Direktur Lembaga Wakaf Darul Hikam Ulas Pentingnya Ilmu dan Praktik Filantropi
Jumat, 20 Desember 2024 | 14:00 WIB
Risma Savhira
Kontributor
Jember, NU Online Jatim
Meski telah banyak menorehkan prestasi di tahun ini, Lembaga Wakaf Darul Hikam tidak pernah berpuas diri. Termasuk dengan ilmu-ilmu yang diperoleh dari berbagai lembaga filantropi yang besar seperti Dompet Dhuafa Republika dan Yayasan Dana Sosial al-Falah.
Kini, Lembaga Wakaf Darul Hikam mengundang Wakil Direktur Bidang Fundraising, Humas dan IT NU Care-Lembaga Amil Zakat Infak dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Anik Rifqof, pada Kamis, (12/12/2024).
Kegiatan ini diselenggarakan secara online dan dihadiri seluruh Pegawai Lembaga Wakaf Darul Hikam dan juga Lembaga Amil Zakat AZKA Al Baitul Amin, Jember, serta dikemas dalam Diskusi bertajuk ‘Strategi Penghimpunan dan Kemitraan ZISWAF’.
Direktur Lembaga Wakaf Darul Hikam, Prof. Dr. HM. Noor Harisudin, S.Ag, SH, M.Fil.I, CLA, CWC mengatakan, pentingnya terus update ilmu dan praktik filantropi. Sebagai lembaga wakaf harus berkembang.
“Perolehan kita sudah banyak. Namun, kita masih belum apa-apa dibanding mereka yang telah lebih dulu berkonstribusi untuk Indonesia. Seperti LAZISNU PBNU,” ujarnya.
Sementara Wakil Direktur LAZISNU PBNU, Anik Rifqoh mengapresiasi lembaga filantropi seperti Darul Hikam dengan berbagai program inovatifnya. Menurutnya, ini program keren dan inovatif juga belum dilakukan oleh banyak lembaga filantropi.
“Saya kira tinggal bagaimana mengembangkan ke depan,” terangnya.
Anik Rifqoh menyampaikan data-data menarik. Misalnya di era digital, anak-anak muda lebih senang berwakaf. Berdasarkan data Forum Wakaf Produktif, jumlah orang yang wakaf adalah 48 persen orang berusia 24 sampai 35 tahun, 35 persen umur 35-55 tahun, dan 11 persen berusia 55 tahun.
“Indonesia hingga saat ini adalah negara paling dermawan di dunia. Jika melihat data Forum Wakaf Produktif, maka sesungguhnya masih banyak peluang besar untuk pengembangan wakaf ke depan”, ungkapnya.
Ia melanjutkan, baik wakaf maupun zakat dalam manajemen sesungguhnya tidak jauh beda. Kini untuk memperkuat zakat maupun wakaf, ada nadzir dan amil zakat yang harus tersertifikasi oleh BNSP. “Makanya, lembaga wakaf harus punya ini sehingga menambah trust pada lembaga filantropi kita”, tukas Wakil Direktur Bidang Fundraising, Humas dan IT NU Care-LAZISNU PBNU.
Dalam hal fundrising, pihaknya menekankan pentingnya inovasi program lembaga. Selain itu, harus dibangun trust dengan banyak hal. Misalnya, legalitas lembaga dengan telah mendapat SK dari Badan Wakaf Indonesia dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).
“Selain itu, tentu program dijalankan dengan amanah, transparan dan profesional, menjadikan lembaga kita akan selalu dilihat oleh masyarakat luas dan tentunya berdampak pada masyarakat luar,” jelasnya.
Di akhir, ia memberi masukan agar dibedakan manajemen dan website wakaf dengan zakat. “Ke depan, saya kira harus dibedakan antara zakat dan wakaf. Insya Allah akan berkembang dengan pesat Lembaga Wakaf Darul Hikam,” pungkasnya.
Terpopuler
1
Innalillahi, KH Ahmad Faruq Pengasuh Pesantren Nurul Hidayah Bangkalan Wafat
2
Khutbah Jumat: Safar bukan Bulan Sial, Berkah bagi yang Taat
3
Musaffa Safril Harap Sidoarjo Jadi Navigator Ansor Masa Depan Jatim
4
PD-PKPNU Trenggalek Lahirkan Kemandirian Jam'iyah lewat Masjid-Mushala
5
Gelar PMKNU, Ketua PWNU Jatim Ulas Pentingnya Kebijaksanaan di Era Digital
6
PCNU Trenggalek Bakal Berangkatkan 49 Jamaah Umroh Agustus Mendatang
Terkini
Lihat Semua