• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Tapal Kuda

Mengenal Ma’had Nurul Hasyimi, Pesantren Gratis bagi Santri Kurang Mampu

Mengenal Ma’had Nurul Hasyimi, Pesantren Gratis bagi Santri Kurang Mampu
Kiai Fauzi bersama putra, menantu, dan keponakannya bahu-membahu mengembangkan pesantren. (Foto: NOJ/Siti Nurhaliza)
Kiai Fauzi bersama putra, menantu, dan keponakannya bahu-membahu mengembangkan pesantren. (Foto: NOJ/Siti Nurhaliza)

Probolinggo, NU Online Jatim 

Ma’had Nurul Hasyimi merupakan pondok pesantren yang tumbuh dan berkembang di Desa Sumberan, Kecamatan Besuk, Kabupaten Probolinggo. Didirikan dan diasuh langsung oleh KH Hasan Fauzi Hasyim.


Yang bersangkutan adalah putra kedua dari mendiang KH Hasyim Mino dan Nyai Maimunah, pendiri dan pengasuh pertama Pondok Pesantren Nurul Qodim, Desa Kalikajar Kulon, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo. Nurul Qodim merupakan pesantren salaf yang kini dikenal dengan majelis shalawat terbesar di Jawa Timur, yaitu Syubbanul Muslimin.


Sepeninggal Kiai Mino, Kiai Fauzi atau yang lebih populer di kalangan masyarakat dengan sebutan Baginda, lebih memilih untuk tinggal di Desa Sumberan, dibandingkan melanjutkan pesantren peninggalan abahnya.


Masyhur dengan Sebutan Baginda

Namun, karena kealiman dan karamahnya, Baginda yang saat itu berada di tengah-tengah masyarakat, pelan-pelan juga mulai digandrungi santri. Seiring waktu, nama Baginda kian dikenal khalayak. Saban hari rumahnya tidak pernah sepi dari tamu. Mereka datang dengan berbagai macam niat, mulai dari ingin meminta doa selamat, keberkahan hasil panen, hingga hal-hal “remeh” seperti menjadi tempat curhat masyarakat dan santri-santrinya.


Sebutan Baginda yang dinisbatkan kepada Kiai Fauzi, konon sebagai bentuk penghormatan kepadanya lantaran memiliki kekeramatan. Banyak dari masyarakat, terutama pemuda-pemuda desa berguru ilmu kanuragan kepada Kiai Fauzi. Hal itu tidak lepas dari kerasnya tirakat yang dijalaninya. Kepada santrinya, Kiai Fauzi selalu berpesan agar senantiasa shalat berjamaah, tahajjud, duha dan berdzikir di sepertiga malam.


"Mon tak kellar keng tak terro, bismillah je kajeh (Kalau tidak kuat berarti tidak ingin, bismillah tahan)," ucapan Kiai Fauzi yang selalu dilontarkan kepada santrinya, agar mau dan mampu tirakat secara istikamah.

 

Cikal Bakal Berdirinya Pesantren

Kiai Fauzi juga dikenal tegas namun juga humoris. Karena sifatnya itu, menjadi daya pikat tersendiri di kalangan masyarakat terutama bagi anak-anak muda. Jauh sebelum adanya pesantren, anak-anak muda bahkan lebih suka tinggal di kamar khusus yang dibuat di belakang rumahnya, tenimbang tinggal di rumah sendiri. Sebagian dari mereka ada yang tidak pulang berbulan-bulan. Ada pula yang bertahun-tahun, menemani Baginda dari pagi hingga malam. Dalam istilah pesantren disebut ngaddam atau menjadi khadam (pembantu), untuk mendapat barakah dan ilmu di sela-sela menemani sang kiai. Padahal kala itu, Kiai Fauzi belum memiliki pesantren.


Kiai Fauzi lebih mendahulukan pendirian sekolah formal. Saat ini ada empat lembaga yang berhasil didirikan. Yaitu, KB Al-Hasyimi, TK Al-Hasyimi (akreditasi B), MI Mambaul Ulum Al-Hasyimi (akreditasi B) dan SMP Islam Al-Hasyimi (akreditasi B). Semuanya berada di dalam Yayasan Maumbaul Ulum Al-Hasyimi. Barulah, pada tahun 2021, tepatnya pada bulan November, Ma’had Nurul Hasyimi diresmikan. Tidak butuh waktu lama, dalam kurun waktu setengah tahun, kurang lebih seratus santri thalabul ‘ilmi di pesantren ini.

 

Fasilitas Gratis

Pesantren yang belum berumur dua tahun ini berkembang sangat pesat. Pemuda-pemuda desa yang dulunya sekadar ngaddam, kini membantu pesantren menjadi pengurus hingga tenaga pengajar. Asrama santri mulai dibangun. Fasilitas-fasilitas perlahan mulai dilengkapi, seperti kamar mandi, pagar pesantren putra dan putri, kantor pesantren, tiga lokal asrama santri putra dan dua lokal asrama santri putri, kamera CCTV, hingga aula pesantren. Sebagaimana pesantren berbasis Nahdlatul Ulama lainnya, asrama santri putri dan putra juga dipisah.


Menariknya, untuk santri yang kurang mampu, semua biaya di pesantren ini digratiskan. Makan, pesantren, bahkan pendidikan formal pun gratis. Semuanya ditanggung oleh Kiai Fauzi. Tentu sebagai bentuk pengabdian kepada agama.


Ketegasan Kiai Fauzi juga terpatri di pesantrennya. Di Ma'had Nurul Hasyimi, semua santri tanpa terkecuali harus belajar menghafal Al-Qur'an dan bahasa Arab. Bagi santri yang belum lancar membaca dan menulis, akan digodok terlebih dahulu baru diarahkan untuk mengahfal Al-Qur'an. Pelajaran-pelajaran seperti fiqih, tauhid, nahwu, sharraf dan akhlaq juga dipelajari di pesantren ini, sebagai pelajaran pendukung.


Editor:

Tapal Kuda Terbaru