• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Keislaman

Zakat Pertanian Setelah Dipotong Biaya

Zakat Pertanian Setelah Dipotong Biaya
Alur zakat harus dipahami agar ketika bertani, berdagang dapat mengetahui berapa wajib zakatnya. (Foto:NOJ/pwnujatim)
Alur zakat harus dipahami agar ketika bertani, berdagang dapat mengetahui berapa wajib zakatnya. (Foto:NOJ/pwnujatim)

Oleh: Khoiril Anam*


Menjadi petani memang tidaklah mudah, saat air sudah tidak menjadi soal giliran musim panen harga padi anjlok. Padahal modal yang dikeluarkan tidaklah sedikit, mulai pembelian benih, pembelian bibit saat dibutuhkan untuk mengganti bibit yang rusak setelah ditanam disebabkan hama keong, harga pupuk yang mahal. Serta tuntutan syariat Islam bagi para petani dikarenakan tanaman padi termasuk makanan wajib zakat ketika mencapai satu nishob (nishob padi 10 wasaq kurang lebih 1650 kg).


Sebagai contoh Pak Supeno, beliau merupakan petani tulen yang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari menjadi buruh serabutan dan menggarap sawah yang ia miliki. Pada waktu musim panen penghujan hasil panen serta biaya yang dikeluarkan sebagai berikut: Hasil panen sebanyak 2100 kg. Biaya yang dikeluarkan mulai biaya bajak sawah, beli pupuk, racun hama sebanyak Rp 1.600.000,00. Saat panen masih dipotong upah bawon 1/7 dari hasil panen sebagai upah buruh potong. 


Bagaimana cara zakat pak Supeno, berpengaruhkah dalam zakat yang wajib dikeluarkan baginya? 


Zakat setelah dipotong untuk kebutuhan


Dalam kitab Tuhfatul Muhtaj, Ahmad ibn Muhammad ibn ‘ali ibn Hajar al-Haitami menjelaskan 


فَإِذَا زَادَتْ الْمَشَقَّةُ فِي الْتِزَامِهِ هُنَا فَلَا عَتْبَ عَلَى الْمُتَخَلِّصِ بِتَقْلِيدِ مَذْهَبٍ آخَرَ كَمَذْهَبِ أَحْمَدَ فَإِنَّهُ يُجِيزُ التَّصَرُّفَ قَبْلَ الْخَرْصِ وَالتَّضْمِينِ، وَأَنْ يَأْكُلَ هُوَ وَعِيَالُهُ عَلَى الْعَادَةِ، وَلَا يُحْسَبُ عَلَيْهِ، وَكَذَا مَا يُهْدِيهِ مِنْ هَذَا فِي أَوَانِهِ


Artinya: Jika berat mengikuti aturan zakat dalam Madzhab Imam Syafi’i yang tidak memperbolehkan membelanjakan harta wajib zakat sebelum dikeluarkan zakatnya, maka tidak ada larangan dalam syariat mengikuti pendapat Madzhab Imam Ahmad yang memperbolehkan bagi orang yang ingin membersihkan hartanya untuk membelanjakan harta sebelum dihitung berapa zakatnya. Ia boleh mengambil untuk kebutuhannya sesuai kebiasaan. (Tuhfatul Muhtaj [Baerut Lebanon, DKI] juz 4 hal 293-294)


قَوْلُهُ: فَإِنَّهُ يُجِيزُ التَّصَرُّفَ إلَخْ) وَالْمُصَرَّحُ بِهِ فِي كُتُبِ الْحَنَابِلَةِ أَنَّ شَرْطَهُ أَنْ لَا يُجَاوِزَ الرُّبُعَ أَوْ الثُّلُثَ (قَوْلُهُ: وَكَذَا مَا يُهْدِيهِ إلَخْ) الَّذِي رَأَيْته فِي كُتُبِ الْحَنَابِلَةِ أَنَّهُ لَا يَجُوزُ لَهُ أَنْ يُهْدِيَ شَيْئًا مِنْهُ فَتَنَبَّهْ لَهُ كُرْدِيٌّ عَلَى بَافَضْلٍ أَقُولُ يُحْتَمَلُ أَنَّ جَوَازَ الْإِهْدَاءِ فِيهِ خِلَافٌ عِنْدَ الْحَنَابِلَةِ وَاطَّلَعَ الشَّارِحِ عَلَى مَا لَمْ يَطَّلِعْ عَلَيْهِ الْمُحَشِّي الْكُرْدِيُّ مِنْ تَرْجِيحِ جَوَازِ الْإِهْدَاءِ عِنْدَهُ


Artinya: Sesungguhnya pendapat Imam Ahmad dalam kitab-kitab Madzhab Hambali memperbolehkan membelanjakan harta zakat sebelum dihitung zakatnya dengan syarat harta yang digunakan tersebut tidak melebihi ¼ atau 1/3.(Hasyiah as-Syirwani ‘ala Tuhfatul Muhtaj [Baerut Lebanon,DKi]  juz 4 hal 293-294)


ثم يأخذ) الساعي (زكاة الباقي سواء بالقسط) فلو كان ثمره كله خمسة: أوسق، ولم يأكل شيئًا، كمل النصاب بالربع الذي كان له أنْ يأكله، وأخذت منه زكاة ما سواه، وهو ثلاثة أوسق، وثلاثة أرباع وسق


Artinya: Kemudian petugas zakat mengambil zakat dari harta yang disisihkan secara adil, maka ketika semua harta 5 wasaq dan pemilik belum mengambil ¼  dari harta yang genap 1 nishob untuk kebutuhannya. Maka zakat diambil dari harta selain ¼ tersebut yaitu 3 ¾  wasaq (Syekh Manshur ibn Yunus al-Bahuti al- Hambali Kasyaful Qona’ ‘an Matnil Iqna’ [Bairut Lebanon, Dki] juz 2 hal 250)


Cara mengeluarkan zakat


Bagi Pak Supeno tentang zakat yang ia keluarkan tetap 1/10 dari hasil panennya jika sawah tadah hujan, dan 1/20 jika irigasi berbayar. Dan menurut pendapat Imam Haromain dan Imam al-Ghozali jika bagi pak Supeno merasa keberatan mengikuti pendapat Madzhab Syafi’i yang mewajibkan zakat dari hasil brutto, ia boleh mengikuti pendapat Madzhab Hambali yang memperbolehkan zakat dikeluarkan dari hasil netto setelah dipotong biaya perawatan, dengan syarat biaya yang dikeluarkan tersebut tidak melebihi 1/3 atau ¼ . 


Jadi cara zakat Pak Supeno sebagai berikut:

Hasil panen 2100 kg. 

1/3 untuk biaya modal dan perawatan : 1/3 x 2100 kg = 700 kg

Biaya yang dikeluarkan: Upah bawon 1/7 dari 2100 = 300 kg, perawatan = Rp 1.600.000,00

Jika harga saat panen Rp 3.700,00. Maka nilai gabah jika diuangkan Rp 3.700,00 x 2100 kg = Rp 7.770.000,00.


Dengan demikian, zakat hasil pertanian Pak Supeno adalah:

(Hasil panen – 1/3 hasil panen) x 1/10 (tadah hujan) 

(2100kg-700kg)x 1/10= 140 kg 

 

*Pengurus UPZ Wilayah Kecamatan Purwodadi


Keislaman Terbaru