Tapal Kuda

Ning Hindun Anisa: Pesantren Harus Wujudkan Pola Pengasuhan Ramah Anak

Rabu, 3 September 2025 | 20:00 WIB

Ning Hindun Anisa: Pesantren Harus Wujudkan Pola Pengasuhan Ramah Anak

Hj Hindun Anisa. (Foto: NOJ/Faisol)

Pasuruan, NU Online Jatim

Sekretaris Pengurus Besar Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (PB RMINU), Hj Hindun Anisa, menegaskan bahwa pesantren memiliki peran penting bukan hanya sebagai tempat pengajaran, melainkan juga pengasuhan dan pendidikan agama yang menjamin hak-hak santri.

 

Hal itu ia sampaikan dalam Seminar Nasional yang diikuti Ikatan Santri Alumni Salafiyah (IKSAS) dan Himpunan Alumni Pondok Pesantren Bayt Al Hikmah (Himmah), di Pondok Pesantren Bayt Al Hikmah, Kota Pasuruan, Senin (01/09/2025).

 

“Sejak dulu pesantren itu bukan sekadar transfer of knowledge tetapi juga menghargai dan mengasuh anak," ujarnya.


 

Lebih lanjut dirinya mengatakan, inti pentingnya pesantren adalah pengasuhan dan pendidikan agama yang menghargai hak-hak anak, mulai dari tumbuh kembang sesuai potensi dan bakat, perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, hingga partisipasi dalam perencanaan aturan di lingkup asrama.

 

"Bukan hanya di ajarkan ilmu tetapi juga mengimplementasikannya," terangnya.

 

Ning Hindun sapaan akrabnya mencontohkan praktek di Pesantren Hasyim Asy’ari Jepara, di mana santri dilibatkan dalam membuat aturan kamar. Dengan demikian, mereka merasa dihargai sekaligus bertanggung jawab terhadap konsekuensi yang berlaku. 

 

"Saya tekankan di pesantren juga ada pemenuhan gizi, layanan kesehatan fisik maupun mental, serta sistem buddy program agar santri saling mendampingi," tandasnya.

 

Ia lalu menyampaikan prinsip himayah (perlindungan) yang tak hanya mencegah santri menjadi korban, tapi juga agar tidak menjadi pelaku bullying maupun kekerasan seksual. Selain itu, prinsip irsyad penting untuk membimbing akhlakul karimah dengan pola pengasuhan yang tepat.

 

“Disiplin tidak sama dengan kekerasan. Pola pengasuhan demokratis yang memberi ruang diskusi adalah pilihan terbaik, bukan otoriter apalagi permisif. Dengan begitu, santri paham hak dan kewajiban serta tumbuh dengan tanggung jawab,” pungkasnya.