Pantura

Mely, Kader IPPNU Lamongan yang Mahir Membatik

Sabtu, 2 Oktober 2021 | 22:00 WIB

Mely, Kader IPPNU Lamongan yang Mahir Membatik

Mely menunjukkan batik tulis hasil karyanya. (Foto: NOJ/ M Idris Muzakki)

Lamongan, NU Online Jatim

Fomelia Ayu Firdausia panggilan akrabnya Mely, perempuan dari Desa Sendang, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan sejak kecil sudah mulai belajar membatik sampai sekarang. Kini, kader Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) ini mulai merintis usaha batik tulis meski masih berusia 22 tahun.

 

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Selain kreatif membatik, ia juga aktif di organisasi. Siswi lulusan Madrasah Aliyah Tarbiyatul Huda Sendang Duwur ini aktif di Pimpinan Ranting IPPNU desanya.

 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

Mely yang merupakan anak keempat dari Mohammad Sukirno dan Siti Sulaini menceritakan, sejak kelas enam Madrasah Ibtidaiyah (MI) awalnya ikut nimbrung tetangganya membuat batik tulis. Lalu dirinya mulai belajar membatik bersama tetangganya. “Dan sekarang mulai terkumpul modal buat buka tempat produksi dan penjualan sendiri,  do'akan saja," kata mely kepada NU Online Jatim, Sabtu (02/10/2021).

 

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Ia melanjutkan, dalam menekuni untuk bisa membatik tulis sebenarnya gampang-gampang sulit. Menurutnya, perlu ketelitian dan kesabaran untuk mencapai karya yang sempurna.

 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

Tahun ini, Mely merencanakan pelatihan membatik untuk kalangan IPNU-IPPNU di Lamongan. “Karena kita sebagai pelajar NU harus bangga dan mencintai produk lokal karya anak bangsa," ungkapnya.

 

Pemilik produksi batik tulis, Mulifah mengatakan, batik tulis di Desa Sendang ini memang sudah dikenal di khalayak khususnya warga Lamongan sebagai warisan leluhur. Salah satu desa yang sebagian masyarakatnya masih berusaha untuk melestarikan, meningkatkan, serta mengembangkan batik tulis.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Keterampilan membatik kebanyakan didapatkan secara turun-temurun, serta mendapat bimbingan dari Dinas Perindustrian Kabupaten Lamongan.

 

Proses membuat batik tulis diawali dengan mencuci (mengetel kain), kemudian membuat desain. Setelah itu membuat pola pada kertas minyak dilanjutkan memindah pola pada kain.

 

Selanjutnya proses pencantingan, pelorotan, pembilasan dengan air bersih, sehingga malamnya habis, dan kemudian dijemur ditempat yang teduh. “Untuk penjualan di pasar, harga sesuai kualitas. Mulai hanya ratusan sampai jutaan," katanya.

 

 

Ia berharap adanya peringatan Hari Batik Nasional di setiap tahunya dapat menjadikan masyarakat Indonesia bangga memakai batik. “Dan dapat menjadikan tumbuh dan  berkembangnya ekonomi masyarakat khususnya di Kabupaten Lamongan," pungkasnya.

 

Penulis: M Idris Muzakki

ADVERTISEMENT BY ANYMIND