Kediri, NU Online Jatim
Pengasuh Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Kediri, KH Nurul Huda Djazuli, menegaskan pentingnya menjaga tradisi Ta'lim wa Ta'allum. Ia menceritakan sosok ayahnya pada awal mendirikan pondok pesantren. Ayahnya, KH Djazuli Utsman, dikenal sebagai sosok yang sangat dihormati dan menjadi teladan dalam dunia pesantren.
“Banyak orang yang merasakan berkah dari pengajaran dan perjuangan dalam menjaga tradisi Ta’lim wa Ta’allum,” ujarnya dalam peringatan Hari Lahir (Harlah) 1 Abad Pondok Pesantren Al Falah Ploso Kediri, Rabu (01/01/2025).
Ia menyebutkan, KH Djazuli Utsman yang dikenal dengan kegigihan dan dedikasinya dalam menyebarkan ilmu agama, baik ketika mondok hingga mengajar maupun dalam mengasuh santri di pondok pesantren. Ia memiliki santri-santri yang sangat setia, termasuk anak-anak dan cucu-cucunya yang terus melanjutkan perjuangannya dalam dunia pesantren hingga saat ini.
“Saya sangat terinspirasi dengan ketekunan dalam ngaji (belajar) dan mulang (mengajar) seperti KH Djazuli Utsman. Saya sebagai putra merasa tidak bisa seperti itu,” katanya.
Diceritakan, KH Djazuli Utsman selalu meyakini dan memegang teguh sanad thoriqoh ta’lim (belajar) wa ta'allum (mengajarkan) yang merupakan inti dari pendidikan di pondok pesantren.
“Sanad ini bukan hanya sekadar rantai ilmu yang diterima, tetapi juga menjadi jalan spiritual yang menghubungkan santri dengan para ulama terdahulu yang telah menuntun umat menuju pemahaman yang lebih dalam tentang agama,” ungkapnya.
Dalam pandangannya, ilmu agama bukan hanya untuk dipelajari, tetapi juga untuk disebarkan kepada orang lain, menjadi bekal bagi generasi berikutnya. Oleh karena itu, pondok pesantren yang didirikan dan dibina oleh beliau hingga saat ini menjadi tempat yang mengutamakan proses ini, dengan tujuan melahirkan ulama-ulama yang cerdas dan berakhlak mulia.
"Di Pondok Al Falah Ploso ini diajarkan untuk tidak hanya mencari ilmu, tetapi juga untuk mengajarkannya. Inilah yang diajarkan Kiai Djazuli Utsman bahwa ilmu harus terus mengalir, dan para santri harus menjadi penghubung antara guru dan generasi berikutnya," tuturnya.
Di Pesantren Al Falah Ploso hingga kini masih mempertahankan prinsip Ta’lim wa Ta’allum dalam setiap aktivitas pengajaran. Para santri tidak hanya menghafal kitab-kitab kuning, tetapi juga dilatih untuk mengajarkan ilmu yang mereka peroleh kepada sesama, menciptakan suasana belajar yang saling menguatkan.
KH Djazuli Utsman selalu menekankan bahwa ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan dan disebarkan. Melalui pengajaran yang terus berjalan di pondok pesantren, beliau meyakini bahwa sanad thoriqoh ini akan terus mengalir, menghasilkan ulama dan pemimpin yang siap mengabdi untuk agama dan umat.
Menurutnya, tradisi Ta’lim wa Ta’allum yang ditanamkan oleh KH Djazuli Utsman di pondok pesantren harus tetap dilestarikan. Hal ini untuk menjaga ilmu yang diajarkan di pondok pesantren Al Falah Ploso memiliki ikatan yang kuat dengan para ulama terdahulu.
“Sanad yang terus terhubung ini tidak hanya menjamin otoritas keilmuan, tetapi juga menjaga keberlanjutan warisan spiritual yang telah diberikan oleh ulama terdahulu, yang terus hidup dalam setiap ajaran dan doa yang dipanjatkan,” tegasnya.
Setiap harinya, Kiai Nurul Huda tidak berhenti mengingatkan kepada para santri dan keluarga pondok untuk terus berupaya menjaga nilai-nilai ajarannya, sehingga keberkahan ilmu dan amal yang diwariskan tidak hanya berhenti pada generasi sekarang, tetapi terus mengalir kepada generasi mendatang.
“Semoga para santri saat ini bisa napak tilas dengan perjuangan para kiai terdahulu. Ngaji jangan sampai kalah dengan santri yang lain. Tirukan Kiai Djazuli, jangan sampai meninggalkan kitab yang kau pelajari,” tandasnya.