• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Risalah Redaksi

Berharap dari Hajatan Munas Alim Ulama dan Konbes NU 2023

Berharap dari Hajatan Munas Alim Ulama dan Konbes NU 2023
Penyambutan Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta. (Foto: NOJ/NU Network)
Penyambutan Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta. (Foto: NOJ/NU Network)

Presiden RI, H Joko Widodo kalau sesuai jadwal akan membuka hajatan Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama 2023, Senin (18/09/2023) pagi. Pembukaan kegiatan akan dipusatkan di Pesantren Al-Hamid, Cilangkap, Jakarta Timur. Setelah itu, agenda sidang komisi dilanjut di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta. Permusyawaratan di bawah Muktamar NU tersebut akan berlangsung hingga Rabu (20/09/2023).


Seberapa penting momentum ini? Ketua Panitia Pengarah (Steering Committee/SC) Munas Konbes NU 2023 KH Abdul Ghofur Maimoen mengemukakan bahwa keputusan NU melalui forum ini sangat ditunggu masyarakat, terutama warga NU. Di antaranya soal isu al-i'anah al-ma'shiyyah atau membantu kemaksiatan dan relasi ulama-umara di komisi bahtsul masail maudlu'iyah.


Demikian pula beragam isu yang akan dibahas di dalam forum permusyawaratan itu agak sensitif, sehingga diperlukan kehati-hatian dalam menjawabnya. Karenanya, kepada para ketua dan anggota setiap komisi di Munas-Konbes NU 2023, Gus Ghofur berpesan agar dalam memutuskan hukum dipikirkan dengan sungguh-sungguh terlebih dulu. Salah satu persoalan yang bakal dibahas, yakni pemaksimalan tata kelola dan manfaat dam haji. Hal tersebut sangat ditunggu masyarakat karena beberapa Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) memiliki Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH). Belum lagi masalah yang tengah ramai dibicarakan yakni konflik di Rempang dan sejenisnya.


Rais Syuriyah PBNU itu juga menyoroti berbagai isu yang akan dibahas di komisi bahtsul masail qanuniyah. Berbagai isu di komisi ini cukup sensitif, sehingga perlu ekstra waspada dalam menjawab aneka masalah yang telah ada. Dari mulai kebijakan lima hari sekolah, isu (turunan) UU Pesantren dan lain-lain. Dengan demikian, betapa hasil dari permusyawarahan tersebut demikian penting bagi banyak kalangan. Belum lagi masalah perampasan aset para koruptor, penggunaan teknologi terbaru dan lain-lain.


Memang tidak semua warga Nahdlatul Ulama atau Nahdliyin dapat hadir dan mengikuti aneka sidang yang digelar selama Munas Alim Ulama dan Konbes NU tersebut. Hanya mereka yang memiliki undangan dan dianggap mumpuni membahas beragam persoalan keumatan dan kebangsaan tersebut yang akan berkiprah. Tentu saja, kalangan lain hanya bisa memasrahkan kepada para peserta untuk membahas dan memberikan solusi atas sejumlah masalah yang akan menjadi bahasan.


Namun demikian, tentunya banyak kalangan berharap agar Munas Alim Ulama dan Konbes NU 2023 memberikan kesejukan kepada Nahdliyin, terlebih dalam menghadapi tahun politik. Hal tersebut sebagaimana juga disampaikan sejumlah peserta dari luar Jawa yang melakukan registrasi di Asrama Haji sejak Ahad (17/09/2023). Karena kalau NU menyampaikan pesan damai dan sejuk, maka dapat dipastikan kondisi negeri ini akan juga demikian adanya. 


Beragam masalah umat memang harus segera ditemukan jawaban konkritnya. Utamanya yang hingga saat ini belum juga menemukan jawaban yang menggembirakan terkait problem kekeringan, kondisi layanan kesehatan, pendidikan Nahdliyin, keterpurukan ekonomi dan seterusnya. Dapat dipastikan, warga yang bermasalah dalam sejumlah layanan tersebut adalah Nahdliyin yang tersebar di berbagai kawasan di Tanah Air.


Mereka sebenarnya telah melakukan banyak hal untuk dapat merasakan hidup lebih layak, mengenyam pendidikan layak dan tinggi, layanan kesehatan yang terjangkau dan seterusnya. Namun kondisi di lapangan, kadang mereka harus berhadapan dengan sejumlah aturan dan birokrasi yang itu demikian susah untuk ditembus. Ada saja layanan dasar warga yang akhirnya harus diperjuangkan dengan beragam cara, termasuk memanfaatkan media sosial.


Sejatinya, menyediakan aneka kebutuhan di atas adalah tugas negara yang dalam hal ini telah didistribusikan kepada kepala daerah hingga level paling bawah di desa. Dengan ketersediaan sumber daya manusia dan pendanaan yang memadai, seharusnya masalah-masalah dasar umat tersebut dapat ditangani oleh negara dengan perangkatnya. Namun apakah hal tersebut dapat terjadi? Nyatanya masih jauh panggang dari api.


Apa yang dilakukan NU di sejumlah kawasan selama ini adalah sebagai panggilan jiwa. Banyak kiai, ulama, ustadz, ibu nyai, ning dan gus, serta para santri maupun warga NU kebanyakan harus terjun menjawab problem masyarakat tersebut meski dengan kemampuan terbatas. Yang ada di benak pengurus dan pegiat NU di akar rumput adalah menjadi insan terbaik, yakni dengan berusaha tampil sebagai pelayan umat.


Kalau selama ini para pengurus NU dan Nahdliyin di tingkat bawah telah melakukan khidmat terbaiknya, hal tersebut tidak lepas dari teladan yang ditunjukkan para pengurus NU di tingkatan atas yang sebagiannya sedang mengikuti Munas Alim Ulama dan Konbes NU. Karenanya, aneka keputusan hendaknya dipikirkan dengan baik, bukan semata untuk kepentingan NU, melainkan demi kemaslahatan yang lebih luas yakni bagi bangsa dan negara, bahkan dunia.


Risalah Redaksi Terbaru