• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Risalah Redaksi

Duta Petani Milenial dan Pesan Hadratussyekh bagi Kedaulatan Pangan

Duta Petani Milenial dan Pesan Hadratussyekh bagi Kedaulatan Pangan
Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari menjelaskan pentingnya membangun pertanian agar mandiri, maju dan sejahtera. (Foto: NOJ/analisadaily.com)
Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari menjelaskan pentingnya membangun pertanian agar mandiri, maju dan sejahtera. (Foto: NOJ/analisadaily.com)

Laporan dari berbagai pasar tradisional menunjukkan bahwa harga beras utamanya premium mulai naik. Hal tersebut juga diikuti dengan naiknya harga berbagai harga kebutuhan pokok pangan lainnya.


Menanggapi hal itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut kenaikan harga beras yang terjadi di dunia membuat harga di dalam negeri jadi semakin mahal. Hal ini disampaikan Jokowi saat melakukan tinjauan dan pemberian bantuan sosial di gudang Perum Bulog di Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat beberapa waktu berselang. Menurut Jokowi harga harga beras naik imbas dari beberapa negara yang melakukan menghentikan ekspornya. Selain itu karena produksi padi yang tengah menurun imbas fenomena El Nino.


Berdasarkan informasi dari Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok Siskaperbapo Jawa Timur, rata-rata harga beras medium hari ini adalah Rp11.539 per kilogram. Harga rata-rata beras medium tertinggi berada di Kabupaten Sumenep dengan nilai Rp13.000, sedangkan beras medium kedua tertinggi berada di Kabupaten Sampang. Harga rata-rata beras medium tertinggi disusul Situbondo, lalu Bondowoso.


Di samping lantaran kondisi cuaca yang kurang mendukung, hal tersebut juga diperparah dengan kian sedikitnya masyarakat yang berkenan terjun ke dunia pertanian. Apalagi mereka yang usianya muda dan produktif dan diharapkan dapat menopang ketersediaan kalangan yang berkutat dengan dunia pertanian juga kian memprihatinkan.


Untuk membuka wawasan dan kepedulian atas masalah ini, pemerintah juga mengangkat duta petani milenial yang akhirnya memilih salah satu artis. Diharapkan, menjadikan publik figur sebagai duta pertanian akan menumbuhkan kesadaran kalangan muda untuk berkiprah di sektor pertanian lantaran memang stoknya kian sedikit.


Saat ini, mayoritas kalangan muda enggan turun ke sawah karena profesi petani dianggap tidak mampu mengangkat   prestise. Berpanas-panas seharian di tengah lahan pertanian maupun perkebunan adalah hal yang tidak terbayangkan akan digandrungi apalagi menjadi pilihan hidup anak muda.


Bagi mereka, bekerja di kantoran dengan suasana ruangan yang sejuk dan penghasilan yang menjanjikan adalah hal yang diidamkan. Orang tua yang memiliki lahan berupa sawah maupun kebun akhirnya harus rela terbengkalai lantaran tak ada tenaga pelapis untuk merawat lahan yang ada.


Dalam kondisi seperti ini, ada baiknya mengenang pesan Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari (1871-1947). Pendiri Nahdlatul Ulama ini memberikan pengajaran agama melalui interaksi pertanian di Pondok Pesantren Tebuireng yang didirikannya pada 1899 Masehi. Bahkan cara pengajaran KH Hasyim Asy’ari tersebut cukup ampuh menarik perhatian masyarakat untuk tidak lagi bekerja di pabrik dan meninggalkan dunia gelap prostitusi yang sengaja didirikan oleh penjajah Belanda di sekitaran pabrik.


Abdul Mun’im DZ dalam Fragmen Sejarah NU (2017) mengungkapkan bahwa KH Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa tentang pentingnya membangun pertanian, agar bangsa Indonesia mandiri, maju, dan sejahtera. Karena itu, KH Hasyim Asy’ari menyebut petani sebagai pahlawan bangsa dengan jasanya menghidupi masyarakat banyak. Bahkan Kiai Hasyim Asy’ari menulis dalam sebuah media di era penjajahan Jepang seperti dikutip laman Pesantren Tebuireng: Pendek kata, bapak tani adalah goedang kekajaan, dan dari padanja itoelah Negeri mengeloearkan belandja bagi sekalian keperloean. Pa’ Tani itoelah penolong Negeri apabila keperloean menghendakinja dan diwaktoe orang pentjari-tjari pertolongan. Pa’ Tani itoe ialah pembantoe Negeri jang boleh dipertjaja oentoek mengerdjakan sekalian keperloean Negeri, jaitoe di waktunja orang berbalik poenggoeng (ta’ soedi menolong) pada negeri; dan Pa’ Tani itoe djoega mendjadi sendi tempat negeri didasarkan. (KH Hasjim Asj’ari, Soeara Moeslimin Indonesia, No. 2 Tahun ke-2, 19 Muharom 1363/15 Januari 1944)


Di akhir tulisan, Kiai M Hasyim Asy’ari mengutip dari kitab akhlak Adabud Dunya wad Din, karya Syekh Imam al-Mawardi, bahwa dunia akan tertib jika enam hal terpenuhi. Pertama, agama yang ditaati. Kedua, pemerintah yang berpengaruh. Ketiga, keadilan yang merata. Keempat, ketenteraman yang meluas. Kelima, kesuburan tanah yang kekal. Keenam, cita-cita yang luhur.


Swasembada beras dan hasil pertanian maupun perkebunan lainnya di Tanah Air seharusnya dapat dipasok sendiri. Ketersediaan lahan dan banyaknya tenaga terampil, terutama anak muda yang menguasai aneka teknologi pertanian dan perkebunan terbaru harusnya menjadi kabar baik. Bahwa ketersediaan bahan pokok dan sejenisnya sejatinya tidak harus dikhawatirkan.


Ketergantungan pangan kepada negara lain adalah sangat berisiko. Kalau hal ini yang terjadi, maka akan menjadi ancaman besar bagi ketersediaan pangan dalam negeri yang ujungnya juga dapat mengundang ketidakstabilan. Produksi padi yang tengah menurun imbas fenomena El Nino dan sejenisnya seharusnya dapat diantisipasi sejak dini. Dan hal tersebut dapat ditanggulangi antara lain dengan mengoptimalkan generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian. Toh, hingga kini cukup banyak kalangan milenial yang akhirnya menjadikan petani sebagai profesi yang menjanjikan.


Risalah Redaksi Terbaru