Pasuruan, NU Online Jatim
Istilah santri biasanya dinisbatkan kepada mereka yang tengah menimba ilmu agama Islam di sebuah tempat bernama pesantren. Santri juga bisa diartikan sebagai orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pasuruan, KH Imron Mutamakkin menjelaskan tiga makna santri menurut ulama Pasuruan. Hal itu disampaikan pada Acara Semarak Heroik Hari Santri 2023 di Aula PCNU kabupaten setempat, Ahad (22/10/2023).
Pertama, menurut Kiai Hasani Sidogiri, santri merupakan orang yang berpegang teguh kepada syariat, menjalankan sunah Rasulullah dan bisa bergaul dengan baik kepada sesama.
"Santri merupakan orang yang berpegang teguh kepada habluminallah dan habluminannas," ujarnya.
Jadi, tidak hanya alumni pondok dan orang yang mondok yang dianggap santri. Siapapun bisa asalkan mereka berpegang teguh kepada habluminallah dan habluminannas.
Gus Ipong sapaan akrabnya mengatakan, NU adalah pondok besar, sedangkan pondok NU kecil, artinya NU bisa menjadikan orang yang tidak mondok menjadi santri.
"Adanya LP Ma'arif NU yakni memperbaiki hubungan antara kita dengan Allah dan manusia, sehingga ketika keluar bisa menyandang khas kesantrian," terangnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Besuk menerangkan, kedua makna santri menurut Kiai Nawawi, santri adalah orang yang bisa menjaga baik hubungannya dengan Allah dengan baik, sehingga tidak perlu mondok.
"Untuk menjadi santri kita tidak perlu mondok, namun perlu taat kepada Allah," ungkapnya.
Sedangkan terakhir menurut Kiai Abdurahman, santri harus bisa bela diri dan harus berhadapan dengan orang abangan. Karena pandangan orang ketika anak pulang mondok pasti bisa bela diri.