• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Jujugan

Masjid Perahu di Pesisir Gresik, Bisa Tampung Ratusan Jamaah

Masjid Perahu di Pesisir Gresik, Bisa Tampung Ratusan Jamaah
Masjid Perahu di Dusun Mulyosari, Desa Banyuurip, Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik. Foto: detik.com
Masjid Perahu di Dusun Mulyosari, Desa Banyuurip, Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik. Foto: detik.com

Gresik, NU Online Jatim
Di kampung pesisir utara, tepatnya di Dusun Mulyosari, Desa Banyuurip, Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik terdapat sebuah masjid yang unik. Bagaimana tidak, masjid ini berbentuk perahu yang biasanya digunakan sebagai transportasi laut.
 

Lokasi masjid tersebut lumayan jauh dari Kota Gresik. Yakni 40 kilometer, dengan waktu tempuh 1 jam 15 menit, jika tidak macet.
 

Bangunan masjid tampak berbeda dengan yang lainnya. Jamaknya, masjid ada kubah dan menara. Tapi, tidak demikian dengan masjid di Desa Banyuurip tersebut. Bentuknya menyerupai perahu atau kapal laut.
 

Bagian haluan depan melancip. Ornamen jendela di sisi kanan dan kiri berbentuk lingkaran. Tak ubahnya seperti biasa dilihat di perahu atau kapal-kapal nelayan.
 

Nama masjid itu tertulis jelas dari luar berbahasa Arab: Masjid Jami Abdul Hamid Al Faqih. Berlantai dua. Berdiri di atas lahan seluas 58x38 meter persegi. Bangunan masjid itu memang tidak seberapa luas. Hanya 27x13 meter persegi. Namun, kabarnya cukup untuk menampung jamaah sekitar 250 orang.
 

‘’Lahannya wakaf dari salah seorang warga sini,’’ kata Kepala Desa Banyuurip, Ihsanul Haris.
 

Pemilihan bentuk masjid sebagai simbolik wilayah pesisir. Banyak warga sekitar yang bekerja sebagai nelayan. Selama ini, kerap menjadi jujukan wisatawan.
 

Masjid perahu memang sudah menjadi ikon di Kecamatan Ujungpangkah. Selain itu ada pula wisata Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Hutan Mangrove yang eksotik dengan kekayaan aneka burung migrannya.
 

Masjid Abdul Hamid Al Faqih itu dibangun sebelum Pandemi Covid-19. Tepatnya pada tahun 2018 lalu. Hanya dalam waktu delapan bulan, masjid sudah berdiri megah. Kalaupun ada yang kurang, mungkin tinggal melengkapinya dengan taman-taman cantik dan warna-warni lampu. Dengan demikian, panorama makin terlihat estetik.
 

Pemilihan nama masjid
Abdul Hamid Al Faqih menjadi nama masjid perahu. Ya, Abdul Hamid adalah putra kedua ulama besar pada zamannya. Yakni KH Moch Faqih Maskumambang dari istri pertama Nyai Nur Khadijah putri dari KH Mochamad Akhyat, pengasuh Pesantren Kebundalem, dekat wilayah Pegirian, Ampel, Surabaya.
 

KH Faqih Maskumambang yang lahir pada 1857 M merupakan salah seorang tokoh yang turut berperan dalam pendirian Nahdlatul Ulama (NU). Saat itu, KH Faqih juga menjadi pengasuh Pesantren Maskumambang, di wilayah Kecamatan Dukun.
 

Sejumlah literatur menyebut, saat kelahiran NU pada 1926, Hadratussyaikh KH Hasyim Asyari menjabat sebagai Rais Akbar (posisi tertinggi), sedangkan KH Faqih Maskumambang sebagai wakil rais akbar atau orang kedua.
 

Dua tokoh di antara nama-nama ulama masyhur di Pulau Jawa yang melahirkan banyak santri, yang kelak santri itu juga menjadi ulama besar dengan pesantrennya yang tersebar di segenap penjuru tanah air.
 

Sementara itu, semasa hidup, KH Abdul Hamid juga memiliki andil besar dalam sejarah kelahiran NU bersama orang tuanya. Bahkan, sebelum nama Nahdlatul Ulama disepakati, KH Abdul Hamid disebut mengusulkan nama lain: Nuhudlul Ulama.
 

KH Abdul Hamid juga tokoh pendiri NU di Gresik, tidak lama setelah NU pusat berdiri di Surabaya pada 1926 itu. Dalam perjalanannya, penerus estafet Pesantren Maskumambang memang bukan ke KH Abdul Hamid. Namun, KH Ammar Faqih, putra keempat KH Faqih atau adik kandung KH Abdul Hamid. Sepeninggalnya, pesantren lantas diasuh KH Najikh Ahjad, anak menantu dari KH Ammar.
 

Adapun penyandang dana utama dalam pembangunan masjid perahu adalah H Muhammad Sakhr, salah seorang putra dari KH Abdul Hamid Faqih. ‘’Kabarnya, beliau (H Muhammad Sakhr, Red) adalah seorang pengusaha muslim yang tinggal di Jakarta,’’ kata Ihsan.
 

Menurut Ihsan, masjid perahu dibangun di Desa Banyuurip lantaran atas usul dari salah seorang tokoh masyarakat yang dekat dengan H Muhammad Sakhr. Perahu itu sekaligus sebagai simbolisasi perjuangan KH Abdul Hamid ketika berdakwah di daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo.
 

“Tempat tinggal KH Abdul Hamid dan keluarga itu kan berada di Kecamatan Dukun yang dekat Bengawan Solo. Dulu, belum masih ada jembatan, maka perahu itu menjadi sarana transportasi beliau,’’ tambah Ihsan.


Editor:

Jujugan Terbaru