Perpustakaan yang hampir nempel dengan Masjidil Haram ini bisa dijumpai kalau mengambil akses dari terminal Bab Ali. Atau yang sering disebut pintu Gaza.


Pintu masuk perpustakaan itu tertutup rapat. Ada keterangan perpustakaan itu dibangun pada 1370 hijriyah atau 1951 masehi. Pemerintah setempat meminta supaya jamaah haji tidak berziarah ke perpustakaan itu. Keterangan tersebut tertulis di bagian depan perpustakaan. Bagi yang penasaran bagaimana kondisi di dalam perpustakaan, sudah dipajang foto-foto interiornya.


Konsultan Ibadah Haji Daerah Kerja (Daker) Makkah Ahmad Kartono kala itu menuturkan, tempat lahir atau maulid Nabi Muhammad berada di sisi jalan sebelah Masa'a atau tempat Sai. "Betul menurut sejarah (perpustakaan Makkah, Red) tempat lahir Nabi Muhammad," katanya.


Dia menjelaskan pada perkembangannya pemerintah Arab Saudi mendirikan sebuah perpustakaan atau maktabah di lokasi kelahiran Nabi tersebut. Dia menuturkan selama musim haji perpustakaan itu ditutup. Jamaah tidak diperkenankan masuk ke dalamnya. Pemerintah Saudi meminta masyarakat tidak berziarah ke perpustakaan itu. "(Pemerintah Saudi, Red) tidak memperbolehkan karena dikhawatirkan nanti menimbulkan pengkultusan," jelasnya.


Lantas bagaimana jika mengunjungi perpustakaan itu untuk sekadar foto-foto? "Kalau sekadar foto-foto ya bisa," jelasnya. Sampai saat ini belum ada anjuran yang meminta supaya umat Islam berziarah ke perpustakaan yang tampak berlantai dua itu.


Sekadar diketahui bahwa bangunan perpustakaan terlihat sederhana. Bentuknya kotak menyerupai kubus dengan cat tembok krem kecoklatan. Jendela kayu di tiap-tiap sisi bangunan divernis coklat tua divernis coklat tua memberikan kesan antik. Tak ada pilar-pilar menjulang, apalagi ornamen-ornamen klasik layaknya bangunan-bangunan megah di sekelilingnya.


Di bagian depan bangunan tertulis Maktabah Makkah al-Mukarramah atau Makkah al-Mukarromah Library, alias Perpustakaan Makkah al-Mukarramah. Perpustakaan Makkah ini diyakini sebagai rumah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Lokasinya berada di komplek Masjidil Haram, sebelah timur Ka'bah. Berada di lembah bukit antara dua terminal yang ada di Masjidil Haram, Syib Amir dan Mahbas Jin. 


Dari beberapa literatur sejarah menyebutkan Nabi Muhammad SAW lahir pada tahun 571 Masehi atau 12 Rabiul Awal Tahun Gajah. Nabi Muhammad SAW lahir di rumah kakeknya Abdul Muthalib, yang diyakini lokasinya persis di perpustakaan Makkah al-Mukarramah berdiri saat ini.


Para ahli sejarah mengemukakan alasan rumah Abdul Muthalib atau rumah kelahiran Nabi Muhammad SAW dijadikan perpustakaan untuk menghindari pemujaan oleh sebagian umat Islam terhadap tempat tersebut. 


Berdasarkan Sirah an-Nabawiyah, tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW dulunya dikenal sebagai lembah Abu Thalib (paman Nabi Muhammad). Ketika Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, rumah tersebut ditempati Aqil bin Abi Thalib (anak Abu Thalib), yang kemudian diikuti oleh anak keturunannya hingga akhirnya rumah tersebut dibeli oleh Khaizuran, istri dari Khalifah Abbasiyah al-Mahdi dan ibu dari kedua Khalifah al-Hadi dan Harun al-Rasyid.  


Dalam perkembangannya, Khaizuran sempat membangun sebuah masjid di lokasi tersebut. Namun kemudian dihancurkan dan dijadikan perpustakaan oleh Syekh Abbas Ottoman (1370H/1950). Seiring waktu, terjadi perombakan dan pemugaran bangunan bahkan kalangan Wahabi sempat berniat menghancurkan bangunan tersebut agar tidak dijadikan berhala baru atau tempat pemujaan. Namun, Wali Kota Makkah saat itu, Syekh Abbas Qaththan meminta kepada Raja Arab Saudi King Abdul Aziz agar mengizinkan di tempat itu dibangun perpustakaan, dan Maktabah Makkah al-Mukarramah akhirnya berdiri hingga kini.


Kalau memperhatikan antusias umat Islam dari berbagai negara yang berkunjung ke Makkah dan Madinah, memang yang berkaitan dengan tempat tertentu mendapat penjagaan yang ketat. Makam Rasulullah di Masjid Nabawi misalnya, dijaga secara ketat oleh sejumlah polisi setempat. Dan kondisinya memang demikian, sebagian umat Islam begitu antusias berada di kawasan tersebut dan perlu intervensi polisi agar dapat tertib dan tidak berlama-lama berada di lokasi dimaksud.


Rehat Terbaru