• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Rehat

Secuil Kisah Kiai Sadjadi Lumajang, Telateni Santri Seperti Anak Sendiri

Secuil Kisah Kiai Sadjadi Lumajang, Telateni Santri Seperti Anak Sendiri
KH Sadjadi Fadlillah. (Foto: Gus Ainur Ridlo for NOJ)
KH Sadjadi Fadlillah. (Foto: Gus Ainur Ridlo for NOJ)

Lumajang, NU Online Jatim

Namanya adalah KH Sadjadi Fadlillah menantu dari Kiai Nur Khotib dari Desa Denok Lumajang. Kiai Sadjadi dikenal sosok yang selalu istikamah melakukan ibadah dan sangat telaten mengurus santri hingga seperti pengayoman sosok ayah kepada anak sendiri.

 

Di Pondok Pesantren Darul Falah Denok yang didirikan Kiai Nur Khotib sekitar tahun 1954 Kiai Sadjadi setiap hari mengajar, membimbing dan mengurus santrinya yang rata-rata masih usia anak-anak.

 

Sepeninggal Kiai Nur Khotib, Kiai Sadjadi meneruskan perjuangan ayahnya itu dengan terus melakukan pengembangan di berbagai sektor. Meskipun tidak tergolong pesantren besar dengan jumlah santri ribuan, Pesantren Darul Falah merupakan salah satu pesantren yang diperhitungkan di Lumajang. Bahkan, satu diantara alumninya menjadi orang terpandang seperti H Thoriqul Haq atau Cak Thoriq, Bupati Lumajang.

 

"Saya dan para santri diberi teladan oleh Kiai Sadjadi Fadlillah, beliau ini tiga bersaudara. Saat bertemu sesama saudara, ngobrolnya beliau pakai bahasa Jawa halus kromo inggil. Beda dengan sekarang, kalau adik kakak sudah tidak seperti itu, ngomongnya seenaknya, tapi beliau tidak," kenang Cak Thoriq menceritakan sosok Kiai Sadjadi saat acara Haul ke-18 KH Sadjadi Fadlillah , Sabtu (01/07/2023).

 

Cak Thoriq yang sejak usia kanak-kanak menimba ilmu di sana mengingat betul bagaimana Kiai Sadjadi tidak pernah melewatkan shalat tahajjud, sunnah qabliyah dan ba'diyah, serta bagaimana kiai kelahiran 1946 ini sangat telaten kepada santri.

 

"Saya pernah ke beberapa pesantren, tetapi tidak merasakan hal yang sama dengan yang saya rasakan di sini dulu. Beliau (Kiai Sadjadi) menganggap kami seperti anak sendiri, beliau memotong rambut santri sendiri, baju kami kalau ada yang robek beliau sendiri yang menjahit pakai tangan," cerita Cak Thoriq.

 

Yang lebih menakjubkan Cak Thoriq lagi, di sela-sela pengabdian Kiai Sadjadi sebagai pengurus NU Lumajang, Kiai Sadjadi tak pernah sekalipun melewatkan kesehariannya bersama santri. Kiai Sadjadi tak pernah lupa mengajar dan mengurus santri di tengah aktivitas di jajaran Syuriah NU Lumajang saat itu.

 

"Saat kami kena gatal-gatal, biasa beliau memandikan sendiri para santri pakai sabun obat gatal. Sambil pakai jubah, beliau memandikan langsung kami yang masih anak-anak di sungai dekat pondok," ucap Cak Thoriq.

 

Disebutkan, Kiai Sadjadi sebelum subuh selalu membangunkan sendiri para santri untuk melakukan shalat Tahajud, bahkan setiap Shalat Subuh di hari Jumat Kiai Sadjadi selalu membaca surat Sajadah setelah membaca surat Al Fatihah.

 

Cak Thoriq menyaksikan sendiri bagaimana sosok kiai yang meninggal tahun 2005 ini mengajarkan para santri sejak sebelum Subuh sampai malam tanpa kenal lelah dan mengeluh.

 

"Subuh ngaji Al-Qur'an, setelah itu beliau berangkat ngajar di luar, siang habis Dzuhur istirahat sebentar. Sehabis Ashar baca surat-surat pilhan, ba’da Maghrib baca Al-Qur'an beserta nahwunya, habis Isyak masih belajar. Saya mikir, beliau istirahatnya kapan, padahal beliau bangun dulu sebelum santri bangun," kata Cak Thoriq kagum.

 

Kisah-kisah Kiai Sadjadi, lanjut Cak Thoriq, tidak akan ada habisnya bagi para santrinya. Dedikasi dan semangatnya untuk santri begitu ikhlas dan luar biasa.

 

"Dulu panggilan saya di sini (Pesantren Darul Falah Denok) itu Ikul. Saya dulu tidak punya cita cita jadi bupati, namun berkat keberkahan beliau saya bisa. Semoga beliau bisa kita teladani," pungkasnya.


Rehat Terbaru