• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Risalah Redaksi

Tahun Baru dan Spirit Mengembalikan Semangat Perjuangan

Tahun Baru dan Spirit Mengembalikan Semangat Perjuangan
Jutaan Nahdliyin sangat berharap kiprah NU di berbagai sektor kehidupan masyarakat. (Foto: NOJ/SDs)
Jutaan Nahdliyin sangat berharap kiprah NU di berbagai sektor kehidupan masyarakat. (Foto: NOJ/SDs)

NU Online Jatim

Rasanya baru semalam kita melangsungkan aneka selebrasi dalam menyambut dan memeriahkan pergantian tahun. Tidak sedikit yang melakukan aneka persiapan demi memastikan bahwa saat tahun baru ada yang berbeda ketika merayakannya. Sejumlah aksi dilakukan dan ada kalanya yang memang menjadi tradisi dari perayaan tahun sebelumnya. Namun demikian, tidak sedikit yang ternyata memang melakukan hal berbeda dan tidak sama dengan tahun lalu. Dengan demikian, perayaan pergantian memiliki kekhasan dari tahun ke tahun.
 

Yang juga menjadi pemandangan khas adalah bagaimana masyarakat menyikapi pesta pergantian tahun ini dalam perspektif keagamaan. Karenanya, banyak pandangan yang berupaya menyampaikan bagaimana perspektif tokoh agama terkait hakikat perayaan tersebut.
 

Namun demikian, kita tidak sedang mempersoalkan bagaimana cara terbaik saat memasuki tahun baru 2022. Termasuk membuang jauh-jauh pandangan yang cenderung menghakimi hal tersebut. Yang justru mendesak dilakukan adalah bagaimana kita dapat memaknai pergantian yang ada dengan lebih bermakna.
 

Bahwa kesempatan memiliki usia panjang adalah sebuah kurnia demikian bermakna. Karena tidak sedikit di antara kita yang akhirnya gagal diberikan usia panjang, sehingga meninggal di usia muda. Entah karena masalah kesehatan, kecelakaan dan sejenisnya yang membuat seseorang menghadap ke haribaan-Nya lebih cepat dibandingkan kalangan lain.
 

Namun diberikan umur panjang saja bukan jaminan bahwa hal tersebut sebagai kurnia. Karena tidak sedikit yang keberadaannya di dunia tidak ubahnya onak dan duri bagi pihak lain. Boro-boro mau bermanfaat untuk orang lain dan lingkungan, untuk dirinya sendiri ternyata kerap melakukan tindakan yang tidak dibenarkan.
 

Pesan inilah yang seharusnya menjadi kesadaran kolektif bagi kita semua. Sehingga ekspresi dalam memaknai pergantian tahun dan bertambahnya usia, bukan semata selebrasi tanpa makna. Karena demikian banyak yang melakukan tindakan ceroboh, justru di tambahan usia yang diberikan. 
 

Dalam hal ini, sangat menarik yang disampaikan syair klasik dari Ali bin Abi Thalib, sederhana tetapi mendalam: Waladatka ummuka yabna adama bakiyan, wannasu  haulaka yadlhakuna sururan. Fajhad linafsika antakuna bakau, fi yaumi mautika dlahika masruran. (Saat engkau dilahirkan ibumu, tangismu menjerit, sedang orang di sekelilingmu tertawa kegirangan. Berusahalah, hai anak Adam, kematianmu kau hadapi dengan tertawa riang. Biarlah orang menangisi kematianmu). 
 

Demikian mendalam pesan dari sahabat Ali karramallhu wajhah ini. Bahwa manusia diharapkan menyadari ketika dirinya dilahirkan demikian disambut suka cita. Orang tua dan keluarga, termasuk kerabat maupun tetangga mengharap dengan cemas lahirnya calon anggota baru yakni bayi saat telah memasuki masa-masa akhir di rahim ibunya. Aneka kalimat thayyibah dilantunkan demi memastikan bahwa persalinan berjalan sesuai harapan.
 

Demikian pula upaya lahir dilakukan dengan jauh-jauh hari meminta pertimbangan dokter dan petugas kesehatan untuk memastikan bahwa calon bayi dapat lahir dengan sempurna. Demikian dramatisnya upaya menjelang persalinan, bahkan nyawa sang ibu dan calon bayi juga dipertaruhkan.
 

Dan benar juga, saat tangisan bayi keluar, betapa suara pertama itu demikian dielukan. Akhirnya hilang sudah keresahan dan segala hal yang membuat orang tua dan keluarga berubah menjadi tertawa bahagia.
 

Nah, hakikat pergantian tahun dapat direfleksikan demikian adanya. Bahwa ikhtiar untuk dapat bertahan hidup dilakukan manusia dengan beragam cara. Dari mulai upaya lahir dan batin, semua dilakukan demi memastikan bahwa dapat bisa bertahan hidup dengan layak. 
 

Sebagian kalangan tidak semata menyukupkan sampai di angka tersebut, namun lebih dari itu. Yakni bagaimana khidmat terbaik dapat dilakukan selama hayat masih di kandung badan. Karenanya tidak heran kalau kita menyaksikan seseorang dengan kiprah terbaik tidak semata bagi dirinya, juga warga dan masyarakat secara umum.
 

Rasanya, momentum tahun baru akan lebih bermakna kalau kemudian hal tersebut dilakukan. Dalam artian saat kesempatan berada di dunia ini dapat diisi dengan khidmat terbaik. Dengan demikian kita tidak menjadi insan yang egois yakni mementingkan diri sendiri dan tidak mau tahu dengan kesulitan yang tengah dihadapi kalangan lain. 
 

Kiprah di masyarakat semakin dinanti kala berhubungan dengan hajat hidup orang banyak. Karena di sekitar kita banyak kalangan yang lemah dan dilemahkan (dhuafa dan mustadhafin). Mereka gagal dalam menikmati kesejahteraan hidup karena memang tidak memiliki skil dan akses yang memadai untuk sampai ke arah sana. Hal tersebut bisa disebabkan karena sumber daya manusia yang memang demikian lemah. Hal itu terjadi bisa antara lain karena tingkat pendidikan yang rendah, baik karena cara pandang dalam memaknai pendidikan, atau karena faktor biaya yang tidak terjangkau.
 

Yang parah adalah kalau ternyata terbelakangnya level pendidikan tersebut lantaran sengaja dilemahkan. Ada kekuatan yang demikian terorganisir tidak memberikan kesempatan yang sama bagi masyarakat untuk dapat mengenyam pendidikan secara layak. Dan hal ini dapat terjadi di berbagai daerah, imbas karena perseteruan politik dan sejenisnya.
 

Dalam melihat aneka ketimpangan ini, sudah saatnya sejumlah kalangan hadir. Memastikan bahwa pendidikan layak adalah hak setiap warga negara tanpa terkecuali. Kendati yang bersangkutan berasal dari kawasan terpencil, keluarga tidak terpandang dan lainnya, harusnya tidak menjadi alasan sebagai penghalang untuk merasakan kesempatan mengenyam pendidikan berkualitas. Demikian pula berbagai kemudahan lain yang memang semestinya melekat bagi penduduk atau masyarakat yang ujung-ujungnya dapat menjamin dapat merasakan manfaat pembangunan dengan baik. 
 

Ketika menyaksikan aneka ketimpangan inilah, kita termasuk di dalamnya adalah Nahdlatul Ulama hadir. Mengawal dan memastikan bahwa setiap anggota masyarakat termasuk warga NU atau Nahdliyin benar-benar merasakan buah dari pembangunan yang ada. Kiprah-kiprah pendampingan seperti inilah yang mendesak untuk terus didengungkan setiap saat, apalagi menjadi refleksi bagi pergantian tahun. Seberapa besar manfaat diri dan jam’iyah tidak semata kepada perjalanan organisasi, juga seberapa besar khidmat kepada jamaah. 
 

Betapa banyak warga NU yang masuk kriteria sebagai dhuafa dan mustadhafin ini. Mereka tersebar di sejumlah sektor pekerjaan. Baik sebagai guru, nelayan, petani, buruh, pelajar, perempuan usia produktif dan seterusnya. Mereka gagal hidup sejahtera bukan karena tidak memiliki kompetensi, namun lantaran akses yang demikian rumit dan berliku. 
 

Di usianya yang akan memasuki 1 abad dan pada saat bersamaan memasuki abad kedua, NU diharap semakin dekat dengan penderitaan umat. Kelebihan berupa struktur kepengurusan dari tingkat pusat hingga desa, sudah seharusnya dioptimalkan demi pendampingan tersebut. Karena bukan tidak mungkin, banyak kader potensial yang ada di tengah hutan, pinggiran pantai dan kawasan lainnya belum bisa mengakses hasil pembangunan yang seharusnya mereka nikmati seperti kalangan lain selama ini. 
 

Kalau peran-peran ini yang diambil, sudah pasti keberadaan NU dengan kepengurusannya di berbagai level ibarat anak yang kelahirannya demikian dielukan. Dan demikian pula, saat periodenya berakhir akan ditangisi lantaran telah berbuat yang terbaik untuk umat. Dan peran seperti itu yang telah dilakukan para pendiri atau muassis jamiyah ini. Karenanya, tugas kita meneruskan dedikasi yang telah dilakukan pendahulu, tentunya dengan menyesuaikan tantangan zaman yang ada. 


Editor:

Risalah Redaksi Terbaru