Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network

Metropolis

Gus Ali Masyhuri Ulas Urgensi Sanad dalam Tradisi Keilmuan

KH Agoes Ali Masyhuri, Pengasuh Pondok Pesantren Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo. (Foto: NOJ/ Boy Ardiansyah)

Sidoarjo, NU Online Jatim

Pengasuh Pondok Pesantren Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo KH Agoes Ali Masyhuri menyampaikan pentingya sanad keilmuan dalam tradisi keilmuan Islam. Disebutkan, bahwa KH Muhammad Kholil bin Abdul Lathif Bangkalan dan KH Sholeh Darat adalah dua ulama besar yang mewariskan sanad keilmuan ulama di Indonesia.


Penegasan tersebut disampaikan Gus Ali, demikian ia karib disapa, saat Haul Pondok Pesantren Progresif Bumi Shalawat yang terpusat di komplek pesantren putra, Senin (28/03/2022) malam.


“Termasuk kiai-kiai besar di Sidoarjo. Kiai Abbas dan Kiai Ya'qub Buduran itu sanadnya dari Mbah Kholil Bangkalan. Termasuk juga pendiri NU KH M Hasyim Asy’ari,” ujar wakil Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim itu.


Menurut Gus Ali, syarat yang menyebabkan kemanfaatan dan keberkahan ilmu adalah yang diambil dari seorang guru yang memiliki sanad yang jelas bersambung sampai Rasulullah SAW. Hal ini yang menurut Gus Ali perlu dijelaskan rinci di tengah-tengah masyarakat.


“Pondok Pesantren Lirboyo itu santrinya saat ini tiga puluh ribu lebih. Tetapi jangan dilihat sekarang, lihatlah prosesnya,” ungkapnya.


Gus Ali menceritakan, bahwa KH Abdul Karim atau sering disapa Mbah Manab pendiri Pondok Pesantren Lirboyo saat itu adalah santri yang miskin. Saat mondok di Bangkalan, Mbah Manab menjadi buruh tani untuk menyambung hidup.


Pada suatu ketika upah sebagai buruh tani yang berupa beras yang diperoleh Mbah Manab diminta oleh Mbah Kholil gurunya, untuk membagikan kepada fakir miskin. Tanpa berpikir panjang, Mbah Manab pun menyerahkan beras tersebut sebagai bentuk kepatuhan kepada guru.


“Mbah Manab pun membagikan beras yang ia punya kepada fakir miskin seperti perintah Mbah Kholil. Ini yang menjadikan ilmunya Mbah Manab berkah, sehingga saat ini Lirboyo menjadi pesantren besar,” terangnya.


Gus Ali kemudian memberikan contoh pesantren yang memiliki bangunan besar dan lahan luas dan mendapat sokongan dana dari timur tengah yang tidak terbatas. Akan tetapi, hingga saat ini pesantren itu santrinya tidak sampai 50 meskipun dilakukan promosinya besar-besaran.


“Kenapa bisa demikian? Karena gurunya tidak punya sanad yang jelas dan otomatis pesantrennya tidak berkembang,” tandasnya. 


Diketahui, hadir dalam kesempatan tersebut Habib Achmad Edrus al Habsy, H Syaikhul Islam DPR RI, Fandi Akhmad Yani Bupati Gresik, dan Ketua PCNU Sidoarjo KH Zainal Abidin. Selain itu, Azmi Askandar atau Gus Azmi vokalis Syubbanul Muslimin turut hadir memeriahkan acara.

Boy Ardiansyah
Editor: A Habiburrahman

Artikel Terkait